JULIAN||01

105 14 0
                                    

Julian Arkana Mahendra sosok goodboy, dicintai banyak orang, tapi tidak pernah menunjukan ciri-ciri mencintai seseorang.

Awalnya Ian sapaan akrabnya, tidak mau susah-susah untuk memikirkan percintaan-- Merepotkan katanya. Tapi semuanya berubah, Ian menjilat ludahnya sendiri ketika seorang gadis misterius yang datang langsung sok kenal sok dekat padanya.

Pada saat itu dia risih tentunya, yaiyalah! Siapa yang gak risih coba, gak kenal datang-datang langsung ngajak ngobrol-- tanya ini-itu mau marah ceweknya bening jadi mundur lagi dianya.

Ternyata usut punya usut si cewek cuma kena dare sama temannya untuk deketin dia selama sebulan. Bisa bayangin gak gimana perasaan Julian di deketin selama sebulan penuh gak pernah absen. Ujung-ujungnya Julian baper dan malah suka sama cewek itu, tapi kembali pada fakta kalau Julian itu gengsian. Di depan bilang gak suka, pas di belakang uring-uringan.

Kaya sekarang ini, Julian asik memandang kelas XI IPS 1 yang tengah asik berolahraga. Selain gengsi, Julian juga tidak suka dengan anak-anak IPS. Merepotkan! Kenapa Gelora harus duduk di jurusan IPS.

Helaan nafas dari cowok itu keluar, setiap hari selalu seperti ini. Menatap, memperhatikan semuanya dari jauh. Tidak berani untuk mendekat, gengsi memang selalu membuat apa-apa menjadi ribet.

Hingga pada saat seseorang menepuk bahunya, seketika Julian langsung tersadar.

"Gemes gue liat lo," Tanya seseorang yang baru saja menepuk bahunya dan menyusulnya duduk.

Tidak ada sahutan, Julian masih betah untuk diam. Mau jawab apa, semuanya sudah jelas dengan apa yang dia lakukan setiap hari.

"Coba lo deketin dulu, siapa tau dia ngerespon. Dia kan dulu pernah deketin lo, masa gak punya perasaan juga sih!" Gemasnya sambil menatap Julian yang nampak tidak bergeming.

"Lo taukan Lam, jangankan deketin-- papasan aja gue rasa kaya gimana," Sahut Julian lemah.

Lam, atau Alam setiawan-- teman Julian ketika cowok itu baru masuk sebagai siswa baru di SMA Nusantara. Pertemuan mereka biasa saja, lebih tepatnya Alam yang memang tidak punya malu mengajaknya untuk berteman. Hanya mereka berdua, karena memang aslinya Julian risih berteman dengan banyak orang.

"Gengsi lo terlalu tinggi, Gelora sama orang lain-- gue yang bakalan mampusin lo duluan." Ujar Alam sambil tersenyum-senyum, mungkin sekarang dia sedang membayangkan Gelora sama yang lain dan Julian yang putus asa.

Julian mendelik, punya temen tapi rasa punya musuh. "Lo temen gue bukan, gue doain si Bunga move on dari lo!"

"Eits, gue gak doain ya. Si Bunga mana bisa move on dari gue-- karena tampan itu nama tengah gue," Ujar Alam percaya diri lengkap dengan dada yang membusung ke depan.

Julian mendengus, Alam itu tidak sadar diri. Ngajak pacaran, di sayang-sayang, di ajak berantem, putus terus masih aja deket-deket. Gimana Bunga bisa move on dari manusia berjiwa buaya seperti temannya ini.

"Yang gue denger nih ya, Bunga itu lagi di deketin Ken--" Julian berhenti lalu menatap Alam dengan senyum miringnya. "Sampe Bunga bener-bener lupain lo, gue yang bakalan jadi tim sukses pas lo jadi ampas."

Kata-kata Julian sukses membungkam Alam. Julian terkekeh, melihat wajah Alam sekarang ini tidak bisa untuk tidak membuatnya tertawa terbahak-bahak. Nyatanya bukan hanya Bunga yang tidak bisa move on tapi Alam Setiawan juga sama.

Julian sedikit bingung karena Alam yang tidak berceloteh. Biasanya cowok itu akan membalasnya agar mereka satu sama. Julian menyeka air mata yang sedikit keluar karena tertawa terlalu keras.

JULIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang