Hello Rajal

3 0 0
                                    

"Namaku Rajawali Banjaran, kerap disapa Rajal''.
Begitulah kira-kira perkenalan seorang siswa, saat Ssana, menemui Bu Anita di ruang kelas XII Bahasa 4 tadi. Tidak sia-sia Ia telat mengumpulkan tugasnya, dan mengantarkannya sendiri kepada Bu Anita di sana dia malah disuguhi pemandangan Indah. Muka datar, tatapan dingin, rahang tegas, bibir tipis semuanya nyaris Indah di matanya. Memang tipe idealnya.

Ssana masih saja tersenyum mengingat seseorang yang bernama Rajal itu.
"Eh"
tubuhnya nyaris terjatuh ke depan saat seseorang menabraknya dari belakang. Ia berbalik memastikan siapa orang itu. Matanya membelalak, mulutnya menganga lebar, buku-buku yang ada di tangannya ikut berjatuhan.
"Benar kata orang jodoh tidak kemana, " gumamnya dalam hati.
"Maaf, gue nggak sengaja," kata orang itu. Ia hendak membantu memungut buku yang di jatuhkan oleh Ssana.
"RAJAL, JANGAN LARI KAMU!" Suara keras itu menyadarkan Ssana dari lamunannya.
"Eh, mau kemana?" Tiba-tiba Rajal menarik lengan Ssana agar ikut berlari. Meninggalkan buku-buku yang tidak sempat di pungut.
Ada yang aneh, kenapa bisa murid baru harus berurusan dengan guru BK di hari pertamanya?

Berlari sejauh ini membuat Ssana sulit bernafas. Ia mengontrol nafasnya yang tersengal-sengal. Menatap orang disebelahnya yang melakukan hal yang sama, nafasnya masih tersengal-sengal. Ada sesuatu yang hilang, aura dingin yang Ssana lihat tadi berubah hangat, muka datarnya berubah menjadi... ''Senyum jahil? Apa-apaan ini!!! Tipe idealku menghilang?" Ssana menatapnya penasaran.

"Bukannya lo murid baru di kelas XII BAHASA 4?" Ssana bertanya,
"Oh, yang tadi. Kelas gue lagi materi pentas drama, ceritanya gue jadi murid barunya, lo murid kelas XII IPA2 Kan? "
Rajal memandang Ssana, memiringkan kepalanya.

Ssana masih bergeming, memang muka ini tidak asing.
"Lo gak kenal gue,?" Rajal bertanya karena Ssana diam seakan masih berpikir.

Ssana mengalihkan pandangan kearah Rajal. berusaha mengingat.

"Astaga Ssana, kok bisa sih lo lupa Rajawali, si berandalan sekolah yang hampir setiap hari masuk ruang BK" Ssana bergumam pelan, Ia merutuki kebodohannya.

"He.. Hello Rajal" Ssana berusaha tersenyum, walau terlihat masam setidaknya Ia tersenyum. Daripada terlibat lama-lama dengan Rajal Ssana memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
"Gu..Gue duluan ya" Siapapun yang berbicara dengan Rajal pasti akan terbata-bata juga, mengingat cowok itu berandalan yang paling di segini di sekolah salah sedikit pasti dipermasalahkan. Dan kalau sudah bermasalah dengan dia, siap-siap merasakan neraka sebelum mati.

"Ssana! Lo Sussana Emily 'kan?" Rajal memanggil saat Ssana hendak berlalu.

Ssana membalikkan badannya, menghadap kearah Rajal yang berdiri di belakangnya.
"Beliin gue minum dong! " Rajal menyuruhnya dengan santai, seakan-akan menyuruh Bi Itta, pembantunya di rumah.
Tapi apalah daya, sepertinya kali ini Ssana mendapat peran sebagai Bi Itta versi remaja.

Ssana menghela nafas, sepertinya permainan telah dimulai.
"Uang lo mana?" Ia berusaha terlihat santai, namun di balik semuanya itu Ia menyembunyikan rasa takut. Anggap saja Rajal adalah hantu penunggu sekolah yang kerjaan tiap hari mengganggu siswa-siswi yang takut kepadanya.
"Pake uang lo lah!" Rajal berjalan memperpendek jarak antara mereka.
"Udah cepet sana!"

Ssana menahan nafas, "lo mau minuman apa! " Sebaiknya Ia mengalah. Toh, uang jajannya tidak akan habis kalau hanya untuk membeli sebotol minuman.

"Emmm... Air mineral aja deh, sekalian sama makanan, gue belom makan nih." Rajal beranjak duduk di bangku yang ada di dekat mereka.

"What? Lo pikir gue emak lo?! Jajan gue kagak cukup!" Seakan sadar bicara pada siapa Ssana mendekap mulutnya sendiri.
"Iya gue beliin, tunggu disini"
Sebaiknya ia mengalah dan memenuhi keinginan Rajal.
"Hm, cepetan lo." Rajal mengibaskan tangannya, mengusir.

**

Ssana kembali membawa sebotol minuman dan makanan untuk Rajal.
Memang namanya sudah sesuai dengan sifatnya yang suka memerintah.

"Ini makanan lo" Ssana menyodorkannya pada Rajal.
Rajal menerima dan membukanya.

"Cuma nasi goreng ama kerupuk doang?" Rajal menatap Ssana yang masih diam ditempatnya.

"Abisnya uang gue gak cukup," Ssana menggigit bibirnya. Hari ini dia tidak membawa jajan lebih, hanya cukup untuk sekali makan.

Ia terlahir dari keluarga sederhana, ibunya adalah seorang koki salah satu hotel di Jakarta, dan ayahnya penyiar di stations TV swasta. Dengan gaji mereka, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan membiayai ketiga anaknya yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah dan SMA. Ssana mempunyai dua orang saudara. Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya saat ini kuliah di salah satu universitas negeri, Ia mengambil Jurusan kedokteran, dan satu-satunya anak lelaki dari keluarga Hinata, dan adiknya juga bersekolah di tempat yang sama dengannya, sekarang masih kelas XI.

"Gue nggak mau tau, beliin yang lain!" bentak Rajal tidak sudi di beri makanan seperti ini.

"Kalian bisa diam gak?" kata seseorang dari belakang. Saat ini mereka berada di taman belakang sekolah.
"Tidur gue keganggu" Ia menatap dingin ke arah dua orang yang menoleh padanya. Bahkan kata-katanya tak kalah dinginnya.

"SIAPA LO?! BRANI SAMA GUE?!" bentak Rajal. Setaunya tidak ada orang yang berani menyuruhnya untuk diam, karena dialah Rajal, hanya dia yang boleh memerintah.
Dan lebih parahnya orang itu adalah murid kelas XI, cewek lagi.

"Lo ngapain masih disini? Udah masuk kelas sana!" Ia menatap Ssana yang masih tidak bergeming menyadari keberadaannya.

"GAK BISA, LO HARUS BELIIN MAKANAN BUAT GUE"

Sekarang Ssana dilema. Apa yang harus dia lakukan? Menuruti kata January, adiknya atau Rajal, yang hanya akan menghabiskan uang jajannya? Menolak salah satunya adalah hal yang mustahil. January, gadis itu memang terlihat tenang, tapi siapa yang tau kalau dia adalah seorang Sosiapat, hanya Ssana yang tau karena dia adalah saudaranya.
Dan Rajal? Bermasalah dengannya sama saja dengan berada di zaman penjajahan Belanda. Harus perlu perang dunia ke-3 untuk menghentikannya.

" tunggu apalagi Kenapa masih di situ udah cepetan pergi sana" January menatapnya dengan Tatapan yang tak terbaca.

Tanpa pikir panjang Ssana menuruti saja kemauan sang adik, urusannya dengan Rajal setidaknya ia sudah membelikannya makanan dan minuman tadi. Suka tidak suka, terima tidak terima itu tergantung Rajal. Sebaiknya ia berlalu.

"LO BENAR-BENAR YA!'' Rajal menatap tajam kearah January.
"MAU NYARI MASALAH SAMA GUE!?" Rajal berdiri menghampiri January, karena sedari tadi Gadis itu hanya menatapnya penuh arti.

Rajal melayangkan tangannya hendak menampar January, namun dengan santai Gadis itu menahannya. Tak seperti gadis-gadis yang sering ditemuinya sebelumnya, gertakan sedikit saja mereka pasti menciut. Tidak dengan Januari tak ada rasa takut di matanya.

"karena loh udah gangguin gue," January memberi jeda, menatap Rajal yang melotot kearahnya ''jadi dengan terpaksa gue harus main tangan juga" January tersenyum licik.

Bugh!!

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang RajawaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang