Please don't lie, we got too much to lose
And pretend he means nothing to you
And you could try to make it right
But its not so black and white
I've got nothing left.
09.00
10 - Januari - 2020
"Jun, masa kamu belom bangun sih?"
"Aku udah siap dari tadi.."
Suara teriakan pacarnya disana, membuat Renjun mengernyit. Pasalnya, ia baru bangun tidur, tetapi lupa akan janjinya kemarin.
Hari ini mereka akan lari pagi.
Tapi ini sudah tak pagi lagi.
"Iya, maaf ya."
"Aku mandi dulu bentar deh janji"
Renjun berdiri bergegas kekamar mandinya.
"Gajadi deh lari paginya. Lagian udah jam segini" Aria misuh misuh
"Terus gimana?" Mata Renjun masih terpejam, ia membuka keran wastafelnya. Dan menyimpan telepon genggam itu diatas keramik wastafel.
Yang sebelumnya sudah ia pencet tombol loudspeaker.
"Kita jalan jalan ditaman komplek aku aja, dideket situ lagi ada bazar" Aria mencoba meredam kekesalannya.
"Cepetan ya!"
"Iyaaa bawell"
"Love u"
"Aku lagi marah."
Lalu tiba tiba sambungan itu terputus.
Renjun tertawa ringan, menghadapi amarah pacar nya yang begitu menggemaskan.
🍃
"Tan, Arianya ada?" Renjun masuk kerumah Aria dengan sambutan oleh ibunya.
"Ada, lagi diruang tengah, nungguin kamu katanya" Sang ibu tersenyum lalu menyuruh Renjun mendatangi anak bungsunya.
"Tante panggilin dulu ya"
Renjun mengangguk
Tak lama kemudian, ibu Aria membawa anaknya. Aria hanya tersenyum menyapa, dan menghampiri Renjun.
Sepertinya, ia sudah berganti pakaian. Maksudnya yang Aria kenakan bukan baju untuk olahraga lagi.
Renjun merasa bersalah karna ia membuat Aria menunggu.
"Tan, anaknya aku bawa jalan dulu ya," Renjun dan Aria salim kepada wanita yang memakai apron itu.
"Iya, pulangnya jangan malem malen ya"
"Okey," Aria mengacungkan jempolnya, lalu mengandeng Renjun keluar rumahnya.
"Kita ketamannya jalan kaki aja ya, gajauh kok." Aria tersenyum
Renjun hanya terus menatap Aria saar mereka berjalan.
"Kenapa sih?"
"Ada yang salah?" Aria bingung.
"Nggak. kamu cantik"
Aria sedang mencari tempat untuk persembunyian wajahnya yang bersemu merah itu.
Renjun tertawa lalu memegang tangan Aria.
"Maaf ya, udah bikin kamu nunggu lama"
"Iya ih, kamu tuh susah banget dibangunin, apalagi kalo mau diajak lari pagi. Udah keberapa kali coba kita batal terus. Trus harus nunggu kamu man-"
"Ssstttt" Ucapan Aria terpotong karena tangan Renjun yang menutupnya
Pasalnya, Omelan Aria sangat membuat banyak orang menoleh.
"Eh, maap. Keceplosan" Aria tersadar.
Mereka tertawa bersamaan.
"Aria,"
Jalan mereka terhenti karna ada manusia yang memanggil Aria dihadapan mereka berdua.
Air muka Renjun langsung berubah satu detik setelahnya. Kecanggungan memenuhi mereka bertiga.
Aria yang bingung. Dan Jeno dengan tatapan datar dan meminta penjelasan.
"E-eh, iya. kenapa Jen?"
Renjun diam seribu bahasa.
Demi tuhan. Jantung Aria terasa akan meledak.
Mimpi buruk yang sangat ia takuti. Terjadi pada hari ini.
"Maaf ganggu."
"Tapi ini ada cheese cake kesukaanmu tadi aku beli dijalan, cepet cepet maen kerumah lagi kata mamah."
Aria melotot terkejut.
Jeno menyodorkan papperbag kuning itu kearah Aria.
"Sini sama gue aja." Renjun merebutnya dari tangan Jeno
Air muka Jeno yang tampak tenang. Dan juga merasa menang.
"Ayo pulang." Renjun mencengkram tangan Aria, dan menariknya.
Mereka belum berjalan terlalu jauh dari rumah, hanya butuh 4 menit untuk sampai didepan rumah.
"Nih, Chesee cake nya. Gue balik" Renjun menyodorkan papperbag itu dan berbalik arah setelah memberi tatapan kecewa.
"Jeno cuman ngasih cheesecake doang kok."
"Gausah marah." Ucap Aria.
Renjun berhenti.
"Gue gak marah."
"Gue butuh waktu sendiri."
"Buat mikirin, kalo gue ini berstatus sebagai apa dihati lo."
Renjun menaiki motornya lalu melaju lumayan kencang.
jangan lupa voment!! hehe makasi
hope you like it!
