Halo, Asdos Iqbaal! [2/3]

573 96 12
                                    

Halo, Asdos Iqbaal || [2/3]
 Selamat membaca, ya.
***

Waktu praktikum yang dimulai pukul 15.30 kini selesai pada pukul 17.40. (Namakamu) yang baru saja selesai memasukan baju laboratorium-nya ke dalam tas segera melangkah keluar dari ruangan Lab.2, tempat di mana ia dan praktikan yang lain melakukan proses praktikum.

"(Namakamu), gue nebeng lo, ya," ucap Salsha berusaha mengiringi langkah (Namakamu).

(Namakamu) mengangguk lemas, merasa lelah. "Tapi lo boncengin gue sampai kosan lo, ya."

"Beres itu mah," balas Salsha.

Akhirnya, (Namakamu) dan Salsha berjalan menuju parkiran. Namun, satu pesan masuk di ponsel (Namakamu) berhasil membuat ia menghentikan langkahnya dan terbelalak kaget.

Kak Iqbaal Asisten : Boleh sy jemput km sbntr?

(Namakamu) : Gak usah kak. Ktmu aja lgsg di tmpat makannya.

Kak Iqbaal Asisten : Oke. Cafe Rans. 19.20!

(Namakamu) : Iya kak.

"(Nam...), buruan!" teriak Salsha yang ternyata sudah naik di atas motor (Namakamu).

"Iya-iya. Gak sabaran banget sih."

*

Seperti waktu yang dijanjikan, (Namakamu) akhirnya melajukan motornya ke Cafe Rans yang dimaksud Iqbaal. Namun, sebelum ia benar-benar sampai di parkiran cafe, hujan deras tiba-tiba mengguyur. Hari yang sial!

"Fyuh..."

Walaupun baju yang dikenakannya tetap basah, (Namakamu) tetap menghelah napas lega karena telah berteduh di parkiran cafe. Netra-nya menangkap salah satu mobil yang terpakir di parkiran mobil yang ia yakini adalah mobil Iqbaal.

(Namakamu) tiba-tiba jadi merasa gugup, apa lagi baju yang digunakannya sudah basah terkena hujan. Sekarang, ia harus bagaimana?

"Harusnya, saya jemput kamu saja."

Ya Tuhan, (Namakamu) hampir mati karena jantungan. Tiba-tiba suara itu terdengar diiringi tangan seseorang yang bergerak menaruh jaket di pundak (Namakamu).

"Eh-- gak papa kok, kak." (Namakamu) benar-benar gugup sekarang.

"Kita pulang saja," ujar Iqbaal.

"Kok pulang sih, kak?" protes (Namakamu).

"Baju kamu basah, kalau kamu lupa," jawab Iqbaal.

(Namakamu) benar-benar merasa tak enak hati pada Iqbaal, karena tragedi kehujanan mereka akhirnya harus pulang.

"Kita, naik mobil saya saja."

"Motor saya gimana, kak?"

"Gampang. Nanti itu biar urusan saya," jawab Iqbaal datar.

"Ya udah deh, kak," balas (Namakamu).

Lagi pula, kalau dibiarkan mengenakan baju basah dalam waktu yang lama, tentu saja (Namakamu) akan masuk angin. Akhirnya Iqbaal membimbing langkah (Namakamu) masuk ke dalam mobilnya.

"Dingin?" tanya Iqbaal ketika ia dan (Namakamu) sudah berada di dalam mobil.

"Lumayan, kak," balas (Namakamu).

Jantung (Namakamu) tiba-tiba berdegup lebih kencang ketika tiba-tiba tubuh Iqbaal mendekat ke arahnya. Saking dekatnya, wangi dari parfume Iqbaal jelas tercium olehnya.

"Ke--kenapa, kak?" tanya (Namakamu) terbata.

Iqbaal tidak menjawab pertanyaan (Namakamu), tetapi gerakan Iqbaal selanjutnya berhasil menjawabnya. Ternyata Iqbaal sedang memasang seat belt untuk (Namakamu) dan selanjutnya tubuh Iqbaal kembali menjauh.

Halo, Asdos Iqbaal! [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang