𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐕 : 𝐎𝐔𝐑 𝐃𝐀𝐓𝐄 (𝐢𝐢)

2 0 0
                                    

Thaya melihat dirinya sendiri di cermin. Apakah penampilannya sudah pas? Apa terlalu mencolok? Atau terlalu biasa saja? Ah, sepertinya sudah pas. Ini bukan yang pertama kalinya Thaya pergi berkencan bersama Idan, tapi tetap saja Thaya merasa gugup. Apalagi, sekarang mereka tidak akan pergi kemana-mana, hanya akan berdiam diri di dalam mobil, menikmati suasana malam kota sekaligus merayakan Idan yang akhirnya memiliki sim. Thaya tahu betul bagaimana perjuangan Idan untuk mendapatkan sim itu.

"Teteh, mau kemana?" tanya Tio, sang adik, yang ternyata sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Thaya. "Aku ditinggal sendirian dong?"

Thaya menoleh, dan tersenyum pada adiknya, "kan ada bibi? Nanti A' Idan bawain sesuatu buat kamu. Coba tebak apa?"

"Ayam geprek ya? Yaampun A' Idan baik banget sama aku, sayang banget sama dia!" ucapnya senang.

"Teteh juga sayang banget sama dia, hehe. Yaudah atuh, kalau gitu teteh pamit dulu, jangan lupa suruh bibi kunci pintu soalnya sekarang rawan kemalingan!"

Tio kemudian membentuk sign OK menggugurkan jarinya, lalu Thaya mengusap rambut adiknya pelan.

Suara klakson mobil terdengar, ah, sepertinya Idan sudah datang. Astaga, detak jantung Thaya bekerja dua kali lebih cepat saat ini. Ia segera berlari ke ruang tamu untuk membukakan pintu untuk Idan. Ia tidak sabar melihat Idan dengan wajah sumringahnya menunjukkan simnya pada Thaya. Dari belakang, Tio mengekor.

Thaya membuka pintu, lalu terlihatlah sosok jangkung berkaos biru dongker. Keren.

"Hai, assalamualaikum! Coba tebak siapa yang abis dapet sim?" ucao Idan begitu antusias. Tuh kan, kalau sedang seperti ini, Idan benar-benar menggemaskan, seperti bayi. Idan kemudian melihat ke arah Tio, lalu tersenyum. "Mana Idan junior, kok sembunyi. Ayo sini, aa' punya sesuatu buat Tio. Tio pasti udah dikasih tau kan sama teteh?" ucapnya tulus. Tio kemudian berlajan mendekati Idan dan salim padanya.

"Mana ayam geprek aku, 'a?"

Idan kemudian menyerahkan sebuah kantong plastik berisi ayam geprek langganan Thaya dan Idan kepada Tio, kemudian mengusap rambut Tio. "Ini, sebagai gantinya, teteh kamu 'aa pinjem dulu ya? Nanti dibalikin kok, nggak bakalan lecet sama sekali." ucapnya nyengir. Thaya memukul tangannya pelan.

"Boleh, nggak dibalikin juga gapapa aku ikhlas." ucap Tio becanda, dan Thaya memelotot sebagai jawaban. "Becanda, hehe. 'Aa tolong jagain teteh ya, teteh juga jangan galak galak sama 'aa. Kalo gitu aku masuk dulu." Tak lama kemudian, Tio benar-benar masuk ke rumah. Tersisa mereka berdua saja di ambang pintu.

Idan berdehem, "cantik banget nih pacarku? Pantesan aja bulan gak muncul hari ini."

"Hahahaha jangan gombal. Mana aku mau liat sim baru kamu. Baru keluar hari ini ya?"

"Iya, bener. Hari ini. Nih, sim aku. Gimana, ganteng ga?" ucap Idan sambil menyerahkan sim miliknya. Thaya menerimanya, lalu tertawa lepas.

Astaga, pacarnya ini benar-benar tampak lucu di foto sim. Wajahnya tegang, gugup, tapi tetap tampan. "Kenapa ekspresi fotonya gini? Ketawa banget aku?"

"Ya Allah, kamu malah fokus ke foto. Aku padahal udah ganteng, loh!" ucap Idan, merajuk. Thaya tertawa.

"Nggak papa, tetep ganteng pacarku. Ayo, jalan-jalan!" ajak Thaya, Idan mengangguk. Keduanya mulai meninggalkan tempat, tak lupa Thaya menutup pintu rumahnya.

Malam ini, mereka akan berjalan-jalan mengelilingi kota, sambil merayakan Idan yang akhirnya punya sim.

☆︎★︎☆︎

Book 1 : Happy 1st MontheversarryWhere stories live. Discover now