checkpoint 3√

165 26 1
                                    

Warning typo

Apa yang terjadi setelahnya membuat Namjoon tertipu. Pasalnya dari pesan dan kejadian yang terjadi di rumah sakit berbeda 360°. Disana ia mendapat kejutan kecil dari beberapa perawat dan dokter. Tentunya si dokter magang yang terlibat perkelahian dengannya juga ada. Namjoon masih dalam mode muka bingungnya menatap satu-persatu semua orang disana.

"Selamat Ulang Tahun!" Ucap mereka semua. Terlihat ramai nyatanya hanya agak berbisik tak mau menganggu pasien lainnya. Disana,Seulgi membawa kue tak terlalu besar kepada Namjoon. Para perawat lainnya tentu heboh. Sebenarnya tak setenang ini. Dua puluh menit sebelum Kim Namjoon datang,para perawat berebut siapa yang akan membawa kue untuk lelaki tampan itu. Tak ambil pusing,Eunwoo lekas menunjuk Seulgi yang membawa. Menimbulkan helaan nafas kecewa bagi perawat lainnya.

"Kalian semua tau ulang tahun saya?" Namjoon menunjuk dirinya. Semua perawat dan dokter menunjuk salah satu dokter yang kabarnya sudah berkeluarga,dokter Taehyung. Hanya Taehyung lah yang tau kapan ulang tahun Namjoon. Namjoon menatap Taehyung sebentar lalu memeluknya.
Kim Taehyung,dokter yang selalu menjaga zona oranye. Incaran para perawat juga. Sayangnya si tampan sudah ada yang punya. Dirinya juga sudah menikah. Menikah muda dan memiliki empat anak,berlanjut satu anak lagi di dalam rahim istrinya. Dan Taehyung adalah teman Namjoon walau jarang sekali mereka bertemu.

"Jadi anda masih mengingat ulang tahun saya?" Taehyung terkekeh dengan senyum kotak miliknya," tentu,dan kau masih pakai bahasa baku—tak pernah berubah dari SMA" Namjoon balas tertawa.  Eunwoo mendecak kecil,"kapan potong kue nya?" Semua menoleh kearah Eunwoo,"a-apa?" Sontak Namjoon tertawa," kalian potong saja kuenya,tak perlu menunggu saya"  
Ucapan Namjoon itu membuat semua orang disana ribut. Tak terima karena yang ulang tahun tak mau memotong kuenya. Namjoon tersenyum lantas ia menepuk bahu Taehyung," biar dia yang memotong kuenya— Saya ada sesuatu yang harus saya temui" Hening seketika. Semua orang menatap punggung Namjoon yang seenak jidat pergi meninggalkan mereka. Peryanyaan besar bagi para pengkagum sosoknya. "Sudah diberi tak mau menerima" mulut licin Eunwoo mengkritik lagi.
.
.
.
Lagi dan lagi. ID card milk Namjoon digesekkan ke kamar nomor 411. Sekarang kamar itu harus jadi destinasi utama Namjoon. Suka? Suka sama penghuni kamarnya? Tak bisa dijabarkan. Masih menjadi rahasia hatinya. Langkah kakinya ia pelankan. Tak mau mengganggu penghuni kamar itu. Tapi apa yang ia dapatkan adalah Seokjin yang terduduk dengan tatapan kosong. Namjoon tersenyum mendekat ke arah ranjang. Seokjin menoleh dan karena ruangan itu gelap,ia menajamkan netranya.

"Hai" Seokjin diam tak menjawab," terlalu gelap ya? Maaf saya tak bisa menyalakan lampu nanti terlihat dari CCTV kamar" Namjoon merogoh sakunya. Diambil lagi untuk ketiga kalinya ia memberikan permen stroberi. Tangan Seokjin yang dingin digenggam oleh Namjoon. Dilebarkan telapak tangannya. Diberinya permen itu. Selesai sudah kewajiban Namjoon? Kewajiban baru. Memberi permen stroberi untuk Kim Seokjin. Seokjin tak memberikan reaksi apa-apa. Netranya masih mencoba menajamkan penglihatan. Susah. Seokjin akhirnya menangkap siapa orang yang memberikan benda itu saat Namjoon sudah berjalan keluar. Kilas cahaya dari luar bisa membantunya. Diambang pintu,Namjoon berdiri dengan senyum manisnya. Seokjin bisa melihat dengan jelas. Seseorang yang selama ini membuat hatinya berdesir. Kim Namjoon dan segala kebaikannya. Pikiran Seokjin yang awalnya kosong kembali terisi oleh sosok itu.

"Selamat tidur Seokjin-ssi,maaf mengganggu kenyamananmu" Namjoon menutup pintu kamar 411.

Lelaki itu melangkah pergi meninggalkan zona merah. Pikirannya penuh dengan lelaki cantik kamar 411. Entah perasaan suka atau bagaimana,hatinya selalu menghangat bila didekat Kim Seokjin. Namjoon menatap arlojinya. Sudah jam 00.30KST dan dirinya belum pulang. Ia juga harus mengikuti pesta kecil-kecilan rekan-rekannya. Namjoon kembali ke tempat itu. Rekan-rekannya tertawa senang dan terlihat menikmati pestanya. Netra Namjoon menatap Taehyung yang duduk tak jauh darinya. Dengan inisiatif,Namjoon mendekat kearah Taehyung.

"Bisa saya berbicara denganmu?"
Taehyung menoleh,"oh hyung ada apa?" Namjoon sebenarnya agak gengsi menyatakan pertanyaan ini. Ia mengulum bibirnya," bagaimana rasanya memiliki keluarga?—dan menjadi kepala keluarga?" Dilihatnya Taehyung yang berpikir. Taehyung tersenyum," seperti kau menemukan semesta dan—semesta itu menarikmu dengan kebahagian yang berlimpah" jeda," kau mau menikah hyung?" Sontak Namjoon menggeleng. Mau menikah bagaimana kalau dia tak memiliki calon?

"Tidak,saya hanya tanya. Oh iya bisakah saya besok tes psikologi zona merah?" Taehyung selaku kepala kedokteran di rumah sakit ini menyerngit heran. Bukannya Namjoon tak dibolehkan hanya saja—untuk apa?

"Tes psikologi zona merah? Dengan cara tanya jawab atau alat medis?" Sungguh Taehyung heran dengan izin yang diajukan Namjoon." Dengan tanya jawab. Hanya satu pasien saja,boleh?" Bertambah sudah heran Taehyung. Tes psikologi,tanya jawab dan hanya satu pasien yang di tes? Heol untuk apa?

Ragu Taehyung menjawab. Namjoon masih menatapnya dengan penuh harap. "Baiklah hyung" jeda," tapi ingat jangan membuat pasien sampai depresi dan trauma" seketika senyum Namjoon mengembang,"Terima kasih. Saya izin pulang dahulu. Terima kasih Tae!" Taehyung tersenyum,"hati-hati di jalan hyung!"

Taehyung terkekeh ," kau menyukainya hyung" ucapnya pelan.
.
.
.
Secercah cahaya masuk ke dalam jendela kamar Namjoon. Lelaki 26 tahun itu masih terduduk di kasurnya. Mengumpulkan nyawa setelah terambil. Sebenarnya hari ini ia diberi waktu libur. Hanya sehari. Tapi karena keinginannya,ia rela ke rumah sakit. Semangat empat lima. Setelah terkumpul nyawanya,ia bersiap. Tak butuh waktu lama mungkin empat puluh lima menit, Namjoon sudah berada di rumah sakit. Masih agak sepi. Namjoon dengan jurus mengendap seperti mata-mata handal, segera menuju zona merah. Berjalan melewati lorong hingga sampai sudah di depan pintu. Kamar 411. ID card nya digesek. Pintu terbuka. Penghuni kamar itu masih tertidur dengan tenang. Terlalu pagi untuk bangun. Kepagian juga si dokter mengunjunginya.
"Pagi Seokjin-ssi,bisa saya melakukan tes terhadapmu?—


tentang masa lalumu"











Aku pas ngetik ini dikira banyak words ternyata cuma 900+ gak sampe 1000 :v
Next chapter bakal cerita tentang masa lalu Seokjin ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Votement sayang~

☾ʙʀᴇᴀᴋᴛʜʀᴏᴜɢʜ⭐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang