"Nad!"
Ardan menghampiri Nadira yang sedang fokus membaca novelnya. Sementara, murid yang lain belum ada yang datang kecuali mereka berdua dan ujang si murid nyentrik.
"Gue, minta maaf ya soal kemaren." Ucap Ardan lagi membuka suara.
Sementara itu nadira masih fokus dengan novelnya.
"Gue sadar gak seharusnya gue bersikap kayak gitu. Gue percaya kok sama lo, gue juga sadar kalo gue gak berhak ngatur-ngatur lo buat deket sama siapapun." Jelasnya.
Kali ini ia berhasil membuat Nadira mengalihkan fokusnya. Dia menatap Ardan dengan tatapan datar. Hal itu membuat Ardan semakin merasa bersalah. Namun beberapa detik kemudian, Nadira tertawa lepas membuat Ardan pun ikut tertawa.
Ikatan persahabatan mereka sudah cukup lama. Tidak mungkin jika hanya karena masalah kecil lantas persahabatan mereka hancur begitu saja.
"Udah gak marah kan?" Tanya Ardan memastikan. Tapi seketika raut wajah Nadira kembali datar.
"Ah yaudah kalo marah, ini gue makan aja deh mumpung masih anget kan mantul hmmm." Ujarnya sengaja menggoda Nadira.
Dasar ya Ardan, mana tahan Nadira dengan godaan makanan. Secepat kilat Nadira mengambil alih kotak makannya.
Nasi goreng masakan bundanya Ardan memang selalu enak. Tak pernah bisa Nadira menolaknya. Rasanya selalu membuatnya rindu akan sosok ibu, yang selama ini seperti tak ada waktu untuk sekedar bertemu.
"Rambut lo gue iket ya?" Ucap Ardan yang hanya dibalas anggukan olehnya.
Suapan demi suapan ia nikmati tanpa banyak bicara lagi. Ardan pun beralih profesi menjadi penata rambutnya. Manis sekali keduanya jika sedang akur.
"OMG! Pagi-pagi gue udah disuruh liat beginian." Ujar Gita saat melihat Ardan dengan senang hati mengikat rambut Nadira. Sementara itu, Nadira sendiri tengah asik menyuapkan nasi goreng.
Tak ada yang menjawab pertanyaan Gita, keduanya kompak hanya mengendikan bahu. Hal seperti itulah terkadang yang membuat orang-orang salah paham akan kedekatan keduanya.
Beberapa diantaranya tak percaya jika hubungan keduanya hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Meskipun hati memang tak bisa dibohongi bahwa perasaan bisa tumbuh pada siapa saja dan kapan saja.
Tapi satu yang pasti, bahwa sejauh apapun cinta berkelana, dia tetap akan pulang pada rumahnya.
"Dicuekin kan lo? Makanya jangan ganggu orang pacaran kek jomblo aja hahaha..." Ucap Naya dengan puas menertawakan Gita.
"Upss lupa, lo kan emang jomblo." Tambahnya membuat Gita mengerucutkan bibirnya.
Keadaan kelas yang sudah mulai ramai membuat Nadira menghentikan aktivitasnya. Matanya memicing mencari seseorang tapi ia tak menemukannya.
"Mira belum dateng ya?" Tanyanya.
"Oh iya gue lupa, hari ini Mira gak masuk."
"Kenapa?" Tanya Naya dan Nadira bersamaan.
"Tadi pagi dia nelpon gue, katanya kakaknya kecelakaan dan masuk rumah sakit. Berhubung dia kan cuma berdua sama kakaknya doang tuh jadi dia harus nemenin kakaknya. Kasian ya." Jelas Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADIRA (OnGoing)
Teen FictionNADIRA Seperti kisah anak remaja pada umumnya, percintaan, pencarian jati diri, persahabatan dan keluarga. Gue, Nadira Yasrina dengan kisah gue yang membosankan.