Malam belum terlalu larut, Seokjin masih setia menunggu. Ditemani desiran angin malam yang terasa dingin di kulit, juga bunyi binatang kecil yang ramai mengurangi perasaan nya yang berteriak bahwa dirinya sendiri. Meski matanya mulai memberat, Seokjin masih sangat yakin Namjoon pasti akan kembali untuk menemuinya dan menemani dirinya hingga fajar tiba. Aroma ini tercium kembali, Seokjin mengerti jika ayahnya pasti ada di sekitarnya. Seokjin sangat yakin itu.
Kedipan mata Seokjin melambat, dadanya kembali sesak seolah mengecil dan tak ingin menghirup udara untuk bertahan. Air mata mulai menumpuk di pelupuk mata, mencoba tidak mengalir dengan derasnya. Tapi apa daya, kehilangan seseorang yang disayang tidaklah hal yang ingin Seokjin rasakan. Dia masih ingin di belai ayahnya, ingin mendengarkan cerita ayahnya, ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan satu-satunya orang terkasih bagi dirinya.
Seokjin ingin ayahnya kembali padanya, apapun resikonya. Hidupnya hanya berisi ayahnya, ayahnya adalah dunianya. Seokjin sangat menyayangi nya, meski tak mengurangi tamparan yang dia dapat setiap hari nya. Tapi Seokjin tetap merasa bahagia, ayahnya masih menganggap nya dan berusaha untuk menjadikan Seokjin lebih baik kedepannya, walau cara yang ayahnya lakukan salah tetapi kembali pada tujuan utama. Ayahnya bertujuan baik untuk nya.
Perhatian Seokjin teralih pada sosok yang berdiri di depan mata, masih sama seperti terakhir kali dia menatap maniknya. Dia melihat ayahnya tersenyum teduh menghangatkan jiwa, mengobati setiap goresan luka bak tersayat pena. Tetap saja tersisa rindu di dada, meski orang yang bersangkutan tertangkap jelas di depan netra.
Seokjin membalas senyum ayahnya dengan senyum juga, deraian air mata memperjelas isak tangisnya. Perlahan dia mendekatkan diri pada ayahnya, mencoba meraih jiwa tak ber-raga yang nampak sangat dekat dengan nya meski begitu tak bisa tersentuh dengan tangan bergetar nya.
Seokjin menarik tangannya dan mengusap pipinya yang penuh air mata, " ayah, aku ingin kau kembali. Aku sendiri, tak ada yang menemani. Kembalilah ayah."
" Seokjin-ah, dengarkan aku. Aku Min Yoongi, bersumpah tak akan meninggalkan mu walau jiwa ku harus menjalani reinkarnasi. Ayahmu ini tak akan meninggalkan mu sendiri, kau permata ayah satu-satunya. Kau harta ayah yang tak ternilai berapapun nilainya. percayalah, ayah selalu disampingmu setiap waktu. Ayah akan menjaga jiwa dan raga mu, saat bangun dan tidur mu. Ayah akan tetap menunggumu hingga seseorang yang ditakdirkan disisi mu menggantikan ayah untuk menjagamu," ucap Yoongi meyakinkan Seokjin bahwa Yoongi akan selalu menemani Seokjin agar tidak merasa sendiri lagi.
Yoongi mendekatkan diri pada Seokjin yang masih menangis dengan tangan menutupi mata, " Seokjin-ah, ayah memiliki sesuatu untukmu. Bukalah lemari ayah, disana ada kotak berwarna hitam yang didalamnya ada permata kuning. Itu adalah kekuatan ibumu yang tertinggal sebelum dia melebur dengan cahaya. Ayah ingin kau menyimpan nya bersamamu, jadikan itu teman mu, hanya itu yang bisa ayah berikan kepadamu, simpan itu baik-baik." Yoongi menjelaskan dengan pelan-pelan. Dia tau bagaimana terguncang nya Seokjin mengingat bahwa dia sudah tak memiliki ayah, yang ada hanya arwah sang ayah.
" Pergilah nak, ambil permata itu dan selalu ingat kata-kata ayah. Ayah ada didekat mu, kau pasti bisa merasakan kehadiran ayah di setiap hari-hari mu. Percayalah, ayah selalu ada dan takkan meninggalkan mu," lanjut Yoongi seraya memegang pergelangan tangan Seokjin, walau tak bisa memindahkan nya untuk melihat wajah putri tercinta, tetap saja dia bisa merasakan permukaan kulit Seokjin yang terasa dingin berlumur air mata.
Seokjin menurunkan tangannya, isakan yang keluar dari mulut nya mulai mereda. Pikirannya hanya terpaku pada apa yang dikatakan ayahnya, Seokjin berlari kedalam mencoba mencari-cari apa yang ayahnya maksud kan. Setelah menemukan apa yang dicarinya, Seokjin menyimpan benda itu di kamarnya, tentu tanpa sepengetahuan siapapun karena yang melihat hanya arwah ayahnya saja. Jantung Seokjin berdetak cepat melihat Namjoon di depan mata dengan wajah yang sulit untuk ditebak.