"DANIA!"
Sapaan Hoshi menyambut begitu Dania sampai di pekarangan Adipati.
"Gimana di rumah Pak Kades? Betah?" tanya Rendy lalu membantu gadis itu masuk dengan membawakan ransel dan beberapa map di tangannya.
"Rumahnya lebih bagus sih jelas. Gue dikasih makan enak mulu. Kemaren tuh dikasih daging sapi panggang."
Hoshi dan Rendy menganga, "Keren. Di sini kita dikasih makan telor dadar mulu!" kesal Hoshi.
"Kalau gak mau makan bilang. Biar gak usah gue masakin," balas Joy yang keluar dari dapur.
"Gimana Dan?" tanya Juan begitu keluar dari kamar anak laki – laki.
"Beres Pak Ketu!" hormat Dania lalu menyerahkan dokument.
Gadis itu ditugaskan mengurus persuratan dan segala izin dengan pemerintahan desa dan kecamatan, makanya sejak malam pertama sudah diangkut ke rumah Pak kades agar lebih dekat ke kecamatan dibanding bolak – balik dari Adipati, karena tak ada kendaraan.
Dania menjadi sekretaris kedua, setelah Yerin. Dia bagian mengurus surat menyurat, sedangkan yerin kebagian notulensi dan merapihkan document dari kampus.
"Yaudah, lo bisa istirahat aja dulu. Beres makan siang rencananya kita mau keliling lagi nyari tempat proker. Kalo lo masih capek tunggu di sini aja."
Dania menggeleng mendengarnya, "enggak ah, gue ikut aja. Di rumah Pak Kades gue duduk mulu depan computer, atau gak nungguin Pak Camat beres rapat. Pengen liat – liat daerah sini juga."
"Oke kalo gitu," balas Juan.
Dania pun merapihkan barang – barangnya ke dalam kamar anak perempuan. Sementara yang lain sibuk dengan urusannya masing – masing. Menyiapkan diri untuk keliling nanti, juga memasak untuk makan siang.
Hoshi cemberut begitu melihat telur dadar, saus, dan nasi putih yang ada di hadapannya.
"Yaelah, lama – lama gue ikutan bertelur ini makan dadar terus."
"Kalo gue kayaknya mulai berasa bisulan," sahut Kalla pada ucapan Hoshi.
"Jangan lebay, baru juga tiga hari," ketus Yerin.
....
Beres makan siang, mereka kembali keliling kampung.
Mulai dari ke hulu sungai, ke tempat pembuangan sampah, dan sebuah gudang kosong yang terbengkalai di tengah jalan desa yang sepi.
"Ini yakin gudang? Kaya rumah hantu," ngeri Lino melihat ke sekeliling.
"Katanya ini dulu bekas penggilingan padi. Ditawarin sama Pak Kadus buat dipake program kita dibanding kosong gini," tutur Reno sembari melihat – lihat tembok yang lebih kokoh dibanding yang ia kira.
"Tapi serem gak sih ini tuh ada di ujung jalan desa? Liat kanan kiri kebun semua," tengok Arin.
Sekeliling bangunan memang kebun semua.
"Letak bangunannya tapi ini strategis. Ada di ujung jalan desa. Deket ke arah pasar dibanding rute yang lain. Ke dusun tetangga juga deket," sahut Dirga.
"Ehh, itu rumah?" tanya Kalla menunjuk sebuah bangunan bercat putih yang ada di balik pepohonan tinggi.
Semua yang ada di sana ikut memperhatikan.
"Kayaknya kalo kita ke arah sana, bakal keliatan bangunan deh. Kalau sampai disini aja keliatan, berarti bangunannya tinggi dan deket," ujar Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...