Jangan sider sayang. Votement juseyo~
Katakan kalau sekarang Namjoon sangat senang bertemu dengan kepala rumah sakit yang terlampau baik kepadanya. Senyum itu tak luntur dari wajah Namjoon. Mereka memberikan pujian satu sama lain. Malah tak ada masalah apa-apa,seperti yang Eunwoo ancam beberapa menit yang lalu.
"Namjoon-ssi,terimakasih sudah menangani salah satu pasien zona merah" Terus terang tuan Kim selaku kepala rumah sakit jiwa itu terus berterimakasih tak henti-henti. Namjoon menunduk hormat," tak apa tuan Kim,itu prioritas saya menjaga,melayani dan menghormati seluruh pasien disini" Tuan Kim mengangguk. Matanya tersirat sesuatu yang tak bisa diaampaikan. Pria berkepala hampir lima itu kembali menegakkan tubuhnya. Tangannya mengambil sesuatu didalam lemari mejanya.
"Aku memiliki hadiah untukmu. Mungkin tak seberapa--tapi terimalah" Tuan Kim memberi kotak berwarna hitam bertulis merk jam tangan terkenal. Heol,baru beberapa hari menjadi dokter disini ia sudah diberi seperti itu.
"Ah..tak perlu repot-repot tuan Kim,saya hanya melakukan kewajiban saya" tolak Namjoon dengan halus. Tuan Kim malah mendekatkan kotak itu kearah Namjoon," jangan ditolak. Ini murni pemberianku. Pakailah besok,aku ingin melihatnya" Mau tak mau,dengan berat hati Namjoon menerima hadiah itu," terimakasih tuan Kim"
Namjoon mendapat anggukan setelahnya ia pamit pergi kembali ke rutinitasnya bekerja sebagai dokter. Hendak berjalan menuju zona merah,dirinya dihalangi oleh salah satu perawat cantik. Ia kenal betul. Rose,perawat yang menghalanginya. Alis Namjoon bertaut. Tak lama ia menatap Rose bingung.
"Anda butuh sesuatu?" Tanya Namjoon sopan. Rose menggeleng. Matanya tertuju pada kotak ber-merk yang dipegang Namjoon sedaritadi. Setelahnya ia menatap Namjoon kembali," apa itu?" Namjoon tau,tak hanya Rose saja yang menanyainya atau melihat dengan tatapan mengintimidasi tapi beberapa perawat yang bersembunyi dibalik tembok. Sibuk menguping pembicaraan mereka. Namjoon bisa melihat itu. Namjoon mengendikkan bahu," hanya barang dan mungkin anda tak perlu tau apa ini. Saya permisi"
Namjoon pergi melenggang meninggalkan Rose yang sedikit sebal. Para perawat yang sedaritadi melihat itu pura-pura sibuk saat Namjoon melewati mereka semua.
.
.
.
Tubuh Seokjin meronta minta dilepaskan. Sudut matanya berair dan memerah. Ia marah. Dua perawat yang berada disana ketakutan saat dokter Eunwoo terkena tamparan keras dari Seokjin. Seokjin tak suka perlakuan Eunwoo terhadapnya. Terlalu kasar tak berperasaan. Ia tak nyaman dengan itu. Eunwoo menarik nafas panjang dan kembali mencoba memasang pengunci gerakan untuk Seokjin agar tak meronta. Tapi apa? Seokjin yang terlampau marah berteriak keras. Menghancurkan barang-barang sekitarnya."CEPAT BERIKAN AKU CHLOROPHYLL DENGAN DOSIS 0,5 MG!" Saat itu Eunwoo benar-benar meminta. Dua perawat itu menggeleng," tapi itu tak dibolehkan dok--" Eunwoo sudah habis kesabarannya. Ia ambil sendiri dan mendosisnya cepat. Setelahnya ia mencoba meraih lengan Seokjin. Tak bisa,Seokjin kian meronta. Mengobrak-abrik kamarnya. Seperti hewan liar. Dan dirinya berhenti seketika ketika seseorang masuk dengan jas dokternya. Disana,diambang pintu berdiri Kim Namjoon dengan raut wajah yang tak bisa digambarkan. Namjoon berjalan cepat dan menghempas tubuh Eunwoo menjauh dari Seokjin.
"Anda gila?! Obat itu tak boleh disalah gunakan!" Bentak Namjoon. Kesabarannya sudah habis. Dokter magang itu bertindak semena-mena. Eunwoo meringis,menarik jas dokter Namjoon. Wajah Namjoon terkena bogem mentah dari Eunwoo. Hal itu menyebabkan sudut bibirnya berdarah. Dua perawat yang melihat perkelahian itu panik. Salah saru dari mereka dengan berani melerai kedua jantan yang bertarung.
"BERHENTI!BISAKAH KALIAN TAK MEMBAWA AMARAH DI KAMAR PASIEN!" Seulgi menonjok perut mereka. Tak terlalu keras namun menyakitkan. Setelahnya kedua lelaki itu meringis. Namjoon sebenarnya tak mau menyerang Eunwoo tapi Eunwoo malah menyerang kembali. Bajingan sekali dokter magang itu. Dilain sisi,Seokjin menangis saat melihat peperangan antara kedua dokter itu. Iya dia menangis. Seokjin perlahan berdiri dari duduknya di lantai dingin. Mendekat kearah kasur. Ia kembali tenang walau masih terisak. Eunwoo mendecak. Ia keluar dari ruangan itu sambil dibantu oleh Seulgi. Namjoon menatap Seokjin lalu dirinya tersenyum.
"Tak apa. Kau tak perlu menghawatirkan saya" ucap Namjoon kelewat percaya diri. Ia tau mana mungkin pasien penyakit bermental menghawatirkannya,mungkin atau bisa jadi Seokjin menghawatirkannya. Tangan Namjoon mengambil permen stroberi dari kantung jas nya. Memberikannya kepada Seokjin. Kembali tersenyum lalu mengusak rambut Seokjin," seharusnya kau tak boleh menolak pemeriksaan,itu membahayakan"
Seokjin hanya mengerjapkan matanya. Entah ia mengerti atau tidak yang penting Namjoon sudah menasehatinya. Tak ada percakapan lagi. Namjoon mengangguk," aku akan memanggil perawat untuk merawatmu. Jangan nakal--saya tau kau bisa sembuh,Seokjin-ssi. Semangat!" Kaki Namjoon keluar melangkah dari kamar Seokjin.
.
.
.
Rose,perawat itu membubuhkan betadine ke sudut bibir Namjoon. Modusnya untuk mendekati dokter tampan itu. Mumpung Namjoon melajang,mungkin dirinya bisa mengisi hari-hari Namjoon perlahan. Tangan lentiknya menyentuh bibir Namjoon. Namjoon sedikit meringis."Kau tak apa?" Rose menarik tangannya tapi di tarik kembali oleh Namjoon. Namjoon tersenyum singkat," tak apa,lanjutkan" Rose membelalakkan matanya. Namjoon,dokter itu menarik tangannya. Pipi Rose tak bisa berhenti memanas. Tangannya kembali berhati-hati. Hingga beberapa menit kemudian selesai sudah pengobatan ringan yang diberikan Rose.
"Terima kasih,saya pulang dahulu" Namjoon sedikit membungkuk untuk pamit. Dengan segala idenya,Rose menarik tangan Namjoon untuk menghentikannya. Tentu yang ditarik menoleh dan memberi tatapan bingung. Rose gelagapan," bo-boleh aku pulang bareng?" Pintanya. Namjoon tentu mengangguk karena tak mau mebuat kecewa sosok didepannya. Rose tersenyum lalu mengambil tas nya menyusul Namjoon dengan hati berbunga-bunga.
Namjoon menyetir mobilnya keluar dari parkiran mobil rumah sakit. Di samping kursi kemudi,ada Rose duduk tenang. Kaki Namjoon menginjak pedal gas. Jalanan Seoul saat itu tak begitu ramai. Diluar,suhunya bisa mencapai 16° karena sudah mendekati musim dingin. Mereka tak berbicara banyak. Hanya tentang pekerjaan itu saja sudah cukup. Tak berapa lama,Namjoon sampai di restoran. Rose mengajaknya tadi,sekalian Rose ingin lebih dekat dengan Namjoon. Mereka memesan makanan dan kembali memulai percakapan.
"Em--terimakasih Namjoon-ssi" ucapan itu sebagai awal percakapan. Namjoon menatap Rose," tak apa. Setelah ini saya mengantar anda pulang" Rose mengangguk. Tangan Namjoon mengambil permen stroberi dari saku celananya. Memberinya kepada Rose. Bahkan Rose saja tak suka dengan stroberi. Tapi karena itu pemberian pujaan hati,Rose menerima dengan senang hati.
"Kalau melihat permen itu,saya teringat dengan Seokjin-ssi" Rose yang mulanya menatap permen mengalihkan pandangan kearah Namjoon. Agak nyelekit dihati tapi Rose hanya mengangguk pelan.
Selesai sudah hari ini. Namjoon sudah mengantar Rose kedepan gerbang rumah Rose. Kali ini Namjoon menolak ajakan Rose untuk masuk ke rumahnya. Sekarang dirinya akan kembali ke rumahnya. Mobilnya berhenti di lampu merah. Atensi Namjoon menatap layar ponsel yang mengirim pesan. Disana tertulis pesan dari Kang Seulgi. Namjoon menekan pesan itu dengan sedikit menaruh rasa curiga. Benar saja. Namjoon hampir saja memukul setir mobilnya. Ia memijit pangkal hidungnya. Kakinya menekan pedal gas. Membelah jalan dan dirinya tak kembali pulang malam ini. Pergi. Dirinya pergi kembali ke rumah sakit.
Buat hari ini. Belum apa-apa udah konflik :') gak apa ye. Votement biar lanjut. Berharga votement kalian 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
☾ʙʀᴇᴀᴋᴛʜʀᴏᴜɢʜ⭐
أدب الهواة^Cerita tentang si gila yang bertemu obatnya^ 『 Kim Namjoon and Kim Seok Jin』 start:12.06.20 end: