S A T U

8 3 0
                                    

Seorang siswi dengan sebuah pilox berwarna merah ditangannya menyeringai. Dia sekarang berdiri didepan pintu gudang sekolah. Waktu yang harusnya dia masuk kelas dan mengikuti pelajaran, dia malah mengendap-endap pergi ke tempat peradaban ini.

Dia membuka pintu itu dengan kakinya yang terlapisi sandal jepit. Dia adalah tipikal siswi yang sangat susah jika diajak memakai sepatu.

Rasanya ingin muntah saat dia melihat isi gudang itu dengan matanya. Dia melangkahkan kakinya pada tembok yang depannya tak ada tumpukan barang barang bekas.

Lalu dia mengocok pilox-nya itu, lalu tangannya mulai membuat sebuah karya made in Dara Lovita Gerlan.

Setelah selesai, dia melempar cat itu asal, lalu menepuki telapak tangannya sendiri. Dia menyentil hidungnya sendiri dengan ibu jarinya.

"Nice!" Ucapnya bangga.

Dia melangkahkan kakinya keluar, nyalinya akan ruang BK sudah tebal. Setebal kabut di gunung pada malam hari. Dengan langkah enteng dia terus melangkahkan kakinya, senandung kecil keluar dari mulutnya. Senyumnya juga tak lupa dia kembangkan.

"Berhenti!" Teriak seseorang.

Dara yang mendengarnya langsung memberhentikan langkahnya, dia memutar tubuhnya menghadap kebelakang. Dia tersenyum manis pada seseorang itu dan membuat lelaki itu mengerutkan keningnya bingung.

Ketahuan membolos bukannya grogi, takut, atau gimana dia malah tersenyum seolah olah tak melakukan kesalahan.

"Kamu kenapa keluar pas jam pelajaran? Mau dihukum?" Tanya lelaki yang dikenal sebagai inti anggota OSIS tersebut. Bukan ketua ataupun wakil, tapi sekretaris.

Dara menunjukkan senyuman smirk-nya, seketika bulu kuduk lelaki itu meremang. Tak lama, sebuah decakan keluar dari mulut Dara.

"Ck! Aris... Aris... lo anggota OSIS, tapi otak kaya buronannya Bu Ira. Lah lu juga kenapa bisa keluar kelas?"

Cowok yang bernama Aris Alejandrino itu langsung tertohok. Ingin menjadikan OSIS sebagai alasan, tapi Dara jauh lebih cerdik darinya. Sebenarnya posisi Aris saat ini juga sama seperti Dara, membolos dari pelajaran.

Dara yang langsung bisa membaca ekspresi Aris langsung tergelak. "Santai bro. Tuh muka kenapa tegang gitu sih? Mau berak?" Tanya Dara asal.

Aris yang memprediksi jika cewek dihadapannya ini akan mencelanya lebih lagi memilih untuk segera pergi. Dia tak ingin membuat dirinya malu lebih dalam lagi. Dara dengan mulutnya yang ceplas-ceplos kadang membuat orang risih.

Dara menggelengkan kepalanya, "mending balik ke kelas. Laporan sama mama Ira wali kelas yang galak." Gumamnya.

Dara melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang terletak dipojok. Selama berjalan dikoridor, dia menyapa para guru yang mengajar dikelas, itu pun jika pintu kelas yang dilewatinya terbuka. Jika tertutup, Dara akan menampakkan kepalanya dijendela kelas, menyapa isi kelas dengan leluconnya.

Sampai dikelas, dia langsung masuk dan menghampiri meja guru. Bu Ira, dia wali kelas dari 12 IPS 2. Galak, suka teriak teriak, suka ngegas, kejam, ngasih hukuman yang ekstrim. Tenang, itu semua hanya untuk seorang Dara Lovita Gerlan.

Tapi jika dengan murid lain, dia akan bersikap lemah lembut, sabar, manis, penyayang, baik, tutur katanya halus, nggak suka ngasih hukuman.

Misalnya saja pada saat ini, melihat kedatangan Dara matanya langsung menajam menatap gadis dengan baju yang setengah keluar dari roknya.

"Dari mana kamu?!" Tanyanya ketus, nadanya sungguh tak bersahabat.

Dara malah meringis lebar, saat semua teman kelasnya ketakutan karena kemarahan Bu Ira, Dara justru terlihat sangat tenang.

D A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang