chapter 2

7 0 0
                                    

Sang pangeran sudah sedikit tenang, berbicara dengan sang ibu memang selalu sukses membuat moodnya membaik.
Juga tawaran bantuan sang ibu, yang sungguh menggiurkan.
Membuatnya tak henti-henti tersenyum bak seorang idiot.
Ok, lupakan.... 😆






"Wooowwww....kau terlihat tampan seperti biasanya... "

Berbicara di depan cermin seolah ada orang lain di dalam sana.

Tidak pada kenyataannya, karena ini bukan dongeng atau cerita legenda.
Mungkin memang menceritakan sebuah kerajaan,tapi tidak dikehidupan lalu layaknya majapahit ataupun pajajaran.

Ini jaman modern dimana sebagian orang sudah sibuk dengan handpone mereka.
Tapi tidak dengan seorang Park Jimin,ia hidup bertolak belakang dengan kenyataan disekitarnya.
Ironi memang, disaat kalian sibuk dengan gadget masing-masing... Seorang Park Jimin justru berkutat dengan busur, panah, pedang, tali kekang seekor kuda dan lain sebagainya.

Tidak dipungkiri dengan harta yang melimpah, bukan hal yang berarti dari sekedar membeli beberapa perangkat tersebut.
Dan pada kenyataannya istana dilengkapi perlengkapan komunikasi yang modern. Untuk menjawab kemajuan jaman dan masa depan kerajaan tentunya.
Bahkan CCTV terpasang di setiap sudut yang dinilai rawan.

Dan seorang putra mahkota yang bernama Park Jimin tidak mungkin tidak memiliki semua alat-alat itu.

Punya, bahkan tidak hanya satu...
Tapi entah kenapa seorang park Jimin memilih abai...
Senjata-senjata itu lebih menarik dimatanya.

Belum aja kenal game online , nanti gw kenalin 🤣🤣🤣

Kembali ke sang pangeran yang katanya tampan... 😁

"OK, waktunya dapat mangsa hari ini...bukan begitu yang mulia...!!!"

"Kkkkkk..."

Terkekeh sendiri, mengingat tak ada seorang pun yang menemaninya saat ini.

Kalau ada yang melihat pun akan mengira sang pangeran kesurupan mungkin.😆

Atau sedang dalam ganguan jiwa, Up's😏

Ya... Hari ini sang pangeran berniat berburu kembali.
Mengingat kemarin dia pulang dengan tangan kosong, hari ini ia bertekad mendapatkan hasil yang maksimal.

Uhuuuuu....

Dirasa ia sudah siap, dengan langkah pasti...sang pangeran berjalan tegap menuju gudang senjata.
Disertai siulan dan sedikit nada. Bersenandung bak remaja yang sedang kasmaran.
Ehe...
Memanglah sang pangeran sedang kasmaran, tapi tak punya nyali hanya untuk sekedar menyapa.
Oh my.....
Kurangnya pengalaman membuatnya ragu juga sedikit rasa takut akan penolakan.
Jadilah selama ini Ia memendamnya seorang diri.
Hingga sang ibu yang menyadari, membuatnya bersyukur.
Ditengah keterbatasan nya bantuan akan selalu datang. Sungguh menyenangkan.

Bukannya sang pangeran terlambat dalam urusan cinta. Oh...ayolahhh peraturan kerajaan itu sangat ketat.
Banyak hal yang harus dipelajari, mengingat ia yang notabennya seorang Putra mahkota.

Terkadang sang pangeran merasa hidupnya tidak adil. Tapi apa mau dikata...mengingat mungkin ini memang takdir.
Terlepas dari itu, terkadang ia menyalahkan keadaan kenapa ia terlahir sebagai anak tunggal.
Kenapa tidak ada seorang Kakak atau adik yang menemaninya sekedar berkeluh kesah atau berbagi mahkota.
Sungguh jikalau boleh, ia ingin sekali menyerahkan mahkota digenggamannya kepada saudara atau saudari sedarahnya.
Jikalau ada... 😓

Sang pangeran selalu berharap keajaiban, mendapati perut sang ibu membesar kemudian saudari/saudaranya berada di dalam sana.
Yang kemudian terlahir dan berbagi kesahnya bersama.

Hmmm....

Sudahlah mari lupakan itu, saatnya memilih senjata.
Ada beberapa yang menarik disana, selain panah sebagai senjata favorite nya.
Ada juga senjata modern yang terkadang ia gunakan.
Tidak sesering busur dan panah kesayangannya.
Namun sedikit menarik untuk digunakan.

Pilihannya jatuh pada sniper semi otomatis yang agak sedikit berat sebenarnya.

Slr dan s12k, senjata yang cukup mematikan.
Tapi bukan itu intinya, sang pangeran hanya ingin kecepatan dalam membidik.
Menurutnya kedua senjata itu memiliki kecepatan yang sangat mumpuni.

Tentu sang pangeran tak ingin mangsanya mati, hanya ingin melumpuhkan.
Siapa juga yang mau makan bangkai.
Bintang harus disembelih dulu sebelum dimakan.
Jika tak ingin memakan racun sekaligus.
Binatang yang sudah mati berakhir di tempat sampah atau dikuburkan.

Tentu sang pangeran tak ingin itu terjadi,ia lebih suka menjadikan binatang buruannya berakhir di tempat pemanggangan.
It's so yummy 😋

Ayam hutan panggang itu sangat nikmat omong-omong. Apalagi ditambah sambal ijo... Aaahhh...membayamgkannya saja membuat air liur menetes. 🤤

Bergegas mengambil Senjata-senjata nya. Tak lupa menyuruh beberapa pengawal yang membawanya.
Tentu akan sangat merepotkan jika ia sendiri yang membawanya.
Bayangkan saja...... 🤔🙄

🤣🤣🤣 🤣🤣🤣 🤣🤣🤣

Ok Lanjuuuuttt....

Sedikit lagi,ia melangkah kan kakinya keluar istana.
Ditemani sepuluh prajurit pilihan yang biasa menemaninya.

Sediiikiiittt lagiii... Kalau saja...
Kalaaaauuuu sajaaa....

" Maaf yang mulia Anda diperkenankan untuk menghadap baginda raja."

WTF.....

Suara seorang prajurit yang masuk ke gendang telinga sang pangeran serasa petir yang menyambar tiba-tiba.
Membuat jantungnya berdegup kencang menyakitkan.

Pupus sudah harapannya untuk berburu hari ini.
Kalau sang Raja sudah bertitah, pasti akan memakan waktu yang lama.
Harus menyimpan niat berburunya dalam-dalam.
INGAT... Sang Raja tak terbantahkan.

Mengusap wajahnya prustasi. Sang pangeran bersuara lirih...nyaris tak terdengar...dia kecewa rencana berburunya harus gagal.

Mungkin nanti malam pikirnya...

" Baiklah prajurit, simpan kembali senjatannya...!!! "

Tanpa menoleh, sang pangeran beranjak pergi meninggalkan beberapa prajuritnya...Yang menatapnya iba.

Sudah jadi rahasia seisi istana bagaimana kehidupan Putra mahkota kebanggaan mereka.



Yang Sabaaaarrrr yaaaaa Jiminie zeyeeenggg😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang