Promise; Don't leave me again
"Berjanjilah untuk bahagia, Jisun-ah. Cepat bangun, hm?"
Jisun membuka matanya, dengan kepala yang masih berat ia tetap berusaha untuk duduk dan mengedarkan pandang. Dia kenal suara itu, dan dia tengah berusaha mencari orangnya.
Tapi tidak, dia tidak menemukan siapapun di kamar rawatnya. Dia sendirian bersama alat kesehatan yang menancap di tubuhnya.
Napasnya lantas terpacu. Jisun tidak mungkin salah dengar, dia tahu kalau itu tadi adalah suara dari kekasihnya, Park Jimin.
"Jimin-ah?" Tak lama, pintu terbuka, namun bukannya sosok Jimin yang masuk ke dalam sana, malah Jungkook yang dia lihat. "Syukurlah kau sudah sadar, aku sangat khawatir dengan keadaanmu, kau tahu?"
"Siapa yang membawaku ke mari?" Mata Jisun mengikuti arah gerak Jungkook yang sekarang sudah duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangnya. "Aku tidak tahu, aku tadi mendapat pesan yang memberitahu kalau kau ada di sini, aku sudah meneleponnya, tapi tetap saja tidak diangkat."
Jisun menggigit bibir bawahnya. Dia sangat yakin, bahkan kelewat yakin dengan keberadaan pemuda itu. "Kapan aku bisa pulang dari sini?"
-
-
-Jisun akhirnya diperbolehkan untuk pulang setelah menjalani perawatan selama dua hari. Dan sekarang gadis itu tengah duduk sendirian di kamarnya.
Memori akan pertengkarannya dengan Soorim menguasai pikirannya sekarang. Dia bahkan masih tidak menyangka kalau Ibunya adalah seorang perusak hubungan suami-istri yang harusnya bahagia. Dia sendiri juga merasa sedih karena hal itu.
Bayangkan saja, seorang wanita hamil tiba-tiba tahu kalau suaminya sedang berselingkuh dengan wanita lain yang ternyata juga hamil anaknya. Jisun saja yakin kalau dia tidak akan bisa menahan rasa sakitnya.
Jisun lalu memejamkan matanya, bulir air kembali turun dari sana. Membuatnya menunduk dengan kedua telapak tangan yang menutup matanya.
Dia merasa sendirian. Tidak ada orang di sekitarnya, ditambah lagi Jungkook yang sudah pergi ke luar kota karena Neneknya meninggal dunia. Ibunya juga pasti sibuk dengan pekerjaannya karena dia adalah wanita yang benar-benar mengejar karir tanpa mempedulikan apa-apa lagi.
Jimin, pemuda itu juga sudah tidak bisa diharapkan. Memang Jisun mendengar suaranya sesaat sebelum dia sadar tadi, tapi dia tidak menemukan Jimin di mana pun, membuatnya menyerah dan memutuskan untuk tidak menggantungkan apapun lagi pada pemuda itu.
Jisun akhirnya melipat lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana kemudian menangis sendirian. Ya, tidak ada yang akan mendengarkan ceritanya hari ini. Tidak seperti dulu, kenapa hidupnya berubah menjadi menyedihkan begini?
-
-
-"Aku akan ke sana, di mana alamat apartemenmu?"
Oh, Jisun sangat terharu. Dia bahkan hampir lupa kalau dia memiliki teman dekat di kantornya yang masih mempedulikannya hingga saat ini. Buktinya Kang Seulgi sekarang tengah dalam perjalanan menuju apartemennya.
Jisun lalu menghela napas panjang, mengusap wajahnya kasar untuk menghilangkan bekas menangisnya. Bagaimanapun, dia tidak boleh terlihat lemah dan bodoh di depan gadis itu.
Ia lalu beranjak dari ranjangnya, berjalan menuju dapur dan menyiapkan minuman dengan beberapa camilan sebagai pendamping obrolan mereka nanti.
Beberapa menit kemudian, bel apartemennya berbunyi, membuatnya beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE || BTS JIMIN FANFICTION
Fanfiction[BTS ROMANCE FANFICTION || COMPLETED] Aku tidak akan berkata apa-apa lagi. Aku hanya bisa bilang kalau Jimin adalah pemuda yang manis dan lembut, bisa dibilang dia adalah pemuda terbaik yang pernah aku temui sepanjang hidupku, ya, anggap saja begitu...