***
Arloji tengah berdetik pukul 20.30.. nindi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur miliknya.. baru saja ia beristirahat, ia mengingat buku yang dipinjamnya.. diambil laptop dan dan buku itu.. "Riandi Mulanto" itulah nama yg tertera saat membuka sampul buku itu dan berisi tanda tangan d bawahnya..
ternyata itu namanya.. nindi melanjutkan membuat tugasnya..
Satu minggu berjalan sangat cepat, nindi akhirnya berhasil membuat tugasnya dan merasa bahwa buku yg telah ia pinjam harus di kembilkan..
***
Pukul 13.00 nindi tlah stand by menunggu lelaki itu di lantai dua perpustakaan sambil membaca buku yg ia pinjam sebelum di kembalikannya.. satu jam berlalu kini tllah 14.00 namun belum terlihat tanda2 lelaki itukan datang, Dilihatnya keluar jendela bahwa di luar sedang hujan deras.. "mungkin ia tak datang hari ini" pikir nindi dan langsung menuruni satu persatu anak tangga.. saat baru 5 anak tangga di lewatinya lelaki itu datang dari bawah dan dapat terlihat jelas bahwa ia sedang basah kuyup..
"hhmp... mau kembalikan buku yach" ujar lelaki itu sambil menunjuk kearah buku yg tengah di dekap oleh nindi..
"ohh.. iyah, ini bukunya" sembari memberikan buku itu.
"makasih yach" sambung nindi.
"yach, boleh langsung masukkan ketas, soalnya tangan saya basah".
nindi langsung memasukkan buku itu kedalam tas..
"maaf, saya turun duluan yach" sahut nindi yg langsung menuruni anak tangga..
***
Sedikit berlari menerobos rintiakan-rintikan hujan yang tak kalah berani dengan kegigihan nindi untuk menuntut ilmu. Hujan ini tak dapat menghalangi setiap langkah nindi membelah kegelapan kebodohan yang dapat merubah takdir menjadi lebih baik.. kini nindi berada di trotoar menunggu angkot yang akan lewat sambil berteduh di bawah teras2 warung makan.. belum juga 5 menit.. lelaki yang bernama Riandi Mulanto itu datang dan juga sama-sama berteduh di situ..
Senyum ramah dari nindi menjadi pengantar kedatangan lelaki itu, kini mereka berdua sama-sama berteduh. Namun, salah satu angkot tak kunjung datang..
plaaak..
Suara sergahan itu mengagetkan dua org yg tengah menunggu dengan satu tujuan yg sama..
Yach,, ternyata berkisar 10 meter dari mereka tlah mengalami kecelakaan.. orang dalam mobil itu keluar dan memukul sang paman dari motor yang telah hampir membuat ia menabrak tiang listrik.. amarahnya membabi buta, ia memukul tak kenal ampun. semua orang di situ berkumpul menyaksikan peristiwa yg sedang terjadi, nindi dan lelaki yang sedang berdiri di samping nindi itu juga ikut berlari menuju kearah mereka.. banyak org yg menahan lelaki yg sedang naik pitam itu agar tidak memukul paman berkendaraan sepeda motor. alhasil dari kejadian itu paman itu mengalami luka-luka pada bagian wajah.. wajahnya babak belur hingga berdarah.. entah pada bagian mana lagi yg patah.. sebab memang kejadian itu sangat lah sadis..
Saat berhasil memisahkan paman dan lelaki berbadan tegak itu.. langsung saja nindi menahan angkot yg lewat dan menyuruh agar paman itu di masukkan kedlm angkutan agar bisa di beri pertolongan di rumah sakit..
Tak lama kemudian lelaki berbadan tegak itu d bawah ke kantor polisi.. dan harus melewati prosesnya secara hukum..
Tak sadar ternyata lelaki yg juga blm nindi tahu sapaannya itu juga ikut dalam angkutan yg akan mengantarkan paman itu ke rumah sakit..
saat di rumah sakit.. akhirnya paman itu d periksa..
"oh yah, aku rian" ujarnya singkat..
nindi langsung mendongak melihat kearah rian.
"aku nindi" balasan singkat pula dari nindi..
"kamu jurusan apa?" tanya rian pada nindi..
"ilmu hukum, kalo kamu?"
"sama, ilmu hukum juga, aku semester 4"
Nindi terkikuk mendengar pernyataan rian.
"berarty, aku panggilnya ka rian aja yach?"
"kenapa? karna kamu semseter 2, umur kita sama kok aku kelahiran tahun 99, cuma lebih duluan sekolah"
"oh yach.. tapi, aku panggilnya tetap k rian"..
"aah,, terserahlaah"..
Berselang beberapa jam menunggu paman itu keluar nindi dan rian menghabiskan waktunya untuk berdiskusi tentang kasus yang akan menyergap sang paman itu, rian sungguh cerdas menyampaikan hasil bacaannya tak mau kalah nindi yang juga itu sedikit memberikan paparan tentang hal yang sama. Tak terlalu lama akhirnya paman itu keluar dari ruangan pemeriksaan, nindi dengan segera menghampiri sang paman dan menanyakan kabar dari paman.
“Bagaimana keadaannya pak?”
“Alhamdulillah, untuk hal ini saya baik-baik saja. Hanya saja dimana motor saya?”
“motor bapak mungkin telah dibawah ke kantor polisi” ujar rian yang langsung berdiri dari duduknya”
Denagn wajah murung bapak itu langsung pergi beranjar dari situ
“bapak mau kemana?” Tanya nindi sembari memegang bahu sang paman.
“saya mau mengambil motor saya, nanti istri dan anak saya makan apa kalau saya tidak bekerja”
“kalau begitu ayo kita ikut” sahut rian dari belakang melihat kearah nindi.
Sesampainya di kantor polisi rian dan nindi mendampingi paman itu mengurus semua masalahnya. Paman itu terlihat cemas, wajahnya yang sedikit kriput dan uban yag sudah mulai memenuhi kepalanya membuat paman sesekali bernafas masygul.
“bapak kenapa?” Tanya nindi
“bapak hanya takut masuk penjara neng, coba kalau saya tadi berkendara dengan lebih berhati-hati, pasti tak kan seperti ini”
“tenang yah pak, bapak nggak akan masuk penjara kok”
“terima kasih yang nak, sebaiknya kalian pulang dulu. Ini sudah sore pasti bapak sama ibu kalian menunggu di rumah”

KAMU SEDANG MEMBACA
Dekapan Rindu
Teen FictionSebuah Cerita antara cinta dan impian.. kau takkan pernah tau mungkin ada 1001 cara tuhan mempertemukan seseorang dengan caranya.. Nindi adalah seorang anak dari seorang pedagng kaki lima yang telah dicelakai oleh sekelompok orang yang tak dikenal k...