Hari senin akan selalu menjadi hari yang menyebalkan bagi Sarah. Selain karena upacara yang begitu membosankan, fakta bahwa UKS akan penuh akibat banyak siswa yang pingsan sehabis atau saat upacara membuat Sarah rasanya ingin menghapus hari senin dari daftar nama-nama hari yang harus dia lalui. Ok itu berlebihan, tapi itulah yang benar-benar yang ingin Sarah lakukan sekarang. Dengan begitu Sarah bisa menghabiskan waktu untuk bersantai sambil membaca buku kesukaannya di UKS. Tapi berhubung hal itu mustahil untuk dilakukan, jadi Sarah hanya bisa pasrah dan merubah tempat persembunyiannya.
Dengan muka cemberut, gadis itu membalik langkah yang tadinya hendak menuju UKS menjadi ke Perpustakaan. Jujur Sarah lebih suka menghabiskan waktu di UKS dibanding Perpustakaan, tapi karena hari ini banyak orang yang akan berkunjung ke UKS Sarah lebih memilih ke Perpustakaan saja. Itu lebih baik untuk gadis yang kurang merasa nyaman di tengah keramaian seperti Sarah.
Dengan langkah lesuh Sarah masuk ke Perpustakaan. Dia mengedarkan pandangan dan melihat kondisi tempat itu yang untungnya sedang sepi. Gadis itu mengambil tempat di balik rak-rak yang menjulang tinggi sehingga keberadaanya akan sulit diketahui.
Namun saat mendalami buku yang dibacanya, tiba-tiba terdengar suara dengkuran halus dari balik rak di belakangnya. Sarah berdiri dari duduk nyamannya dan mencoba mencari sumber suara tersebut.
Dia berjalan pelan mengitari rak yang tadi disandarinya dan menemukan seorang pemuda yang terlelap dengan begitu tenang. Sarah mengenalnya, dia Aryan teman sekelasnya sekaligus teman dekat Selin, saudari tirinya.
Karena terlalu asyik memandangi wajah Aryan yang terlihat damai saat terlelap, Sarah jadi tidak sadar bahwa mata yang selama selalu ini menatap tidak suka padanya itu perlahan-lahan terbuka dan memandangnya dengan tatapan terkejut sekaligus heran. "Ngapain liatin gue kayak gitu dan ngapain lo di sini? Lo nguntit gue ya?" ucapnya dengan pandangan menuduh pada Sarah.
Sementara Sarah hanya mematung di tempatnya berdiri. Dia terkejut karena Aryan tiba-tiba bangun saat dirinya sedang menatap dalam wajah lelaki itu. Sarah tidak tau mengapa ia melakukan hal itu, semua terjadi di luar kendalinya. Salahkan wajah tampan Aryan yang membuat Sarah tidak bisa mengalihkan pandangannya bahkan saat dirinya telah tertangkap basah oleh pemilik wajah itu.
"Si..siapa bilang saya ngikutin kamu?" Sarah menyesali suaranya yang terdengar terbata-bata, seolah ia memang mengikuti Aryan dan ia berusaha menyangkalnya. Dan lagi satu kesalahan yang dibuatnya, kenapa ia bertanya perihal tuduhan Aryan, harusnya ia langsung saja menegaskan bahwa Aryan salah menuduhnya sebagai penguntit. Dia datang ke Perpustakaan untuk mendapat kedamaian bukan mencari masalah, apalagi dengan manusia tak berperasaan seperti Aryan.
"Gue yang bilang, habisnya ngapain lo di sini kalau bukan untuk ngikutin gue. Setahu gue perpus itu salah satu tempat paling sepi di sekolah ini. Dan kalau pun ada yang ke perpus pasti gak akan sampai ke sini karena tempat ini tertutup dan jarang banget ada yang tau tentang tempat ini." Jelas Aryan panjang lebar yang disambut Sarah dengan helaan napas.
Sarah malas menanggapi dugaan Aryan yang terlalu mengada-ada. Dia memutuskan pergi meninggalkan pemuda yang masih menunjukkan raut bingung sekaligus kesal itu. Biarlah Aryan menyimpulkan sesuka hatinya lagipula apapun yang Sarah jelaskan pasti akan selalu salah di matanya. Entah itu berkaitan dengan Selin atau tidak, Sarah tau Aryan akan selalu merasa kesal padanya. Dan Sarah tidak tau apa penyebabnya. Mungkin mood Aryan selalu buruk tiap kali bertemu dengannya.
Rasanya Sarah sudah tidak lagi berminat melanjutkan kegiatan yang dilakukannya tadi sebelum ia menghampiri Aryan. Dia butuh tempat yang tenang sekarang yang pastinya jauh dari jangkauan lelaki menyebalkan seperti Aryan. Dan sepertinya perputakaan bukanlah tempat yang tepat untuk itu. Jadi Sarah memutuskan pergi dari sana dan mencari tempat sepi lainnya selain perputakaan dan UKS. Ah Sarah jadi membenci perpustakaan.
***
Ruang kelas IPS 1 ricuh seperti biasanya. Namun kericuhan itu mendadak senyap ketika Guru wali kelas mereka memasuki kelas. Suasana yang tadinya penuh antusiasme mendadak berubah menjadi sunyi senyap.
"Selamat Pagi anak-anak. Seperti yang kita ketahui bersama kurang dari dua minggu lagi kita akan menghadapi ujian akhir semester. Jadi, bapak harap kalian mempersiapkan diri dengan baik untuk ujian kali ini."
"Yah," sorak lesuh para murid mengisi ruang kelas itu. Tapi hal itu tak dapat menganggu tidur siang cowok yang duduk di bangku depan paling ujung.
"Bukankah begitu Aryan? Aryan!" Cowok itu pun kaget dan langsung terbangun dari tidurnya. "Tadi bilang apa, Pak?" Tanya Aryan dengan wajah polos yang sukses membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak. Namun tidak untuk gadis yang duduk di bangku paling belakang itu. Dia hanya terdiam memperhatikan punggung Aryan.
"Sebaiknya kau keluar dan cuci muka mu dulu, dan jangan kembali ke kelas kalau kau hanya akan melanjutkan ridur siangmu," ucap Pak Darjo penuh penekanan.
Arya beranjak dari bangkunya, kemudian berjalan ke arah pintu keluar. Saat melewati bangku Sarah, Aryan bertemu pandang dengan gadis itu namun hanya sepersekian detik, sebelum akhirnya ia berlalu keluar dari ruangan itu.
Sarah menghela napas panjang. Sepertinya cowok itu masih menaruh kesal padanya. Tapi buat apa ia peduli, toh apa pun yang difikirkan cowok itu tentang dirinya bukanlah urusannya. Itu hak Aryan untuk menaruh kesan seperti apa terhadap orang lain.
Sedangkan, di lain tempat Selin sedang terpaku menatap ponselnya yang memperlihatkan foto 3 orang yang mana salah satunya adalah dirinya. Di samping kananya ada Aryan yang merangkul bahunya dengan senyuman manis sedang di samping kirinya ada seorang cowok berperwakan lebih tinggi dari Aryan dengan senyuman tipis namun menawan. Cowok di samping kirinya itu adalah Razka_sahabat kecilnya dengan Aryan sekaligus cinta pertamanya.
Senyuman Selin tidak pernah pudar sejak ia menatap foto Razka. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Razka, karena cowok itu memang melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Sehingga ia hanya punya kesempatan untuk bertemu Razka di musim liburan saja.
Untuk itu Selin sangat menantikan libur semester yang akan datang, karena pada saat itu Razka akan datang untuk menemuinya. Mengingat hal itu membuat pipi Selin bersemu merah.
"Aku ngerasa horor liat kamu dari tadi senyum-senyum sendiri, sambil melototin hp," ucap Aryan tersenyum geli. Selin hanya mencibir, merespon ucapan Aryan yang menggodanya.
"Liatin apaan sih?" Karena penasaran apa yang sejak tadi membuat Selin tersenyum malu, Aryan memutuskan pindah duduk di samping Selin dan menatap layar ponsel dari gadis itu.
Di layar tersebut Aryan melihat foto dirinya, Selin, dan Razka. Dan sepertinya Aryan tau untuk siapa lengkungan bibir Selin itu tertuju, Razka. Menyadari hal itu, Aryan mengukir senyum masam. Sepertinya, ia benar-benar tak punya kesempatan terhadap Selin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarah
Teen FictionSarah adalah gadis yang malang. Ia kehilangan ibunya saat berusia 12 tahun sehingga ia dibesarkan menjadi pribadi yang mandiri. Sang Ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita dari keluarga kaya setelah 6 tahun berlalu. Sarah marah, ia...