Dengerin perkataan orang lain itu ibaratnya candu, sakit iya.
tapi susah berhenti.°°°
"Chinora!"
Sang empunya nama hanya bisa mendongak penasaran setelah mendengar namanya dipanggil.
Aneh, pikir Nora.
Dia merasa tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan memanggilnya dengan sebutan Chinora. Bukannya lebay, tapi ini fakta, men. Orang lain tidak akan repot-repot memanggilnya Chinora, apalagi beserta nama lengkapnya, Puspita. yeah, Chinora puspita.
Cukup dengan nama panggilan singkat, Nora. Dia akan senang hati merespon panggilan itu.
"Heh! Nama kamu Chinora Puspita kan? Orang yang memenangkan kompetisi sains kemarin, em.. ma-maaf kalo semisal aku salah orang, hehe."
Nora mendongak, mendapati seorang gadis di belakangnya berbicara dengan mata berbinar-binar. Gadis itu cantik, sekali lihat kamu akan mendapat kesan bahwa dia adalah orang yang eassy going. Gadis itu tampak malu-malu tersenyum dengan mengarahkan tatapannya ke arah Nora.
"Apakah aku salah orang?" tanya gadis itu sekali lagi karena merasa tidak mendapatkan respon dari Nora.
Tatapan Nora menajam, apakah gadis ini seperti orang-orang sebelumnya? Yang akan mendekatinya dengan maksud tertentu. Nora menghela nafas gusar. Ayolah, jika dia tidak bisa punya teman yang tulus setidaknya kehidupan sekolahnya harus berjalan dengan tenang.
"Kenapa mencari saya?" tanya Nora yang memilih menggunakan bahasa formal untuk orang asing.
Gadis itu tersenyum lebar tatkalah mendengar jawaban yang sudah ia nanti nantikan keluar dari mulut Nora.
"Hai! oke aku akan memperkenalkan diri tapi sebelumnya aku sangat kagum atas prestasimu itu Nora, a-aku bahkan rela pindah sekolah kesini supaya bisa berteman sama kamu dan," ucapan gadis itu terhenti sejenak untuk melihat seperti apa reaksi seorang Chinora Puspita-calon sahabat disekolah barunya. "-dan namaku Arindiya Sari, siswa baru di sini sekaligus penempat posisi dibawah kamu pada kompetisi itu."
Nora mencoba mengingat deretan nama peserta kompetisi yang berhasil masuk sepuluh besar, ah iya dia ingat. Dengan selisih dua puluh angka, Arindiya Sari menempati juara ke-2.
"Em.. Lalu?"
Arin mendengus kesal. Benar kata orang, Chinora Puspita itu memang sangat dingin. Untung saja Arin kagum dengan prestasi Nora, jika tidak dia tak akan susah payah mengejarnya sampai pindah sekolah.
Suara bel akhirnya berbunyi, pertanda waktu istirahat telah usai dan membubarkan kerumunan siswa yang sedang bercakap ria.
"Misi." Nora melengos melewati Arin yang sibuk memikirkan dua puluh dua cara berteman dengan seorang Chinora Puspita.
"Eh kok aku ditinggal, Chinora... Tunggu aku... " Teriak Arin disepanjang koridor.
***
7 menit
Lewat tujuh menit sejak bel masuk berbunyi. Sialnya, Nora baru sampai di depan pintu kelasnya.
"Oh may god, anak teladan telat guysss!"
"Wah apakah tanda-tanda akhir zaman..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chinora's View
Teen FictionDi mata orang lain, seorang Chinora adalah seorang gadis cantik dengan segudang prestasi yang membanggakan. Lalu, di matanya sendiri gadis seperti apakah ia? Layaknya sebuah pepatah, 'Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri'. "Andai hid...