1. Hari Pertama

786 103 12
                                    

"Setting tempat, suasana, organisasi, latar pendidikan hanya fiktif belaka dan tidak bermaksud menyinggung pihak manapun."

"Maaf, anda yakin menerima orang seperti ini mengajar disekolah kita?" Pria berkulit kecokelatan menaikkan salah satu alisnya, ia membaca data diri guru baru yang akan mengajar disekolah ini. Dari raut wajahnya, pria itu tampak tidak senang dengan keputusan kepala sekolah. Guru-guru lain yang menyaksikan ketegangan memilih berpura-pura sibuk dengan layar laptop, enggan terlibat jika ada keributan yang tercipta.

Wanita paruhbaya berkacamata tebal dengan riasan menor nan bertubuh tambun mengangguk semangat. "Tentu, anda lihat sendiri Kruu Singto beliau mempraktikan cara mengajar yang baik."

Singto Prachaya Ruangroj mencibir. "Dia bahkan tidak punya latar belakang pengalaman mengajar sebelumnya. Organisasi semasa kuliah tidak ada. Hanya bekerja menjadi penulis artikel lepas. Cara mengajarnya memang kemarin baik, tapi masih kaku dan kosa katanya kurang. Apa yang bisa kita harapkan pada orang semacam ini?"

Nom menghela napas kecil, sudah menduga kritikan keras akan diberikan oleh Singto guru terbaik disekolah ini. Terkenal memiliki reputasi yang sangat bagus dan cara mengajar yang luar biasa nyaman, Singto seolah lahir untuk tidak dibenci oleh siapapun. Meskipun mulutnya terkesan tajam, apa yang dia katakan selalu benar. Jikapun orang kesal pada kata-katanya, mereka hanya akan kesal dalam waktu dua jam setelahnya akan kembali normal. Latar pendidikan sangat bagus, lulusan universitas ternama dengan menyandang gelar cumlude. Sebuah jackpot besar sekolah ini bisa merekrut Singto sebagai guru, mereka memang sekolah bergengsi namun Singto sangat layak untuk mengajar disekolah internasional.

"Benar ini pengalamannya mengajar, kita harus memberinya kesempatan." Nom mencoba menenangkan Singto.

"Jika mencari pengalaman dia bisa bekerja disekolah pinggiran."

Guru lain merinding mendengar ucapan Singto, meski Nom adalah kepala sekolah Singto tidak segan mengkritik segala kebijakan yang Nom berikan.

"Bagaimanapun kita harus memberinya kesempatan untuk mengajar disekolah ini." Nom menahan diri untuk tidak mengatakan bahwa pemuda ini sudah melamar tiga kali namun selalu ditolak, bisa-bisa Singto akan semakin berang dan menuduh bahwa mereka menerima si pemuda hanya berdasarkan rasa kasihan.

"Dimana dia akan ditempatkan?"

Merasa bahwa amarah Singto sudah surut dan tidak akan mengeluarkan kata-kata tajam lagi, Nom bisa bernapas lega dalam hati. "Dia akan menjadi wali kelas F, karena dia adalah guru mata pelajaran Bahasa Thailand kalian akan menjadi pasangan. Tolong kali ini akurlah pada pasangan anda Kruu Singto, kelas A dan F sudah tidak damai jangan sampai dua wali kelasnya juga seperti itu."

Kelas A dan F dua kelas bagai air dan api. Kelas A yang tenang, diisi anak-anak pintar dan berbakat. Kelas F adalah kelas terbelakang, diisi siswa pembangkang namun memiliki kecerdasan tak kalah tingginya dengan kelas A. Kelas F kerap mengusik kelas A, pertikaian kedua kelas itu sudah terkenal dilingkungan sekolah ataupun diluar sekolah. Berbagaimacam cara sudah dilakukan untuk mendamaikan mereka, namun hasilnya selalu nihil.

"Akan kuusahakan." Jawab Singto ringan. Selama tujuh tahun karirnya mengajar, Singto sering berganti pasangan guru mapel. Entah beberapa diantaranya keluar atau meminta ganti partner, mereka tidak tahan dengan mulut pedas Singto.

Nom tersenyum kaku. "Semoga saja." Desahnya kecil penuh harap.

.
.
P

A Well Mind [Singto x Krist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang