PROLOG

27 2 9
                                    

Nama ku, Dansi. Umurku masih 23 tahun. Rambutku berwarna hitam dan agak berantakan karena aku pun jarang mandi untuk meneliti obat. Aku seorang dokter di sebuah kerjaan kecil yang makmur. Makmur di bagian jasa pertanian, perdagangan dan ramai dikunjungi oleh berbagai pedagang – pedagang dari luar kerajaan. Mungkin aku sekarang bisa dikatakan berjaya dalam jasa kedokteran. Disebabkan kemampuan tabib – tabib di istana pada saat itu sangat bisa dibilang belum memumpuni. Di kerajaan ini aku bisa dibilang satu – satu nya dokter yang dapat menyembuhkan hampir berbagai macam penyakit. Tapi dulu pada 10 tahun yang lalu ada seorang dokter yang bernama kansei. Beliau adalah guruku dan penyelamat hidupku. Aku berbicara begitu karena 10 tahun yang lalu pula beliau menyelamatkan ku dari sebuah insiden kecelakaan. Karena kecelakaan itu, aku kehilangan seluruh ingatanku dan dokter kansei merawatku dari kecil sampai besar. Mendidikku selama 6 tahun sampai suatu hari beliau meninggal dunia. Beliu ialah seorang dokter yang disukai dan dikenal dengan "dokter yang dermawan" dan "the kindness doctor" dikarenakan kebaikan beliau yang suka merawat pasien dengan senang hati dan suka rela tanpa biaya sedikitpun bagi orang - orang yang kurang mampu ataupun orang – orang terlantar. Jujur beliau adalah seseorang yang sangat ku kagumi dan hormati. Sampai sekarangpun perilaku beliau tetap kutiru hingga kini. Oleh karena itu, aku pun mulai dijuluki orang sebagai "anak hebat dari dokter". Itu bukan sebutan yang cocok untukku, tapi karena aku pun tidak memperdulikan mau dipanggil apapun asalkan tidak menganggu karirku sebagai dokter. Setelah kematian dokter Kansei, selama 4 tahun aku hidup sendiri dan belajar tentang ilmu kedokteran dengan buku – buku yang ditinggalkan oleh dokter. Demi meneruskan pekerjaannya.

Ada saatnya pasien datang kerumahku untuk berobat atau memeriksakan dirinya, tapi juga ada saat dimana aku ikut ke medan perang untuk membantu meringankan tugas tim medis para tentara. Oleh karena itu, kemampuanku telah diakui oleh semua tabib dan seluruh tim medis kerajaan serta para bangsawan. Tetapi aku tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dari semua itu. Pujian mereka tidak membuatku senang sama sekali, tapi aku senang dan bahagia saat melihat seseorang tersenyum karena nyawanya selamat oleh pengobatanku. Disaat itulah aku sangat bahagia. Disaat pasienku merasa puas dengan pengobatanku dan dia tersenyum lalu berterimakasih, aku pun langsung bahagia. Sekarang aku mengerti bagaimana perasaan dokter kansei. Oleh sebab itu aku pun hingga sekarang selalu membuat pengobatan gratis untuk orang yang tidak mampu. Tapi hal itu tidak membuatku rugi. Karena bahan – bahan obat dapat kutemukan di hutan dengan mudah. Lalu untuk uang aku dibayar oleh para bangsawan saat membantu para tim medis kerajaan.

Keseharianku yang dapat disebutkan saat tak ada pasien ialah mencari bahan – bahan, membuat teh disiang hari untuk relaksasi, bereksperimen kecil – kecilan dengan resep, bersih – bersih dan banyak hal lainnya. Tetapi aku tetap merasa kesepian saat tak ada pasien yang datang. Karena aku tak ada teman bicara di rumah. Sampai suatu saat ada seorang pria misterius yang datang kerumahku untuk berterimakasih atas suatu hal. Pada hari itu pun kehidupanku berubah karena seorang gadis kecil berumur 13 tahun yang datang dibawa oleh orang tersebut dan akan kurawat setelah diberikan padaku. Aku terasa lebih hidup dan bahagia saat merawat gadis itu dan melihatnya tersenyum sekali – kali. Meskipun awalnya dia tidak berekspresi tapi aku percaya bahwa dia juga akan menemukan kebahagiaan sepertiku dulu. Saat aku dirawat oleh dokter Kansei. Dan ceritaku dimulai hari ini.

The Lonely Doctor Try to FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang