Chapter 1

29 0 0
                                    

                          
Please give your comments and votes
                             🌸🌸🌸

Hari ini seperti biasanya Putri menggunakan baju Hoodie nya dengan celana lejing yang tidak terlalu ketat. Kemudian lekas ia keluar rumah dengan suara hentakan kakinya yang tidak keras karena ia menggunakan sepatu olahraga yang manis berwarna merah muda serasi dengan bajunya.

Kemudian ia menggunakan sepeda gowes yang berwarna hitam dengan corak pink. Tampaknya Putri menyukai warna pink. Tak lupa juga ia menggunakan helm. Oh ya, tas kecil berwarna hitam akan menemaninya kali ini.

Putri menginjak pedal sepeda dengan semangat. Sang burung berkicau menyambut gadis cantik ini. Pagi tepat pukul 06.00 WITA, gadis ini sudah berada di jalanan Depok.

Sampai akhirnya ia sampai di sebuah toko penjual bunga. Ya. Queen bekerja di toko bunga. Ia sudah menjadi anak buah dari seorang pemuda tampan bernama Fahmi selama hampir 2 tahun.

Pria jomblo itu keluar dari pintu. Ia menatap tersenyum pada Putri yang menyandarkan sepeda.

“Kamu selalu datang tepat waktu,” senyum manis pria itu membuat Putri makin bersemangat. Rasanya bekerja adalah warna dalam hidupnya.

“Sekolah kita kan selalu mengajarkan kita untuk selalu bersikap disiplin,” perempuan itu melepaskan helmnya lalu menaruh di atas sepeda.

Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih utama sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Asr  103 ; ayat 1-3 yang artinya, “ Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

“Oh ya kita kedatangan pegawai baru loh..” pria itu mengabarkan ke Putri berita yang hangat.

“Benarkah? Siapa?” Putri bertanya sambil membereskan beberapa bunga-bunga yang akan ia susun rapi di beberapa tempat.

“Tampaknya dia terlambat hari ini,” pria itu enggan memberikan jawaban. Ia justru melihat ke arah jam tangannya.

“Tidak apa.. masih baru kan? Mungkin belum terbiasa,” perempuan itu sedang sibuk menata bunga dan membersihkan meja untuk tatanan bunga.

----------

“Humaira...”

“Iya, ummi...”

Gadis berusia 17 tahun itu sedang sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam tas kecil miliknya. Wajahnya terlihat khawatir. Jantungnya berdegup kencang. Apalagi ia melihat jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul 06.05 WITA.

“Humaira, lihatlah jam, nak! Kamu sudah terlambat,” sang ummi yang berada di ruang tamu tampak merasa aneh dengan putrinya yang belum juga keluar dari kamarnya.

Humaira. Dengan penampilan syar'i nya keluar dari kamarnya dengan raut wajah khawatir.

Astaghfirullahalazim Humaira, apa yang terjadi sehingga membuat kamu lama?”

“Ummi...”

“Ya?”

“Tidak jadi. Kakak mana?” gadis itu ingin mengatakan sejujurnya. Tapi ia takut umminya tersakiti. Ia mengalihkan pembicaraan sambil mencari batang hidung kakaknya.

“Ada di depan. Sudah menunggumu dari tadi,”

Humaira mendekati umminya lalu mencium tangan umminya.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, ummi,”

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu, hati-hati, nak,”

DELIMA (Di titik LEMAh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang