3#

62 8 16
                                    

Hujan, malam begini Jungkook hanya mengiri dengki dengan dua sosok yang berkemul dalam selimut dengan laptop menyala didepan. Sirik.


Maleil menyuruhnya tidur cepat, tapi memang Jungkook anak burung hantu sehingga matanya kuat melek sampai pagi. Suara perutnya yang keroncongan mengusik rungu Lauddin, pemuda itu tertawa.

"Dek Koo, mau kakak masakin mie?" suara halus Jimin Lauddin seakan membuat kuping Jungkook dekat dengan gemuruh petir, ngeri. Dan kenapa harus Jimin? Nah, mana si abang yang tidak ker dengan adeknya?

Keterlaluan!

Mau bilang iya tapi malu, masa tuan rumah disuguhi oleh tamu? Tidak etis. Daripada mengisi lemak, Jungkook lebih tertarik dengan apa yang Taehyung dan Jimin tonton, bokep kah?

Melirik sedikit ke ranjang atas dan melihat abangnya tidak fokus ke laptop, tapi handphone bercase cream yang tidak pernah Jungkook liat sebelumnya. Punya kak Jimin kan yang bercase karakter biskuit coklat di sebelah laptop, lantas?

Jimin yang melihat arah mata Jungkook menendang keras pinggul sahabatnya hingga sedikit terpelanting, hampir saja Taehyung memprotes sebelum Jimin menyadarkannya jika Jungkook belum tidur.

"Ngapen liat-liat? Tidur sono!" Maleil yang badmood sontak membuat Jungkook berbalik badan, takut dengan suasana hati abangnya yang aneh. Baik banget tapi bisa lebih buruk dari nenek sihir punya putri salju, ngeri.

Jimin tertawa renyah dan menggeplak kepala Taehyung, "budeg, dia laper, cuk". Taehyung balas menepuk bibir Jimin yang kasar, sebab Taehyung tak mau Jungkooknya juga sekasar lelaki pada umumnya, telinga harus dijaga.

Sayangnya Jungkook tidak sebayik yang dipikirkan abangnya.

"Mulut, ya! Gue cipok lama-lama"

"Dih, najis"

Maleil memasang tampang buruk dan mengomat-kamitkan dua kata terus menerus hingga melenggang dari kamar, kata "Jiminie baka" terdengar samar dari luar. Tentu Jimin yang secretly wibu tahu artinya, Jimin bodoh? Da Hell Taehyung butuh periksa otak, mungkin otaknya agak mengecil.


Tak beberapa lama, tiga cup mi instan ditenteng Taehyung masuk. Mama bakal marah sih, tapi kelihatannya tidak, karena marahnya ibu negara tidak mungkin terkena duta besar Lauddin.

Nyaris tertawa ketika binar mata Jungkook yang jernih meneriakkan horray! Aih, lucunya adekku.

Tak berselang lama, Jungkook tepar karena kenyang dan Taehyung mengelus-elus puncak kepala sang adik pelan. Takut bocah ini terbangun, lalu mencium pipi penuhnya hingga aroma semerbak minyak telon bayi menguat tajam ke indranya. Total gemas pada adik kecil yang tidur melingkar bagaikan adik bayi dalam kandungan, aiya~ Taehyung ingin memeluk namun takut adiknya makin illfeel.

Maleil pikir, Kookoo akan semakin takut dan illfeel jika ia bersikap normal. Ya sudahlah, biar Koo kecil berlatih mendapat sun sun dari maung.

"Sayang banget sama adik ya?" Jimin menyandar pada kepala ranjang, Taehyung yang jongkok di sebelah ranjang adiknya tersenyum lebar.

"Tentu, bosque. Mana ada yang tidak sayang pada buntelan uwu-uwu macam Koo-gue, nope!" bangga Taehyung, "manis banget kan? Tipe-tipe pihak bawah imut yang suka marah, dan juga—"

Tepukan kecil pada pantat, membuat Jungkook menggeliat resah.

"—Nice ass"

"Goblok dipelihara, adik lo straight, njing!" kesal, soalnya Jimin panas dingin, takut Jungkook bangun atau semacamnya. Jelas tidak mau terciduk menjadi pedofil, tidak etis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang