Mr. mark side

643 32 20
                                    

“lebih baik banyak tanya daripada sok tahu,” alibi andalan julia.

.

Tiga tahun lalu, saya disarankan oleh om untuk mengajar di salah satu sekolah yang dinaungi oleh yayasan miliknya, dengan alasan kemampuan bahasa inggris saya yang tidak boleh disia-siakan. Mungkin terkesan nepotisme karena memanfaatkan hubungan darah sebagai alat untuk mendapatkan pekerjaan, padahal om sendiri yang memaksa. Dia tidak tega melihat keponakan penganggurannya ini hanya menghabiskan waktu di antara tumpukan buku psikologi.

"kuliah lama lulusnya, kerjaan juga nggak ada. Biar nggak sia-sia ngasih uang bulanannya, mending kamu sekalian kerja di salah satu sekolah om,"  tutur si pria paruh baya kelebihan uang itu. Karena sejak remaja menumpang di rumahnya, jadi mana segan saya menolak perintahnya.

Sesuai ekspentasi. Sebagai orang yang dicap 'guru nepotisme', tentunya banyak kendala dari hal mental. Mulai dari gunjingan orang, dibilang hanya modal tampang, menghadapi murid dengan berbagai tingkah ajaib, contohnya salah satu murid yang sangat terhubung erat dengan saya.

Julia najah annazwan, dia bilang namanya seperti teroris dan tukang jagal. Jika kebanyakan murid mencuri buah mangga di sekolah, maka anak ini lebih memilih mencuri ranting pohon atau daunnya untuk menjadi camilan. Polos, banyak tanya, jarang mandi, makanannya aneh, sumber frustasi banyak orang disekitarnya, termasuk saya.

Ketertarikan dalam dunia psikologis membawa saya pada hubungan yang berkaitan erat dengan julia.

Saat mengetahui berbagai 'gangguan mental' yang dialaminya, tepatnya di pertemuan pertama kami. Sejak itu juga keputusan untuk bertanggung jawab pada anak ini dimulai dengan alibi menjadikannya kandidat peserta lomba debat bahasa inggris mewakili sekolah, dibimbing oleh saya selama masa pelatihan.

Entah bagaimana jalan pikir saya untuk memilih menjawab semua kebingungannnya, menghentikan cara makannya yang aneh, memberikan perlindungan seperti seorang ayah pada putrinya. Hal itu juga menjadi salah satu faktor bertambahnya rumor tentang si guru 'pedofil' berseliweran di lingkungan sekolah,  karena sering melihat saya yang terkesan memperlakukan Julia secara spesial.

Bagi kebanyakan orang mungkin anak ini aneh, menyebalkan, banyak tanya atau bahkan beberapa menyebutnya pasien rumah sakit jiwa. Meskipun mereka belum mengenal jauh si mungil dengan berbagai gangguan mental yang menekannya untuk bertahan hidup.

Tidak boleh adalagi orang yang dibunuh oleh ketidakpahaman lingkungan sekitar tentang gangguan mental yang dialami seseorang.

Julia tidak dibunuh oleh senjata tajam atau racun, tapi karena ketidakpahaman orang-orang tentang dirinya.

Ini bukan cerita si guru nepotis. tapi tentang julia si polos dengan berbagai sesi wawancara, keunikan, mental disorder yang semuanya saya rangkum dari berbagai pengalaman anak itu lewat buku harian dan cerita dari keluarga julia. Tentunya saya juga ikut andil dalam pengalaman  hidup si gadis ini.

Masih tertanam pekat cengiran khas anak itu saat memakan nasi kucing favoritnya. Semoga kamu bisa merasakan salju di surga, tapi tidak merasakan kedinginan. ah mungkin di sana ada mantel yang lebih tebal dari yang saya berikan di dunia. Oh iya, sebelas earphone yang kabelnya sudah putus itu juga masih mister simpan.

Masih belum bisa lupa segimana antusiasnya kamu kalau dengar lagu boygroup kpop kesukaanmu, atau seberapa semangatnya ngajakin saya galau dengan lagu-lagu boyband Day6.

yeoposeoo~” ah, hanya itu potongan lirik yang mister ingat.

Si gadis yang tidak suka dingin dan hujan. Sering mengeluh, hobi menggerogoti penghapus dan kertas, pemaksa, terlalu terbuka tentang perasaannya. Julia najjah annazwan. Si gadis berjuta pertanyaan.

“mister, doain saya supaya nggak dikasih banyak pertanyaan sama malaikat di kuburan nanti hehe," permintaan julia di menit-menit terakhirnya.








Marksung gaess jadinya:")

Question Queen [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang