Halo, Asdos Iqbaal! [3/3]

644 102 1
                                    


Halo, Asdos Iqbaal || [3/3]
Hai Hai, kita ketemu di part ending nih, selamat membaca, ya, manis!

***

Iqbaal menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kemudi di mobil. Saat ini, ia sedang menunggu (Namakamu) yang beberapa menit lalu memasuki kamar indikos-nya untuk mengganti pakaiannya yang basah terkena hujan.

Wajah Iqbaal tampak terlihat lega, tentu saja karena ia sudah menyatakan perasaannya pada (Namakamu). Sosok gadis manis yang berhasil membuat Iqbaal jatuh hati pada pandangan pertama ketika melihat gadis itu. Pandangan Iqbaal menerawang, terseret ke masa lalu, di mana ia kembali menjadi seorang siswa dengan seragam putih-abu di bangku SMA, yang dibuat jatuh hati oleh seorang gadis dengan seragam putih-biru di bangku SMP.

Iqbaal ingat saat itu, saat ia berkunjung ke rumah Aldy, sahabatnya. Hari itu, setelah lelah menyusuri jalan menggunakan motor dengan seragam putih-abu yang dihiasi pilox warna-warni pasca merayakan kelulusan sekolah. Iqbaal memutuskan berkunjung ke rumah Aldy untuk pertama kalinya, karena selama tiga tahun persahabatan mereka, hanya Aldy lah yang sering ke rumah Iqbaal.

"Main di kamar aja, yok," ajak Aldy pada Iqbaal yang sedang sibuk memainkan game online di ponsel-nya.

"Bentar-bentar, ntar gue kalah," balas Iqbaal dengan tatapan sepenuhnya pada layar ponsel.

"Ya udah," ucap Aldy.

"KAK ALDY!"

Iqbaal sontak berjengit kaget mendengar suara cempreng dari gadis yang baru saja memasuki ruang tamu itu dengan seragam putih-biru, rambut panjanganya terlihat lucu dikuncir dua.

"Kamu kenapa baru pulang? Ini kan udah sore," tanya Aldy.

"Yang gak jemput aku, siapa?" Gadis itu malah balik bertanya.

Aldy langsung menepuk jidatnya. "Astaga, maaf dek. Aku lupa," ucapnya.

Gadis itu memutar bola matanya malas, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan Iqbaal yang sedari tadi tidak lepas darinya.

"Hari ini, Kak Aldy punya dua kesalahan," ucap gadis itu.

"Kok dua? Emang apa aja?"

"Pertama, kakak beliin (Namakamu) sepatu sneakers, padahal (Namakamu) sukanya flat shoes. Dan yang kedua, kakak lupa jemput (Namakamu)," jelas gadis yang menamai dirinya-(Namakamu).

"Lha, apa bedanya sih? Sama-sama sepatu juga."

"Beda, kakakku sayang. Flat shoes tuh yang unyu-unyu gitu. Ih, pokoknya aku gak mau tau, kakak harus beliin aku flat shoes."

"Iya deh, Iya. Sana buruan ganti baju, ganggu aja deh," ujar Aldy.

"Oke, bye."

Gadis itu akhirnya melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua, meninggalkan Iqbaal yang masih menatapnya tanpa kedip.

"Heh, liat apa lo?" tanya Aldy ketika melihat Iqbaal masih menatap tangga menuju lantai dua yang sudah terlihat kosong.

"Gue baru tau, lo punya adik," ucap Iqbaal, memilih tidak menjawab pertanyaan Aldy.

"Ngapain juga lo tau? Awas ya, jangan berani dekatin adik gue lo," ujar Aldy.

"Iya, enggak kok."

"Awas aja, lo!"

"Nggak kok. Nggak sekarang maksud gue."

"Lo, mau mati?" tanya Aldy yang hanya dibalas tertawaan oleh Iqbaal.

*

Setelah menyelesaikan S1-nya, Iqbaal ditawarkan menjadi Asisten dosen tetap di Laboratorium jurusannya - Fisika. Dan Iqbaal memutuskan menerima tawaran itu sebelum ia melanjutkan pendidikan pasca sarjana-nya di luar kota.

Hari itu, ketika ia sedang menghabiskan kopi cup-nya di taman Laboratorium, segerombolan gadis-gadis melewati koridor Laboratorium.

"(Namakamu), emang lo udah ambil kartu kontrol buat praktikum?" tanya gadis dengan rambut pendeknya.

Gadis yang dipanggil (Namakamu) itu menggeleng. "Belum, bentar aja ah. Praktikumnya'kan masih empat hari lagi," ucapnya.

"Gue deg-degan dong, kita bakal dibimbing sama Kak Iqbaal."

"Emang, kenapa?

"Ih, yah karena dia ganteng dan killer."

"Oh."

"Kok, Oh doang sih?"

"Lha, terus, gue mau ngomong apa lagi?"

Iqbaal tampak tidak terganggu dengan pembahasan gadis-gadis itu. Mereka tentu saja tidak menyadari keberadaannya.

"Gak ada yang niat gebet kak Iqbaal, nih?"

"Gue mah, ogah," ucap (Namakamu).

"Ye, emang lo gak jatuh apa sama pesona dia?"

"Ya jatuh lah. Tapi, emangnya dia mau gitu sama kita?"

"Ya kalau sama lo sih, ada kemungkinan (Nam...). Lo kan cantik, gebetannya para senior di sini."

"Halah, udah ah. Gak usah bahas kak Iqbaal, nanti ada yang denger kita gosipin dia."

"Iya, iya."

Kemudian segerombolan gadis-gadis itu berlalu, menyisakan senyum miring di bibir Iqbaal. Iqbaal sangat yakin kalau ia memang sudah ditakdirkan untuk (Namakamu). Kebetulan sekali, gadis itu kuliah di jurusan yang sama dengannya dulu. Namun, sepertinya (Namakamu) sampai saat ini, tidak pernah menyadari kalau mereka pernah bertemu di rumah gadis itu. Hanya Iqbaal saja yang selalu mengingatnya.

Tok tok

Kilasan masa lalu itu terhenti ketika sebuah ketukan pada kaca jendela mobil terdengar, disusul dengan pintu mobil yang terbuka. (Namakamu) memasuki mobil Iqbaal lagi.

"Maaf ya kak, lama," ucap (Namakamu) tampak merasa bersalah.

"Gak kok, gak papa."

"Kita mau kemana lagi?"

"Makan, saya tau kamu belum makan."

"Oh, ya udah."

*

Oke, sampai di sini saja ya. Jangan lupa tinggalin vote dan komentar. Sampai jumpa di cerita pendek aku selanjutnya.

Oh iya, dalam minggu ini aku bakal posting cerita pendek lagi, mungkin hanya terdiri dari 8 part. Kalau kalian gak mau ketinggalan ceritanya, jangan lupa follow akun aku, ya.

Follow wattpad aku : anjeliaps.

Eh jangan lupa tinggalin vote juga, ya.

Komentar juga, hihih.

Aku tunggu lho, ya.

Vote, komentar dan follow akun akuh.

Salam UwU, Anjeli Dhiafakhri<3

Halo, Asdos Iqbaal! [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang