JIKA dihitung, pemuda itu sudah sepuluh kali menguap dalam tempo tujuh menit. Bahkan gadis yang kini tengah terduduk didepan pemuda itu sudah memasang muka jengkel miliknya "Sebaiknya tutup mulutmu jika tidak ingin serangga masuk. Cepat selesaikan soal itu, kau sudah memakan waktu tiga menit hanya dengan menjawab soal termudah."
Aomine berdecih, lantas mengusak surainya gemas bagaimana bisa ia mengerjakan soal dengan rumus yang tidak ia mengerti?
"Cih, ini susah sekali." [Name] menaruh bukunya, matanya memfokuskan pada kertas polos putih yang masih belum tertulis apapun disana "Bagaimana bisa kau menyimpulkan soal sebelum kau mengerjakannya dengan benar? Sudah kubilang kau harus mencari nilai x untuk mencari nilai y."
"Bagaimana bisa huruf sialan itu bisa menginvasi mata pelajaran ini."
[Name] mendesah lelah, mengambil penggaris besi mengacungkannya didepan wajah Aomine "Simpan ucapanmu, atau aku akan menambah soalnya."
Aomine terkekeh, menyingkirkan penggaris besi itu dengan tangannya "Kau terlihat sangat seksi dengan raut wajah kesalmu itu."
"Kau sangat pemalas karena itu sepertinya aku harus memvacum isi otakmu itu hingga tidak ada noda iblis disana." [Name] mengambil buku tebalnya kembali "Kerjakan, jika tiga menit belum selesai maka kau harus menginap diperpustakaan."
Menggerutu kesal, dengan malasnya Aomine meraih buku dengan materi-materi alien disana "Menyebalkan sekali."
[Name] melirik jam pada pergelangan tangannya, tiga menit berlalu ia memfokuskan pada Aomine yang baru saja meletakkan pensil mekanik miliknya "Sudah tiga menit." Tangannya mengambil kertas yang sudah terisi, tidak seperti beberapa menit yang lalu. Aomine menjatuhkan kepalanya, mengisi satu soal saja sudah membuat otaknya seperti terbakar.
Maniknya menelisik, tersenyum kala melihat susunan jawaban yang ditulis pemuda itu "Jawabanmu benar." Pemuda didepannya diam bergeming, hanya gumaman saja yang dapat gadis itu dengar, nada tidak terlihat antusias membuat tangan [name] terulur sedikit mengelus surai navy pendek pemuda didepannya "Ada apa?."
Aomine sedikit tersentak saat merasakan elusan ringan pada puncak kepalanya, sedikit tersenyum pemuda itu menangkap punggung tangan gadis itu dengan tangan besarnya, meletakkan telapak tangan terbuka gadis itu pada pipinya "Jangan berhenti sampai aku benar-benar tertidur."
Ibu jari gadis itu mengelus perlahan wajah Aomine yang tengah memejamkan matanya, sedikit tidak menyangka bahwa pemuda itu dapat mengerjakannya kendati memang membutuhkan waktu yang lumayan lama mengajarkan si pemalas ini.
Kelas memang sudah kosong, bel pulang sekolah sudah lama berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, namun ia memang sengaja mengajarkan pemuda itu beberapa materi yang akan ulangkan minggu depan, tidak mudah mengajaknya karena Aomine yang selalu mengantuk ataupun terlihat ogah mengerjakan soal terlebih soal mudah sekalipun.
Sedikit tersenyum merasakan helai halus dari surai navy itu, setelah dipikir ia tidak pernah merasakan rambut lembut dari seorang pria "Aomine-san sebaiknya kita pulang, ini sudah terlalu sore." Pemuda itu diam bergeming, [name] melihat wajah tidur Aomine "Aomine-san~"
Menusuk pipi pemuda itu pelan berharap Aomine akan membuka matanya, tapi sayangnya tidak ada pergerakan sedikitpun. Kembali [name] mendudukan tubuhnya, meraik buku tebal untuk membunuh waktu. Menunggu pemuda pemalas ini pasti akan membuatnya kembali bergelut pada rentetan kalimat.
Satu jam.
Dua jam.
Tiga jam.
Empat jam.
Mendesah lelah, [name] meletakkan dua buku tebal yang sudah selesai ia baca pada mejanya, tidak ada cara lain ia harus membangunkan Aomine dengan salah satu kalimat yang biasa Satsuki katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐈𝐍𝐒 𝐚𝐧𝐝 𝐕𝐈𝐑𝐓𝐔𝐄𝐒 || A. Daiki
Hayran Kurgu˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒂𝒐𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒅𝒂𝒊𝒌𝒊 ↳completed. ❝kebaikan dan Keburukan tidak akan pernah akrab bukan?❞ ©𝐮𝐤𝐢𝐲𝐨. 𝐄𝐬𝐭 : 2020/06/16 ©𝖬𝖾𝖽𝗂𝖺/𝖿𝖺𝗇𝖺𝗋𝗍𝗌 𝖿𝗈𝗋 𝖼𝗈𝗏𝖾𝗋 𝗎𝗌𝖾𝖽 𝗁𝖾𝗋𝖾 𝖽𝗈𝖾𝗌𝗇'𝗍 𝖻...