Permulaan

18 2 1
                                    


"Menemukanmu di sisi dunia yang berbeda."

🔥🔥🔥

Seseorang melangkahkan kaki melewati lorong dengan pembawaan sarkas menuju ke arahku. Buram. Aku tidak bisa melihat sama sekali siapa dia. Kucoba mengusap kedua mataku berulang - ulang tetapi tetap saja. Buram.

Langkah kaki nya semakin cepat. Menghasilkan suara gema yang semakin kudengar dengan jelas.

Oh tidak, aku harus bagaimana

Kakiku seakan piluh kikuk di tempatnya tanpa bisa bergerak. Setidaknya hanya untuk menghindar.

"Setta"

Samar samar aku mendengarnya. Dia mengenalku. Siapa dia? Satu hal yang sangat aku inginkan dari puluhan ribu keinginan yang pernah aku sebut, sekarang hanya 1. Berlari.

Tetapi, mengapa tidak bisa?

Denyut nadiku kini tidak bersahabat. Seakan tau keadaan bahwa aku sedang tidak baik - baik saja. Saling beradu siapa yang paling kuat. Hingga menghasilkan getaran yang membuatku hampir tidak bisa bernafas.

Aku berkeringat.

Ya. Kucoba menyeka air yang mengalir deras didahiku dengan tangan. Merah. Tunggu dulu, sejak kapan?

Kucoba kembali mengusap dahiku secara perlahan untuk meyakinkan bahwa itu bukanlah Darah.

Ya. Aku berdarah.

Tanganku sekarang terlihat mengerikan. Anehnya, aku sama sekali tidak kesakitan.

Suara langkahnya semakin terdengar jelas, menandakan dia semakin dekat menuju ke arahku.

Hampir sampai.

Aku kembali merasakan ketengangan dan melupakan apa yang telah terjadi pada dahiku.

Hingga tiba waktunya, aku tidak mendengar lagi langkahnya.

Dia berada di depanku. Sekarang. Sambil menatapku dengan pandangan kosong dalam hening. Entah aku tau darimana, intuisiku yang mengatakan.

Hening.

Hanya diiringi deru nafas panjangnya yang tidak sengaja aku rasakan.

Aku bisa merasakannya.

Tunggu dulu, mengapa aku menghangat?

Aku gemetar. Sangat gemetar. Dengan terpaksa, aku beranikan diri untuk menyentuhnya.

Kuayunkan tanganku dan mencoba menangkup wajahnya. Dan,

dingin.

Aku merasakan dirinya sangat dingin tetapi mengapa aku justru menghangat setelah memegangnya?

"Apa kau baik - baik saja?"

Tunggu dulu, apa yang dia katakan barusan? Sudah sangat jelas aku sedang ketakutan.

Aku berusaha untuk mencoba berbalik tetapi sebuah tangan menahan dan menangkup tubuhku kedalam sebuah pelukan.

Itu semua terjadi begitu saja tanpa adanya perlawanan dariku. Aku semakin menghangat. Aku tidak lagi gemetar. Jantungku kembali dengan ritme yang normal.

Aku tidak mengenalnya tapi mengapa ini terasa nyaman? batinku

Ingin sekali aku melepas pelukannya tetapi ada batin yang menolak. Apa ini semua? Aku tidak mengerti.

"Selamat datang, Setta" bisiknya yang membuatku menegang.

Aku tidak mengerti, aku hanya ingin pulang. Aku menunduk dan mulai menangis.

"Siapa kau?" tanyaku

Hening, tidak ada jawaban

Bisakah dia langsung menjawab pertanyaanku? Bisakah aku pergi sekarang?

Keringatku berjatuhan deras didampingi air mataku yang bisa kulihat dibawah berwarna merah.

Aku tersentak ketika sebuah tangan menyentuh mataku sambil mengusap air yang jatuh membasahi hampir seluruh wajahku.

"Jangan menangis, Setta, itu menyakitiku"

Tidak. Aku terjebak. Tetapi mengapa aku menjadi tenang. Aku tidak melawan.

Dan sekarang, aku melihatnya. Hitam. Sedang menatap diriku dengan tatapan yang tidak dapat kujelaskan.





TBC



Enjoy sama ceritaku ya?
Jujur, aku ga bisa ngerangkai kata - kata dengan sangat baik. Sangat amatir. Aku harap kalian suka heuheuheu.

Dengan memencet ikon vote yang pastinya kalian sudah tau maksudku, itu sangat membuatku semangat untuk menyelesaikan cerita ini dengan cepat.


#bukanmanusiastereotip
#yangsukanyakopisenja

16 Juni 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Holding OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang