1 : Kehidupan Rosary

673 19 6
                                    

Langit biru membentang sejauh pandangan setiap mata. Awan tampak malu menampakkan batangnya. Lambaian angin mengalun sejuk tanpa lelah. Gemercik air menghantam batu di mata air yang tidak ingin berhenti. Kerendah hatian dedaunan tergambar oleh lengkungannya yang terayun-ayun. Kicauan burung-burung kecil mengiringi pagi Rosary, yang semoga akan tetap seperti ini.

Rosary. Kota aman nan tentram bagaikan tempat hidup para dewa tanpa dosa. Tidak ada pabrik. Tidak ada gedung bertingkat. Tidak ada sekolah. Tidak ada polusi. Udara bersih bisa kau jumpai di tempat kau berdiri. Tidak peduli di tempat pembuangan, di hutan, di manapun semua sama, asalkan masih di kawasan Rosary.

Warga Rosary hidup sebagai petani dan sebagian peternak. Mereka tidak beradu untuk memiliki tanah dan ladang. Bukan karena telah dibagi sama rata. Tetapi rasa untuk menguasai tidak pernah ada dalam diri warganya. Terserah kau akan menanam bibit apa, di ladang sebelah mana, atau di sebelah rumah siapa. Asalkan tidak di kawasan peternak. Karena para domba tak akan merasa kasihan untuk melahapnya.

Bagaimana dengan keluarga yang tinggal di Rosary?

Tetua pasangan Rosary menghasilkan 11 keturunan. Setiap keturunan akan menghasilkan anak selisih satu dari ibunya, yaitu 10. Anak tersebut akan menghasilkan keturunan lagi sejumlah 9 dan begitu seterusnya. Siklus keturunan itu akan mengulang ke angka 11 setelah sebelumnya mencapai angka 0. Jika tetua Rosary lebih dari 23 pasang, tidak terhitung berapa jiwa warga Rosary setelah 101 tahun ini.

Anak Rosary akan menghabiskan waktunya untuk bermain. Remaja Rosary mulai membantu orang tuanya mengerjakan pekerjaan rumah. Orang dewasa berangsur-angsur membentuk keluarga baru meninggalkan orang tuanya. Para tetua yang sudah tidak menghasilkan keturunan menghabiskan sisa hidupnya di ladang. Begitulah pembagiannya.

Jika waktu senja tiba, mereka berbondong-bondong kembali ke rumah, yang disebutnya Kedo. Kedo di Rosary memiliki nomor di bagian depan. Bertuliskan angka romawi sesuai urutan pembangunan. Tujuannya agar tidak lupa ke mana mereka akan beristirahat. Karena bentuk dan ukuran kedo semuanya sama.

Rosary merasa hidup karena jiwa warganya telah menghidupkannya. Betapa berterimakasihnya Rosary memiliki mereka. Sehingga kota itu tak henti-hentinya menyediakan segala kebutuhan alam yang paling baik.

Keeratan hubungan merekalah yang menjadikan kehidupan di Rosary berjalan bahagia. Rasa memiliki dan menyayangi satu sama lain tersampaikan dengan ikhlas tanpa beban. Sehingga Sang Pencipta tak enggan menaburkan bubuk kebahagiaan di seluruh penjuru kota Rosary.

Salah satu anak Rosary terlihat menyandarkan punggungnya di pohon apel. Bayangan segerombolan daun tercetak di tanah meneduhkan duduknya. Memikirkan masalah di tempat yang menenangkan malah membesarkan masalahnya. Secara tidak langsung anak tersebut melakukan hal yang demikian.

Peralihan masa dari anak-anak menuju ke remaja memang sangat membebankan. Sudah bosan untuk bermain, namun masih enggan untuk bekerja di kedo. Hal itu terasa sekali di benak Ivy. Hingga dia menyerahkan raga dan jiwanya sebentar untuk terlelap.

Buk. Sebuah bola mengarah pada telapak kaki Ivy tidak terlalu keras. Sentuhannya membangunkan Ivy yang perlahan membuka matanya.

Kedatangan bola secara tiba-tiba tentu tidak terjadi tanpa alasan. Dari arah yang sama seorang anak laki-laki mengejar bola itu. Berambut pirang yang memantul di saat kakinya menghentak tanah. Berkulit bersih tanpa goresan. Berbalut kaos berkerah dan celana pendek santai. Sepatunya yang merah menyala. Semua itu belum pernah dilihat Ivy selama dia tinggal di Rosary.

Ivy selesai menegakkan duduknya sebelum anak laki-laki itu sampai di hadapannya.

"Maafkan aku, apakah kau baik-baik saja?" kata pertama anak itu terucap setelah bertatapan dengan Ivy.

"Siapa kamu?" tanya Ivy sedikit takut karena orang asing baru berbicara padanya.

"Aku tanya, apakah kau baik-baik saja?" ucap anak itu menegaskan.

"Aku baik. Aku baik-baik saja." akhirnya Ivy menjawab walaupun masih ragu.

"Oh. Syukurlah jika memang benar." kata anak itu seraya mengambil bola dan berjalan menjauhi Ivy ke arah dia datang sebelumnya.

"Tunggu! Kau belum menjawab pertanyaanku. Aku Ivy. Kamu siapa?" tanya Ivy setengah berteriak.

"AKU GERAND!" jawab anak laki-laki tadi sepenuhnya berteriak karena jarak antar keduanya yang semakin jauh.

Ivy terdiam melihat punggung badan anak itu yang mengangkat tangan sambil terus berjalan tanpa memalingkan badannya dan mengatakan, Aku Gerand.
____________________

Siapa Gerand? Kenapa dia ke Rosary?

Gue sendiri yang penasaran -_-
Ma 2nd story, yeay!

Pode GuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang