Elea
Pagi ini sama seperti yang sudah-sudah. Aku selalu terbangun di mana seharusnya aku masih bermimpi. Disaat semua orang menyukai mimpinya, aku selalu berharap tidur tanpa bermimpi. Sebab hal itu tidak pernah aku dapatkan sejak aku berumur 17 tahun. Dan selama itu juga aku hanya bisa tidur selama tiga sampai empat jam setiap harinya, karena suatu alasan yang menjadikan tidur adalah hal yang paling aku takuti.
Setelah bersiap, aku mengambil payung yang Ale pinjamkan kepadaku semalam untuk ku kembalikan. Jaketnya... mungkin besok ku setelah aku selesai mencucinya. Setelah mengecek kembali pakaian dan barang bawaanku, aku berjalan menuju parkiran untuk segera melajukan mobilku ke kantor.
***
Aku berjalan menuju meja kerjaku. Ku lihat ruangan kaca yang terletak di ujung ruangan masih kosong, "oh belum datang." batinku.
Tak lama setelah itu, aku melihat sosoknya. Kali ini lengkap dengan seragam kantor kami. Yang dipadukan dengan celana chino berwarna khaki dan Balenciaga triple S clear sole sneakers berwarna hitam, berjalan menuju ruangannya. Mukanya sedikit pucat, matanya juga tidak sesegar biasanya.
Tok tok..
"Misi.." kataku sopan.
"Eh Le, ada apa?" Jawabnya seraya membalikan tubuhnya yang mulanya menghadap rak buku menjadi menghadapku.
"Ini.. aku mau kembaliin payung yang kamu pinjemin semalem. Makasih banyak ya." lanjutku
"Oh, padahal nanti-nanti juga nggak apa-apa kok, Le." Jawabnya.
Suaranya sangat serak pagi ini. Suara khasnya memang sedikit serak, tapi pagi ini berbeda. Terdengar sedikit dipaksakan.
"Kamu sakit?" Tanyaku.
Dia tersenyum, "sedikit batuk. Kurang tidur aja kayaknya. Semalem harus nyiapin bahan meeting hari ini soalnya"
Aku yang tidak percaya dengan ucapannya hanya menatapnya. Aku yakin bukan itu sebabnya.
"I'm okay kok, Le. Tidur sebentar juga sembuh kok" katanya sambil berjalan ke arahku dan menyandarkan badannya di meja kerjanya, dan itu membuat posisinya benar-benar berhadapan denganku yang bediri di depan mejanya.
"Yaudah, kalo gitu. By the way, jaket kamu belum kering tadi, besok ya aku bawain." Kataku.
Dia hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Aku balik ke meja ya." Lanjutku sambil membalikkan tubuhku menuju pintu.
"Le" panggilnya yang membuat aku harus menoleh lagi ke arahnya. "Makasih ya." lanjutnya.
"For what?" Jawabku
Dia hanya menggeleng sambil tersenyum. Pada akhirnya hanya aku balas dengan senyum lalu meninggalkan ruangannya.
***
Siaran hari ini sangat melelahkan, tapi terbayarkan dengan satu pesan yang baru saja masuk.
From : Ardhana
I've landed , nanti malem aku jemput ya. Sekalian dinner :)Senyumku merekah bersamaan dengan datangnya Tere yang baru menyelesaikan liputannya.
"Seneng banget kayaknya, ada apa nih?" Tanyanya sambil menaruh tasnya di meja.
"Kepo banget sih lo" godaku.
"Makan siang yuk." Ajakku
"Yuk!" Katanya.
Dari mejaku, terlihat Mas Aji dan beberapa orang berjalan menuju ruang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [COMPLETED]
Ficción GeneralHari itu, kali kedua kami bertemu setelah beberapa purnama berlalu, Melalui tatapan pilu, aku tahu. Aku tak benar-benar berlari jauh, Yang ku lakukan hanya meniti sebuah garis yang membawaku menemuimu. EPOCH 'epək (n) : a period of time in history o...