PARTSATU💓
"Ara, tungguin gue!" Teriak Aura dibelakang Ara yang jaraknya sekitar 10 meter sambil berlari mengejar Ara.
Sampai, Aura tersenyum bodoh kepada Ara yang dibalas wajah datar oleh Ara.
"Lo ngapain sih pagi-pagi udah lari larian gini, bel juga masih lama kali," Ucap Ara memberi botol minumnya kepada Aura.
"Pagi apanya kamet, ini udah siang bukannya pagi lagi. Lo gak inget apa kata Pak Zamroni waktu itu," Rentep Aura kesal dengan Ara yang masih salah membedakan pagi dengan siang.
"Sama aja tuh, mataharinya masih keliatan. Dan lo juga inget inget kampret bukan kamet. Gaya gayaan sih mau ngumpat, mendingan lo banyakin ngaji Ra buat menambah pahala di akhirat sebelum dateng ajal nanti," Gaya Ara yang mengomentari Aura, membuat Arua cemberut.
Aura mengeluarkan cermin disakunya, menghadapkan ke wajah cantiknya.
"Ya gimana, gue kan masih tahap pembelajaran."
Sangkalnya sambil menotolkan lip tint di bibirnya."Bodoh lo," Kesal Ara.
"Dih gitu aja jeles, yepeo?" Tanya Aura menghadapkan wajah agar bisa dilihat oleh Ara.
Ara memutar bola matanya malas, apa pula dia jeles.
"Hm, yepeo" Ucapnya datar.
"Yang ikhlas dong Araa!" Rajuk Aura kepada Ara.
"Wah, cantik banget Isaura sini dong pinjem kacanya," Ara berkata dengan senyum manisnya sembari merebut kaca digenggaman Aura.
Ara mengikuti Aura yang tadi menotolkan lip tint yang Aura pakai.
Prakk! Kaca Aura yang ada digenggaman Ara terjatuh. Lip tint yang sedang dipakai Ara belepotan.
Lelaki yang baru saja berjalan menerobos diantara Ara dan Aura melenggang santai seakan tidak terjadi apa apa.
"Heh, mau mati lo?!" Teriak Ara kepada lelaki tersebut.
Lelaki itu tetap berjalan, tak memedulikan teriakan Ara. Ara berlari mengejar lelaki tersebut lalu menendang punggung lelaki itu dengan kencang, lelaki itu pun jatuh tersungkur karena tendangan yang tiba tiba.
Lelaki itu menatap tajam Ara yang sedang berkacak pinggang di depannya. Ia bangun dan membersihkan seragamnya yang kotor.
Keduanya saling berkacak pinggang dan menatap tajam.
"Apa lo liat liat?!" Teriak Ara yang sudah hampir mencolok mata lelaki itu, namun gagal karena ditarik oleh Aura.
"Ara udahh, malu nih diliatin anak anak." Ucap Aura memegang tangan Ara, namun ditepis.
"Bentar, gue mau kasih pelajaran dulu nih ke anak songong ini." Balas Ara.
Lelaki di depan Ara mendengus, anak songong katanya?
Mereka bersitatap dengan mata yang mengobarkan perang.
"Bego lo!" Umpat Arsen, nama lelaki yang ada di depan Ara.
"Oh ya?! Terus kalo gue bego kenapa? Masalah buat lo?" Balas Ara sambil membentak seraya mendelikkan matanya yang sipit.
Yang dibentak mendadak memasang wajah polos, mengedipkan matanya berulang kali sebelum menjawab lagi.
"Ya..a nggak juga sihh, tapi kan orang bego kaya lo malu maluin bangsa. Mending lo gak usah sekolah sekalian aja deh, ternak kepiting aja sana!." Ucapnya, sembari menaikkan dagunya lebih tinggi hingga mendongak.
Anak anak disekitar yang mengerumuni menahan tawanya. Namun masih diliputi ketegangan.
"Btw, ini kalian lagi ngomong serius apa bukan ya?" Aura bodoh datang mengacaukan suasana ketegangan diantara mereka bertiga.
Mereka bertiga saling menatap, meminta penjelasan entah kepada siapa. Lalu berbalik, meninggalkan Aura yang memasang wajah nelangsa.
💓
"Ra, tadi tuh siapa sih anjir main tabrak tabrak aja. Songong banget dih, pengen gue getok palanya." Ucap Ara dengan penuh dendam.
Aura memasang wajah kaget sambil melotot, dia lebay.
"WHAT, MASA LO GAK KENAL SIH RAA!" Teriak Aura sambil menggebrak meja kantin.
Ara terperanjat, mereka menjadi tatapan seisi kantin. Ara memelototi Aura untuk duduk, lalu mengucapkan kata maaf kepada sekitarnya.
"Toa banget sih lo, pelan pelang ngomongnya Aura. Emang siapa sih sampe lo kaya gitu," Ucap Ara menasehati sambil mendengus.
"Ra lo udah berapa lama sih sekolah di sini?Udah 2 tahun lohh Ra, masa gak kenal sama anak pemilik yayasan sekolah kita sendiri." Balas Aura kesal.
Tak ada aura kaget di wajah Ara. "Oh anak pemilik yayasan toh, tapi kok mukanya kaya orang miskin sih?" Tanya Ara entah hanya untuk mengejek atau benar-benar bertanya.
Aura memutar bola matanya malas, Ara jika sudah membenci seseorang selalu saja menjelekan orang tersebut sampai dia puas, "Bodoamat ah." kesal Aura
Ara hanya diam, sukses membuat Aura marah.
"Ehem, btw lo sama Kinan gimana? Udah nyoba akrab belum?" Tanya Aura.
Ara terhenti ketika akan memasukkan baksonya lagi kedalam mulutnya, memasukkn kembli ke mangkuknya. "Ya gitu aja, kayanya dia belum bisa nerima gue. Udahlah biarin aja, dia juga bukan orang yang kasar," Ucap Ara memenangkan entah untuk dirinya atau untuk Aura.
Aura hanya mengangguk paham, melihat guratan wajah tegar Ara.
Mereka berdua melanjutkan makan diselingi candaan, Aura tidak lagi mengungkit Kinan karena tau Ara akan menjadi sedih.
Mereka telah selesai makan, Ara melihat cowok tadi pagi yang menabraknya. Ara memiliki akal untuk balas dendam, senyum miring tercetak dibibir Ara.
Ara menghampiri cowok tersebut dengan cepat ke arah stan makanan di kantin, menginggalkan Aura yang terseok seok mengikutinya.
Dengan sengaja Ara menabrak punggung cowok tersebut sembari menempelkan piring yang berisi saus dibaju seragam cowok itu.
Arsen berbalik melihat siapa yang menabraknya.
Ternyata cewek ini lagi, Arsen mendengus.
"Ups, maaf gue gak sengaja tapi niat," Ucap Ara dengan tersenyum manis.
Arsen tertegun melihat senyum Ara. Ia terus memandangi Ara hingga menghilang dari pandangannya. Ia menepuk pipinnya untuk menyadarkan dirinya.
Masa gue suka sama orang kaya dia, najis.
Namun tak dipungkiri, Arsen melangkah menuju kelas dengan hati senang tanpa menydari ada noda saus dibaju seragamnya.
VOTE AND COMMENT
TERIMAKASIH💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Senar
Teen FictionDESC Ada guru yang selalu stay. Ada murid yang selalu mengulur waktu. AURORA INEFFABLE HIGH SCHOOL. Sekolah swasta terbesar dikota ini. Sekolah dengan waktu pengajaran yang bebas. Jam wajib sekolah adalah 5 jam. Jam utama, pukul 10.00-12.00 Jam tamb...