Coming Home

2.7K 357 50
                                    

━━━━━━━━༻❁༺━━━━━━━━

Semua kejadian dalam cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak sesuai dengan fakta sejarah.

━━━━━━━━༻❁༺━━━━━━━━

.

.

.

.



27 Juli 1953

Waktu setempat, 7:00 malam

Korea Utara

Sesuatu sedang terjadi.

Jaehyun bisa merasakan. Dia sangat-sangat bisa merasakannya. Dalam hati dan pikirannya kini penuh dengan suara-suara tanpa daya, tangis dan harapan yang membengkak penuh dengan emosi dan kepiluan rakyatnya.

Semua prajurit yang turun dalam garda terdepan dalam sebuah perang pasti pernah merasakan perasaan ini. Sebuah perasaan untuk segera memenangkan perang, mendapatkan kemerdekaan dan mencatatkan sejarah baru bagi sebuah negara. Tapi kali ini berbeda. Ini bukan hanya tentang memenangkan perang atau mendapatkan kemerdekaan. Namun ini adalah pencarian kebebasan dalam bentuk yang paling murni yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang merindukan kedamaian.

"Hancurkan gerbangnya! Biarkan kami keluar!" 

Panmunjeom telah diisi dengan ribuan pengunjuk rasa malam itu. Rakyatnya menjerit. Para penduduk miskin, tertindas, kelelahan, frustrasi dan muak oleh agresi perang menyuarakan hak mereka yang dibelenggu keegoisan dua negara. Mereka telah mengemis perdamaian selama berbulan-bulan tanpa jawaban. Jaehyun mengira seiring gencatan senjata yang kian hari kian gencar, para rakyat juga merasakan keresahan akan gelombang sejarah yang akan segera berubah. Namun malam ini Jaehyun tidak turut turun untuk berjaga di daerah militerisasi dua negara. Dia berada di markas kesatuannya. Berbaring resah diatas matrasnya sembari mencoba melawan gelombang mual yang membuat kepalanya terasa berat untuk sekedar melihat peta operasi yang tergeletak diatas meja. Entah rasa mual itu berasal dari perasaannya akan rakyat atau justru berasal dari nasi kaleng yang mengisi perutnya saat makan malam.

Tiba-tiba pintu terbuka dan seseorang dengan wajah yang familiar masuk ke ruangannya. Youngho muncul disana dengan nafas terengah-engah dan wajah yang luar biasa pias. Letnan berpangkat satu itu nampak lebih terkejut saat melihat kaptennya justru berada di markas dan terkulai dengan tatapan kosong diatas matras. 

"Kapten, kupikir anda ikut dalam negosiasi? Apa kau baik-baik saja? Apakah anda sudah mendengar beritanya?" Cecar Youngho nampak tergesa. Ia bahkan melupakan salam hormatnya pada sang atasan. Sebaliknya Jaehyun pun terkejut melihat Letnan Seo datang. Ia pikir pria ini sedang berpatroli di semenanjung bersama Taeil dan lainnya. Mendengar pertanyaan Youngho, Jaehyun pun dengan sigap mengangkat kepalanya.

"Berita apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

.


.

.

.

Waktu setempat, 10:43 malam

Coming Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang