1

61 7 1
                                    

Bel tanda pulang berbunyi. Seorang pemuda berjalan menelusuri koridor seraya membawa beberapa buku paket ditangannya. Setelah lama berkeliling akhirnya ia menemukan ruangan yang ditujunya.

"Nah, akhirnya ketemu."

Pemuda itu masuk perpustakaan lalu ia melihat seorang gadis tengah membaca buku.

"Permisi, gue boleh duduk di samping lo?"

Gadis itu sedikit terkejut lalu ia menggeserkan kursinya, memberi ruang agar pemuda dihadapannya ini duduk.

"Silahkan."

Pemuda itu pun duduk lalu mulai mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya sedangkan gadis itu kembali tenggelam dalam buku yang ia baca.

Keheningan terjadi selama setengah jam hingga pemuda itu bangkit lalu melakukan peregangan.

"Hah.. akhirnya selesai."

Gadis itu juga terlihat selesai dengan bukunya. Ia bangkit untuk menyimpan buku yang telah dibacanya di rak lalu merapikan tasnya.

"Eh tunggu-" Cegah pemuda itu, gadis itu menoleh.

"Ah.. penjaga perpusnya kemana ya? Gue mau pinjem buku."

Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan berharap ada seorang penjaga perpustakaan. Namun nihil, tak ada siapapun di sana kecuali mereka berdua.

"Kayaknya yang hari ini kebagian jaga udah pulang. Pinjem aja, biar gue yang catet."

"Oh yaudah."

Pemuda itu mengambil asal buku di rak lalu menghampiri gadis itu.

"Nama lo siapa, kelas apa?"

"Zidan Gibrano Adinata, 11 Mipa 2."

"Bukunya?"

"Nih."

Pemuda itu menyerahkan bukunya. Gadis itu membaca covernya lalu mengerutkan keningnya.

"Lo mau pinjem buku ini?"

Pemuda itu menganggukan kepalanya.

"Iya, kenapa?"

"Gapapa." Ucapnya seraya menggelengkan kepala.

Gadis itu menuliskan beberapa catatan kecil kemudian memberikan bukunya pada pemuda itu.

"Kembalikan sesuai tanggal yang tertera di dalamnya. Kalo telat kena denda."

"Okay, thanks."

____

Setelah meminjam buku, Zidan berjalan ke gerbang sekolah seraya memesan ojol. Namun disana ia melihat ketiga teman pertama di kelasnya sedang bergurau dengan penjual siomay. Zidan menghampiri mereka.

"Woy lo semua belum pada balik?"

"Belum lah. Orang nungguin lo." Balas mereka serempak.

Zidan lupa, sebelum pulang mereka sepakat untuk pulang bersama. Ia pun membatalkan pemesanan ojol.

"Darimana lu? lama amat." Sergap temannya yang bertubuh paling paling kecil diantara mereka, sebut saja Janu.

"Abis nugas dulu di perpus. Sempet nyasar juga, hehe."

"Weh rajin amat lo. Dikumpulinnya mingdep dikerjainnya hari ini." Ucap pemuda berlesung pipi, Reza namanya.

"Maklum nak baru." Janu menimpali.

"Haha kebiasaan dari SD. Kalo dikasi tugas langsung dikerjain hari itu juga."

"Iya dah iya nak rajin mah beda, ye gak?" Goda pemuda tinggi dengan name-tag Agam.

"Hooh. Kalo gue si baru bakal dikerjain 30 menit sebelum dikumpulin." Ucap Reza seraya terkekeh.

"Itu mah elu Bambang. Eh btw lu mau ikutan ekskul apa Dan?" Tanya Janu.

"Ekskul ya..?" Zidan tampak berpikir. Agam yang melihatnya berinisiatif untuk merekomendasikan ekstrakurikuler yang ia ikuti.

"Kalo bingung masuk futsal aja bareng gue. Mau kagak lo?" Tawar Agam.

"Kalo gak futsal masuk voli bareng gua aje, anak voli cakep-cakep." Janu menimpali.

"Mendingan ga usah ikut apa-apa, kayak gue." Ucap Reza dengan nada bangga.

"Sesat lu. Nak rajin ini, kalo mau nyari sekutu jangan sama dia lah. Stok setan di neraka masi banyak kok." Celetukan Janu mengundang gelak tawa dari keempat orang disana, termasuk penjual Siomay.

"Kurang asem lo, semprul." Reza memukul bahu Janu yang kemudian dibalas oleh Janu.

Keduanya saling memukul satu sama lain, tapi tidak sungguhan. Mereka memang senang bercanda.

Sementara itu Agam hanya tertawa melihatnya, lalu kembali bertanya pada Zidan.

"Buahaha. Gimana jadi? Lo mau ikut apa?"

"Gue mau ngeband." Balas Zidan.

"Oh band.. Bentar-bentar, anak band lagi kekurangan personil kagak sih?" Tanya Agam pada dua orang yang saat ini sudah kembali berdamai.

"Kayaknya butuh satu gitaris lagi deh, buat gantiin... bang Ziyan." Ucap Reza

"Nah bener. Kalo lo mau ntar gue tanyain bang Ian buat infonya." Janu menanggapi.

"Wih thanks ya."

"Yoi, dah cabut yuk."

"Mang, kami duluan ya." Pamit Agam pada Mang Udin, penjual siomay.

"Iya dek, hati-hati."

____

Zidan memasuki kamarnya lalu ia menghempaskan tubuh di ranjang king-size miliknya itu.

"Hah.."

Ia memejamkan matanya lalu tiba-tiba teringat akan sesuatu.

"Cewek di perpus tadi siapa ya? Manis."

Zidan menyunggingkan senyum di bibirnya, membayangkan betapa manisnya gadis yang tadi sempat membuatnya gugup. Bagaimana jika ia sedang tersenyum? Mungkin akan terlihat lebih cantik?

Sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran-pikiran aneh tentang gadis itu.

"Apasi gue. Baru ketemu dah mikir yang enggak-enggak."

Ia membuka tasnya lalu menemukan sebuah buku dengan cover 'Cara menarik perhatian pemuda tampan'.

"Woy anjir.. ngapain gue pinjem buku kayak gini??"





















 ngapain gue pinjem buku kayak gini??"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



- TBC -

Jangan lupa vomen nya yaa


See you♡

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang