The Future

13 0 0
                                    

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh tante rani masuk tante."

"Iya, mama ada ra?"

"Ada tan, sebentar ya zarra panggil dulu."

Ya ampun, entah kenapa tiba tiba malam hari begini tante rani datang ke rumah ku, tante rani ini adalah mama dari orang yang aku sukai lebih tepat nya tante rani ini mama nya mas farhan, selama ini aku sudah menyukai mas farhan sejak aku kelas 1 SMP, aku juga mengenal nya karena waktu itu mas farhan dan keluarga nya pindah ke sini akibat rumah lama mereka kebakaran, dan mengenai perasaan ini hanya aku lah yang mengetahui nya, eh..sama Allah. Heheh

Tante rani akhir-akhir ini memang sering ke sini, entah untuk apa tapi yang aku ketahui biasanya paling mama dan tante rani ngobrol biasa layaknya ibu-ibu komplek, tapi kali ini tante rani datang pada malam hari, alasan nya sih ingin ngobrol sama mama, tapi yaudah lah ya aku juga gak suka ambil pusing dengan urusan orang lain, jadi setelah aku panggilkan mama aku pun kembali masuk ke zona nyaman ku, apalagi kalau bukan kamar ku heheh..

Segera ku pencet tombol on pada laptop ku, ku ambil headset dan ku pasang di kedua telingaku, beberapa lagu yang bersemayam di laptop pun akhirnya terputar, aku gak memasang volume yang terlalu keras khawatir bila mama memanggil ku aku tak mendengar nya jadi volume yang ku pasang hanya sekedar mendengar lagu nya saja. dan.. Benar saja, mama memang memanggil ku,

Setelah aku keluar dari kamar, ternyata tante rani minta tolong pada ku untuk menjemput Adit.

"Ara bisa gak jeput adit di rumah, tadi kata adit dia ingin beli mainan awal nya tante pikir nanti adit beli nya sama mas nya aja tapi berhubung tante juga keluar jadi yaudah tante pikir sama tante aja, bisa kan ara panggilin adit ke sini?" (senyum)

"Eh.." (kataku terpaku)

"Serius nih, aku gak salah denger kan, aku disuruh ke rumah tante rani untuk memanggil adit ke sini dan di sana ada mas farhan, aduhh aku harus bilang apa, sejak kapan mas farhan pulang kenapa aku gak tau? Ahh udah lah itu gak penting yang penting sekarang apa yang harus ku katakan apa aku tolak saja ya, tapi kalau ku tolak.. duhh gimana nih."

Sejak tante rani menyuruh ku untuk kerumah nya dan membawa adit, aku tak menjawab apa- apa, lebih tepat nya semua kata-kata yang ingin ku keluarkan rasanya nyangkut di tenggorokan dan tak sampai ke luar ke permukaan, aku gak tau harus bilang apa, bukan nya aku malas di suruh tapi yang jadi masalah sekarang ini, mas farhan ada di sana dan aku harus berhadapan langsung ke padanya untuk meminta izin membawa adit, selama aku menyukai nya sekali pun aku gak pernah terlibat percakapan dengan nya dan ini adalah perdana, bisa jadi patung aku nanti saat ada di depan nya.

"Ra, maukan bawa adit kesini tante minta tolong ya?"

Pertanyaan tante rani berhasil membuyarkan lamunan ku, awal nya aku ingin menolak tapi entah kenapa kata-kata yang keluar malah..

"oh, iya tan zarra panggil adit dulu ya" (mampus.. kenapa harus kata-kata ini yang keluar, ya ampun apa yang harus ku lakukan sekarang)

Setelah kata-kata itu keluar dari mulut ku, mau tak mau aku harus membawa adit ke sini, ku pakai sendal andalan ku dan melangkah kan kaki yang rasanya berat sekali seperti nya di kedua telapak kaki ku ini sedang di ikat dengan dua buah sak semen, yaa berat sekali rasanya melangkah.

Oh ya, adit ini baru berusia 5 tahun dan dia adalah adik nya mas farhan, aku juga sama sekali belum pernah berbincang dengan adit, sudah enam tahun aku menyukai mas farhan dan sudah 6 tahun juga mas farhan dan keluarganya pindah ke sini sekali pun aku gak pernah terlibat percakapan baik dengan mas farhan sendiri ataupun adit, paling aku hanya mengobrol dengan mamanya mas farhan, selama ini mas farhan kuliah di bogor sejak empat tahun yang lalu, dan selama ini perasaan ku padanya masih terjaga dengan sangat rapi, aku juga gak tau apa yang istimewa dari mas farhan padahal mas farhan selama ini tak mengenali ku mungkin melihat wajah ku dia pernah tapi aku yakin dia pun gak akan mengingat hal yang gak penting bagi nya, yaa mungkin aku gak penting bagi nya, karena mas farhan memang sama sekali tak mengenali aku. Selama ini aku memang gak suka bermain layak nya teman seusia ku, karena aku lebih suka menghabiskan waktu dengan kesibukan dan dunia ku sendiri, jadi wajar bila mas farhan tak mengenali aku.

Short StoryWhere stories live. Discover now