🥀 PROLOG 🥀

143 10 4
                                    

Di sebuah rumah mewah dengan gaya eropa klasik, tampak dua orang remaja tengah membicarakan hal yang cukup serius dengan seorang pria paruh baya.

"Papa telah mengenalnya cukup lama, dia orang yang baik dan pengertian. Kurasa, dia adalah pilihan yang tepat. Bagaimana menurutmu, Archel?"

"Tapi, Papa hanya mengenalnya dalam dunia kerja saja, kan? Papa nggak tahu kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana sikapnya nanti terhadap kami? Apa dia bisa menerima kami dengan baik? Kami harus mengenalnya juga, Pa."

Salah satu dari remaja itu melayangkan pertanyaan dengan bertubi-tubi.

"Kak Ello benar, Pa. Papa harus mengetahui bagaimana kepribadiannya yang sebenarnya." timpal seorang remaja yang lain.

"Diam kau, Arsha! Aku tidak menanyakan pendapatmu. Kau tidak perlu ikut campur tentang hal ini! Sudahlah, pokoknya kita akan dinner bersama nanti. Papa harap, jangan membuat masalah!"

Pria paruh baya itu segera meninggalkan dua remaja yang masih tampak kebingungan.

"Sasha, kok papa jadi begitu, sih. Semenjak kenal sekretarisnya itu, dia jadi semakin sering memarahimu. Bahkan, untuk hal-hal sepele saja dia selalu menyalahkanmu." ujar Archello.

"Iya, Kak. Dulu, sebenci-bencinya papa sama aku dia nggak pernah sesering ini memarahiku. Kalau bukan karena Kakak, mungkin aku sudah sering dipukuli papa." ucap Arsha pelan.

Ya, dua remaja itu adalah kakak-beradik dengan selisih umur 3 tahun, yaitu Archello De Jourgh dan Arsha Shaquilla De Jourgh. Sejak kecil, mereka berdua dibesarkan oleh ayahnya seorang diri yang bernama Alvio De Jourgh.

Akhirnya, tibalah waktu dinner bersama sekretarisnya itu.

"Halo Archello, bagaimana kabarmu?"

"Alhamdulillah baik, Tante."

"Archel, kamu sudah tahu maksud dari dinner ini, kan? Nah, jadi sekarang kita akan menentukan tanggal pernikahan papa dengan Tante Jane. Kira-kira, kapan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan ini?"

"Bagaimana kalau minggu depan?" celetuk seseorang yang baru tiba di tempat tersebut.

"Eh, Jasmine. Kami sudah lama menunggumu di sini. Kenapa kamu terlambat?" ucap Jane.

"Maaf ya, tadi aku terjebak macet."

"Hmm..., dia siapa?" tanya Archello pelan.

"Oh, dia anak tante satu-satunya. Jasmine ayo kenalan dulu!"

"Jasmine."

"Archello."

Mereka berdua saling berjabat tangan.

"Sudah-sudah, ayo sekarang kita makan dulu!" celetuk Janette.

Di sela-sela dinner tersebut, Alvio memulai obrolan mengenai acara pernikahannya.

"Seperti yang Jasmine katakan tadi. Apa kalian setuju jika acaranya diadakan minggu depan? Yah, acara ini hanya akan mengundang keluarga terdekat kita saja."

"Bukannya itu terlalu cepat, Pa? Bahkan, papa saja belum meminta pendapat Sasha." ujar Archello.

"Papa tidak memerlukan pendapatnya, dia kan hanya menyusahkan saja."

"Sasha itu adik kandungku, Pa! Dia juga berhak tahu tentang hal ini. Asal Papa tahu, jika Arsha tidak menyetujui pernikahan ini, maka aku juga tidak akan menyetujuinya. Permisi!" Archello meninggalkan acara dinner itu dengan penuh kekesalan.

"Archel! Archel! Tunggu!" seru Alvio.

"Sudahlah, Mas! Mungkin dia butuh waktu untuk menyetujui pernikahan ini. " ujar Janette.

Mereka terdiam sejenak.

"Oh iya, tadi kata Kak Archello dia punya adik kandung, apa itu benar?" tanya Jasmine memecah keheningan tersebut.

"Iya, Archello mempunyai adik perempuan yang seumuran denganmu." jawab Alvio pelan.

"Wah, aku bakalan punya saudara perempuan dong. Kapan-kapan aku ingin bertemu dengannya. Kurasa kami akan menjadi saudara yang akur." ujar Jasmine dengan penuh semangat.

"Dia jarang berada di rumah karena sibuk sekolah. Kau bisa menemuinya di sekolahnya, SMA Atlantis."

Eh, itu kan sekolahnya Zayn. Wah, pasti asik nih sambil ketemu dia juga.

Jasmine membayangkan dirinya akan bertemu dengan Zayn lagi, crushnya sewaktu SMP dulu.

"Baiklah, aku pasti akan segera menemuinya." ucap Jasmine sambil tersenyum.

1 kata untuk prolog ini?
See you on the next part ❤️

D E R A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang