I Benci You

5 0 0
                                    

"Kenapa you tak pergi dokter?"
"Dokter apa, Sayang?"
"You kan impoten."
"You google lah, carikan dokter, nanti I buat appointment."
"Fuck you!" Naura mengumpat dalam hati.

Dua tahun sudah dia menikah dengan suaminya. Namun dia tak merasa 100% bahagia. Nafkah lahir dia tercukupi, tapi tidak dengan nafkah batin. Suaminya tak pernah puaskan dia soal urusan ranjang.

Suara isak tangis selalu terdengar setiap malam. Dalam diam naura meratapi nasibnya. Entah salah apa dia, tak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang istri, nafkah batin. Selama menikah hanya sekali saja dia merasakan puas sebagai seorang istri. Dan itu tak pernah terjadi lagi.

Naura bingung dan sedih, tidak tau harus bercerita ke siapa. Hal yang berhubungan dengan sex masih dianggap tabu oleh orang-orang. Apalagi urusan ranjang suami istri, sangat dilarang untuk diumbar dalam agamanya. Stres dan depresi berat dia pendam dan lalui sendiri. Hanya tangis yang bisa meredakan segala keluh kesahnya.

Malam itu terjadi cekcok mulut antara naura dan suaminya.
"Kenapa diam? You tak suka I kan? You gay kan?" Naura meluapkan kata-kata yang seharusnya tidak dia katakan. Dia sudah tidak tahan lagi hanya memendam semua sendirian. Dia mengulang lagi pertanyaan itu ke suaminya yang masih saja diam.
"I tak gay," jawab suaminya dengan santai. "Kenapa bilang gitu?"
"Habis kenapa You bisa tahan tak berhubungan sex? Dua minggu sekali, sebulan sekali. Padahal dah ada istri. Umurpun baru 31 tahun. You gay kan? You tak nafsu kan dengan I? You tak suka dengan I kan?" Naura berkata sambil sesenggukan berlinang air mata. Dia dah tak tahan. Dia luapkan semua yang ada di hatinya.
"I sampai tega bilang You gay. Sebab i tak tau lagi nak cakap apa. I tak pernah dapat jawaban dari You. Setiap I bahas sebelum tidur, You langsung pura-pura tertidur. Kenapa? You memang gay kan? Tak nafsu dengan I."

"Bukan gitu," jawab suaminya sambil masih asik dengan game di handphone nya.
"Trus kenapa? Selama ini I pendam sendirian. I selalu bertanya-tanya. Tiap malam I nangis. Tiap I bahas masalah ini slalu tak dapat jawaban. You slalu menghindar. Kenapa hah? Jawab!!" Naura geram. Air mata dia semakin deras mengalir.

"You kene paham. Hidup di Singapore tak macam di Indo. Bisa punya anak banyak-banyak. Sebab murah. You kene pikir itu,"suaminya menjawab dengan nada agak galak. "Sini sekali melahirkan aja bisa sampai beribu-ribu. I taknak minta-minta sama ibu lagi. Ibu dah banyak bantu kita untuk nikah, beli rumah juga. Ibu banyak keluar uang. I tak punya tabunganpun. I pun sebenarnya kalau ditanya belum siap nikah."

"Ooohh, jadi You tak pernah sex sebab takut i hamil? "Hati naura sakit mendengarnya.
"Banyak orang-orang juga menunda punya baby dulu. Tapi mereka tetap berhubungan sex. Pakai kondomlah, suntiklah, minum pil lah. Banyak. Tak macam You. You memang tak suka kan dengan I. I benci You." Naura sedih sangat.

"Iya. Sekarang You dah tau kan jawabannya ! " suaminya membentak Naura.

Naura dah tak tahan. Dadanya sesak, sakit hatinya mendengar jawaban sang suami. Dia pun berlari ke kamar, dan meninggalkan suaminya di ruang komputer sendirian. Air matapun membanjiri wajahnya.
Kalaupun gak mau punya baby dulu, Naura paham, tapi tu bukan alasan yang masuk akal buat dia. Banyak orang pun menunda punya baby, tapi mereka tetap berhubungan sex. Sedangkan suaminya bisa setahan itu. Naura benci sangat pada suaminya.
"I benciiii Youuu,"
Naura menutup wajahnya dengan bantal. Ingin rasanya dia berteriak dan menjerit sekuatnya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa,"naura menjerit dalam diam. Bantal itu jadi saksi bisunya. Dia luapkan kekesalan dan kemarahannya. Air mata sudah mulai habis, dan matapun bengkak. Naura pun tertidur dalam kesedihan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang