GISEL GIKANETTA
"Berapa mas?"
"Berapa bang?"Aku menoleh kesamping kiri dan mendapati laki-laki yang tidak terusik dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut kami secara bersamaan dan tidak disengaja. Dari raut wajahnya yang hanya kulihat dari samping, aku menebak kalau lelaki itu sedikit terburu-buru.
Mas fotocopy memandang bingung ke arah kamiㅡmungkin bingung harus menjawab pertanyaan yang mana lebih dulu. Namun, detik berikutnya wajahnya sudah terkendali.
"Punya mas nya tujuh belas ribu" Mas fotocopy menatap kearah laki-laki yang berdiri disampingku setelah menghitung dengan kalkulator. "Kalau punya mbaknya lima belas ribu."
Aku mengambil dompet yang ada di totebag dan membayar sesuai dengan nominal yang disebutkan tadi. Kemudian beranjak dari meja bayar ke meja komputer untuk mengambil flashdisk ku yang tertinggal.
"Makasih ya mas." Kataku sambil mengambil makalah yang tersisa di meja bayar setelah selesai dengan urusanku mengambil barang kecil yang berharga itu.
❃ ❃ ❃
Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul setengah sepuluh lebih lima menit. Itu berarti aku masih punya waktu dua puluh lima menit sebelum kelas International Economics ku dimulai. Plus lima belas menit maksimal waktu keterlambatan.
Aku masih mendekap makalah yang baru saja selesai aku cetak. Aku terbiasa untuk tidak mengecek ulang hasil pekerjaan yang sudah aku cetak. Meskipun terkesan sembrono, aku tetap memiliki alasan untuk melakukan itu. Kalau saja aku menemukan kesalahan seperti salah ketik atau ketikanku tidak rapi, aku pasti akan kecewa dan ada hasrat untuk memperbaiki ulang. Jadi, aku lebih memutuskan untuk tidak mengecek lembar per lembarnya. Sudah di cetak berarti sudah final. Sudah tidak ada perbaikan. Bukankah jauh lebih baik untuk mengeceknya sebelum di cetak?
Aku melangkah lebar-lebar menuju kantin. Bergegas menemui dua temankuㅡWanda dan Krystalㅡyang sudah lebih dulu sampai. Waktuku yang tersisa tentu saja masih sempat untuk mengisi perut yang kosong.
"Guys!" Seruku sambil meletakkan makalah yang tadi aku cetak di meja bersih, menarik kursi sambil memikirkan menu apa yang tepat untuk sarapan di pagi yang cerah ini?
"Gi, pacar lo namanya Sena?" Krystal menginterupsi secara tiba-tiba sebelum aku sempat menduduki kursi, aku melotot kaget, begitu pula Wanda yang duduk tepat di seberangku.
"Ngaco banget! Gisel kan jomblo tingkat provinsi" aku makin melotot, gak terima sama pertanyaan Krystal ditambah perkataan Wanda! Gilak, bawa-bawa tingkat provinsi cuman gara-gara mantan udah beda provinsi sekarang.
"Noh liat!" Krystal yang namanya bak berlian mahal dan sayangnya orangnya juga cantik luar biasa kayak berlian menunjuk makalah yang aku letakkan di meja dengan dagunya.
Otomatis, arah pandangku dan Wanda tertuju pada makalah itu.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Financial Management
Mataku turun kebawah lagi.
Oleh :
Sena Augusta M
17/18757/FE/15014
ManajemenAku menelan ludahku susah payah.
Pertama, aku tidak ada mata kuliah Financial Management. Kedua, namaku bukan Sena Augusta M dan ketiga, jurusanku bukan Manajemen melainkan Ilmu Ekonomi."MAMPUS GUE!" Jantungku udah mau copot aja rasanya atau malah udah jatoh ke dasar lambung karena perutku yang lapar mendadak kekenyangan sampai mau muntah. Gimana bisa makalah ketuker deh? Ini pasti ketuker sama mas-mas yang bayar fotocopyan di sampingku tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seulhun; EVANESCENT
Romanceev·a·nes·cent /ˌevəˈnes(ə)nt/ In english means soon passing out of sight, memory, or existence; quickly fading or disappearing. Dalam bahasa Indonesia merupakan kata sifat yang memiliki arti lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu sing...