Sangat pagi seperti biasa Namjoon mengendap-endap masuk kerumah. Tapi ada yang berbeda dimana rumahnya terkepung banyak malaikat dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ada yang memandangnya dengan kasihan dan ada pula yang menatap seolah mencaci makinya. Ini adalah konsekuensi yang dia dapatkan jika ketahuan.
Ya, dia telah ketahuan.
Tubuhnya diseret paksa, diikat dengan rantai di beberapa titik termasuk tangan dan kaki juga perutnya. Ketua nya berjalan dengan gigi bergemeletuk, matanya sarat akan kekecewaan. Inilah yang Namjoon takutkan, sangat takut. Ini adalah hukuman untuknya, malaikat tak pantas jatuh cinta.
"Namjoon, kau tahu jika kau dilarang menjalin hubungan kan dengan manusia? Kenapa kau melakukannya? Katakan." Ketua Namjoon berjalan mengitari Namjoon memunculkan sayap Namjoon dengan otomatis mengembang sangat besar jauh lebih besar dari yang lainnya.
"Lihat ini. Aku memberikanmu sayap lebih dan paling besar dari yang lainnya bahkan Jimin tidak memilikinya meski sama pentingnya dengan mu. Aku menyayangimu dan menghidupkan mu untuk patuh kepadaku, dan sekarang kau melawan takdir mu? Lihat aku," ujaran lirih itu seolah membuat Namjoon membeku.
Ketua mengeluarkan cambuk nya dan menatap Namjoon kecewa, "Aku sangat bangga padamu selama ini. Tapi tidak untuk yang ini, aku tak menyangka dirimu akan melakukan hal yang bahkan tak pernah ku suruh sebelumnya."
Ctar!
Cambukan pertama mendarat di dada Namjoon, sedangkan Namjoon tetap diam menahan bibirnya agar tak mengeluarkan suara kesakitan.
Ctar!
Cambukan kedua sukses merobek tubuh bagian depan Namjoon. Sekali lagi Namjoon tetap membisu membiarkan cambuk dari halilintar melukai tubuhnya. Ketua berjalan menghadap tubuh bagian belakang Namjoon yang masih bersih dari noda darah.
Ctar!
"Maafkan aku ketua. Maaf," lidah Namjoon kelu untuk mengucapkan beberapa patah kata itu. Nafasnya sudah tersengal, Namjoon yakin dia dan jiwanya akan musnah hari ini juga.
Mendadak hening, ketua tak juga mengayunkan cambuknya ke badannya. Itu membuat Namjoon melongok kan kepala kebelakang melihat ketua nya terdiam menundukkan kepalanya.
"Aku tak ingin menyiksamu lebih lama Namjoon, jadi aku akan mempercepat hukuman untuk mu." Ketua Namjoon mengeluarkan pedang cahaya, mengeratkan pegangannya berusaha tega untuk melayangkan benda tersebut pada Namjoon.
Namjoon terdiam dan menatap kedepan, teman-temannya menatapnya ngeri. Ini sudah saatnya binasa, Namjoon harus menerima itu. Dia menundukkan kepalanya setelah menatap lekat-lekat satu persatu teman-temannya. Dadanya pun kini sudah sesak mungkin ini yang terbaik untuk dirinya.
Ketua menatap Namjoon penuh harap, menunggu Namjoon berbicara dan ingin diampuni seperti teman-teman nya yang dulu. Tapi hanya ada kediaman Namjoon, "Ku kira ini sudah konsekuensi untukmu. Tapi aku tidak bisa membinasakan dirimu karena tugas-tugas mu. Kau berjasa banyak untuk para manusia, jadi aku sedikit meringankan hukuman mu. Bersyukurlah kau masih bisa melihat kekasih mu, karena aku hanya akan memberhentikan mu sebagai malaikat ku."
Tangan ketua mengayun, menebas kedua sayap Namjoon. Teriakan menyayat hati mulai terdengar dan semua yang disana hanya bisa diam menyaksikan. Semuanya tak ingin membantu dan membela, tak ada yang beranjak hanya untuk sekedar mengusap air mata nya. Namjoon kesakitan, sungguh kesakitan.
Rantai yang mengikatnya memudar dan menghilang, Namjoon menatap kedua sayapnya. Sayap yang sangat agung, benar-benar hanya sepasang yang diciptakan khusus untuk nya. Sayap yang dia gunakan untuk terbang di atas awan hingga membawanya selalu kerumah seseorang yang mengambil hatinya. Sayapnya sudah tidak memihak pada dirinya, sayapnya sudah terjatuh dan tidak akan bisa kembali pada tempatnya semula.