Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Minhyun selain mendengarkan suara air hujan yang berjatuhan menabrak bebatuan halaman depan rumahnya, ditambah dengan alunan musik yang hanya di dominasi oleh suara piano mengalun indah lewat speaker ponsel. Minhyun melamun memandang ke arah luar jendela, berdiri dengan kokoh di samping kosen jendela.
Ia begitu menikmati rintikan air hujan yang dengan beraninya menjatuhkan diri ke bumi. Tanah yang tandus berubah menjadi basah, besok pagi pasti akan ada rumput yang muncul dari tanah.
“Anak mamah ngelamun aja, ngelamunin apa hayo?” Sesil masuk kedalam kamar Minhyun membawa nampan yang diatas nya terdapat dua cangkir teh hangat, senyum simpul masih tergurat diwajah cantik nya. Meski lelah, Sesil berusaha mengusir apa yang ia rasa. Ia tak mau membebani Minhyun lebih berat lagi.
Atensi Minhyun berubah, ia menoleh ketika mendapati wangi teh hangat yang khas menusuk kedalam rongga hidung nya .Teh hangat di sore hari, di saat hujan memang sudah menjadi kebiasaan dirumah ini.
“Minhyun lagi liat hujan, mah,” Sahut Minhyun mendudukkan dirinya di hadapan sang mamah, meja dengan dua kursi yang berada di pojok ruangan itu memang selalu menjadi tempat favorit bagi Minhyun, apalagi mamah nya yang memilihkan single sofa berwarna cream dengan meja kayu berwarna cokelat tua dengan ukiran di pinggiran nya.
“Ini diminum.” Sesil menyodorkan cangkir dengan kepulan asap itu di hadapan Minhyun, untuk beberapa saat Minhyun tersenyum kemudian mengambil cangkir teh, kemudian meminum nya perlahan.
“Tadi nya Gisel mau kesini, tapi gajadi soalnya ujan.” Sesil menaruh cangkir nya di atas meja, manik mata teduh itu menatap anak nya yang sekarang menjadi objek paling kontras diantara objek yang lain. Jujur saja, dalam benak Sesil wajah Minhyun sama persis dengan suaminya.
Minhyun hanya berdeham, lagi pula ia tidak terlalu senang jika harus bertemu dengan sepupunya. Tidak terlalu senang akibat Gisel yang cerewet dan kadang menasihatinya terus-menerus, tanpa henti. Membayangkan nya saja sudah membuat kepalanya Minhyun pening.
“Jadi dia besok kesini, dia ngajakin tetangga nya yang bisa main piano sama gitar, terus Gisel juga bilang dia bisa nyanyi. Mungkin kalian bisa lah kolaborasi,” Ujar Sesil diakhiri kekehan. Minhyun mengulum senyum kemudian mengangguk kan kepala beberapa kali. Cara ini dilakukan oleh Sesil supaya bakat Minhyun berkembang serta ia dapat memiliki teman yang hobinya sama seperti Minhyun.
“Kamu diajak ngobrol daritadi diem aja, kenapa sih? Lagi ada masalah atau lagi sariawan?” Tanya Sesil sedikit memicingkan mata nya ke arah Minhyun. Sementara cowok itu malah terkekeh pelan, cangkir yang ia pegang kini sudah berada di depan meja.
“Emang nya kalau ada cewek cantik, cowok bakal gangguin? Maksud Minhyun, kaya nunggu dia sampe pulang, terus pas dijalan di ajak balik bareng gitu....” Minhyun ternyata masih merasa aneh dengan kejadian tadi sore. Sesil tidak segera menjawab, ia malah tertawa untuk bebearapa saat. Minhyun mengernyit heran, apa ada yang salah dengan hal yang ia tanyakan barusan?
“Biasanya kalau badboy atau playboy emang suka gangguin cewek, ya cuma sekedar bercandaan doang, dia suka nya main-main sih. Ada yang lebih cantik mah pasti di incer, kenapa sih kamu nanya gitu? Jangan-jangan kamu mau belajar jadi badboy ya?” Minhyun otomatis menggelengkan kepala nya detik itu juga, ia sama sekali tidak berpikir untuk menjadi badboy.
“Minhyun cuma nanya mah, ya ampun. Lagian aku enggak ada niatan jadi badboy,” Ungkap nya menghela napas sejenak. Tidak ada untung nya bagi Minhyun menjadi seorang yang biasanya urakan dan membuat kerusuhan di sekolah, itu jelas tidak ada di dalam kamus hidup Minhyun.
“Hm bagus kalau gitu, pokoknya jangan sampai kamu buat masalah di sekolah. Awas aja kalau sampe iya, mamah coret nama kamu dari kartu keluarga!” Ancam Sesil dengan wajah serius nya. Hal tersebut tidak membuat Minhyun takut, mamah nya ini terlalu berlebihan sehingga membuat nya otomatis tertawa. Sesil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, Minhyun akan selalu seperti itu bila dinasihati, tapi di lain sisi, ia akan benar-benar melaksanakan apa yang Sesil ucapkan.
“Udah ya, habis ini tidur. Jangan main hp, apalagi main gitar! Main gitar nya besok aja sama temen nya Gisel,” Ujar Sesil membereskan meja. Minhyun mengangguk setuju, lagipula Minhyun memang sudah mengantuk sejak sesapan teh di cangkir nya.
aku tau ini masih normal-normal aja, konfliknya emang belum terlalu keliatan
votement ya jangan lupa hehe, thankyou ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
wabi-sabi
FanfictionKisah Minhyun yang takdirnya terpaksa ditukar karena dosa yang ia perbuat ©loosesage