յ과: 𝕹𝖎𝖘𝖍𝖎𝖌𝖚𝖈𝖍𝖎 𝕬𝖐𝖎𝖗𝖆.

22 5 0
                                    

Daerah Pinggiran Kota Seto, Perfektur Aichi, Jepang.

1 January, 2024.

Seharusnya ini adalah hari yang indah untuk menyambut tahun baru.
Tapi, hujan sudah mengguyur tanah sejak kembang api pertama dinyalakan.

Seharusnya seluruh daerah sekarang ramai dengan kelap-kelip kembang api atau lampion-lampion dan berbagai aksesoris rumah.

Seharusnya orang-orang dipukul 01.00 dini hari masih menikmati indahnya tahun baru.

Tapi, mereka dipaksa untuk berteduh dan masuk kedalam rumah hanya sekedar untuk menyelamatkan kain yang melekat ditubuh mereka agar tidak basah.

Namun, manusia punya cara mereka sendiri untuk merayakan tahun baru ini walau harus berada didalam rumah.
Suasana indah pasti akan mereka ciptakan sendiri.

Berbeda dengan suasana di sebuah gedung terbengkalai di ujung kota Seto.

Suasananya tampak mencekam, tanah yang terkena percikan air hujan menjadi lembab.

Udara disana lebih dingin dan menyesakkan.

Tiga belas.

Ada tiga belas orang tergeletak lemah disana. Dengan berbagai luka pukul disana-sini.

Darah mengalir ditiap kepala mereka, menciptakan sebuah kubangan darah ditanah lembab itu.

Ada yang masih berusaha bergerak, ada yang mulai kehilangan kesadaran. Bahkan ada yang sudah... Mati.

Seorang pria dengan rambut gelapnya berdiri dengan sangat kokoh diantar orang-orang itu.
Sebuah batang besi berkarat ia genggam dengan santai.

Oh, itu mungkin salah satu batang besi terbengkalai yang ditumpuk didekat tiang yang sudah berlumut dan catnya mengelupas. Keropos.

Udara dingin bahkan tak ia rasakan, tubuhnya berkeringat seakan ini adalah musim panas dengan suhu tertinggi.

Kemeja lengan kanannya sobek, tapi ia tidak peduli.
Rambutnya acak-acakan seperti habis terterpa angin namun setengah kering karena keringat. Sexy.

Mata itu, bayangan mata berwana kehijauan itu sangat mengerikan menatap satu orang yang masih berusaha bergerak diantara yang lain yang sudah seperti bangkai, seolah dia sedang lapar.

Langkahnya perlahan mendekati orang itu.

Matanya mengerikan dari bawah, mengkilap di kegelapan seperti monster kelaparan. Dan setelah mereka saling berhadapan layaknya mangsa dan pemangsa...

DUAGH!

Sang mangsa seketika lemah, dengan kepala yang pecah, wajahnya dialiri darah, membentuk satu kubangan darah lagi dilantai usang.

Wajah sang pria itu nampak datar, dingin namun sangat menawan.
Tapi matanya sangat dingin. Seperti tak memiliki belas kasih sama sekali.

PROK! PROK! PROK!

"Hee... Machigatta hito ni meiwaku o kaketa yōdesu..." (Sepertinya aku telah mengganggu orang yang salah.)

Seorang pria berujar dengan logat mengejeknya.

Sayangnya si Pemangsa hanya menengok tanpa membalik tubuhnya, tak berminat.

Tak peduli juga.

"Nē wakai otoko, anatahadaredesu ka?" (Hei anak muda, siapa kamu?)
Tanya seseorang itu lagi.

Lagi-lagi tidak dijawab. Laki-laki itu mulai geram.

Tadinya dia ingin merekrut si Pemangsa dengan menarik perhatian dan ucapan yang bisa disebut 'lucu'.
Jika tau seperti ini dia malah kehilangan banyak orangnya.

𝐒𝐚𝐜𝐫𝐢𝐟𝐢𝐜𝐢𝐨 𝐃'𝐀𝐦𝐨𝐫𝐞 [ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang