Setelah kejadian Linda mencuri ponsel milik ibuku, keluarga kami berjauhan. Ibuku tidak menanyakan apa-apa lagi tentang Linda dan keluarganya. Tetapi saat pembagian hadiah ranking di sekolah ketika ibuku bertemu Linda, dia baik-baik saja seperti biasanya menanyakan kabar, namun raut wajah Linda merasa tertekan seperti ketakutan. Ada 2 kemungkinan Linda merasa seperti itu, yang pertama dia merasa bersalah dan yang kedua dia takut dimarahin ibuku karena tidak ada orang tuanya dia jadi tidak bisa bersembunyi atau marah balik, padahal ibuku juga tidak dendam walaupun masih kesal karena kenangan yang dia simpan hilang semua. Ibuku juga tau marah-marah tidak akan membuat kenangan itu kembali. Sebelum acara kenaikan kelas dan pemberian ranking itu kita kembali ke kejadian Linda mencuri ponsel.
....
Besoknya disekolah, aku bertemu dengan Linda karena kita duduk sebangku. Aku datang paling pagi. Ketika Linda datang dia langsung melempar tasnya kebangku lalu langsung pergi keluar kelas. Padahal Linda yang salah tapi kenapa aku yang merasa bersalah. Aku takut akan sesuatu yang belum terjadi. Saat itu aku benar-benar masih lugu, aku bagaikan anak anjing yang tidak tahu arah jalan pulang. Karena Linda anak orang kaya, Linda bilang ayahnya polisi, dan lain sebagainya, dia mengancam teman sekelas agar bisa menuruti dirinya. Karena takut dijauhin teman-teman aku gak berani cerita ke teman masa kecil aku dari TK yaitu Sarah. Aku takut dia juga kena imbasnya karena berteman denganku. Tapi, aku salah. Karena kakak alumni yang bertemu dengan aku dan Linda di jalan mempunyai adik perempuan, yang sekolahnya juga sama denganku, dia adalah kakak kelas 5 namanya Putri menceritakan kejadian bahwa Linda mencuri ponselku kepada teman sekelasnya, alhasil satu sekolah tahu tapi belum diketahui Linda bahwa dia jadi bahan pembicaraan kakak kelas. Karena banyak yang membicarakannya alhasil banyak yang mendekati dan bertanya apakah kejadian itu beneran atau tidak, aku pun hanya bilang 'iya' saja. Walaupun banyak dari mereka ingin mendengarkan kejadian itu tetapi aku tidak tahu harus cerita bagaimana, untungnya ada guru yang masuk membuat aku lega seketika namun juga takut bersamaan karena harus duduk sebangku dengan Linda. Selama pelajaran Linda hanya memasang raut wajah marah dan diam. Aku pun sama sekali tidak berani melihat ke arah dia.
Teng... Teng... Teng...
Bel jam pulang pun berbunyi. Linda langsung pulang tanpa ada sepatah kata pun. Lalu teman masa kecilku Sarah mendekati aku dan bilang
"Si Linda kenapa tuh, harusnya kan kamu yang marah. Kok dia sih?! Aneh banget."
"haha gpp, udah biasa. Ayo pulang."
Kami pun berjalan keluar kelas dan segera pulang ke rumah masing-masing.
Keesokannya saat Linda baru datang ke sekolah, dia langsung marah-narah padaku.
"Kamu mau jadi sok jagoan HAH! Kenapa kamu ceritain ke kakak kelas sih! Mentang-mentang punya saudara laki-laki kakak kelas jadi buat bahan bekingan iya?! Enak banget ya kamu. Padahal udah sepakat buat lupain kejadian itu, masih aja di ungkit-ungkit. Mau caper?!"
Aku hanya terdiam menunduk tanpa bisa menjawab. Aku memang benar-benar penakut dan pengecut. Tapi, tidak lama kemudian datang Sarah.
"Dih ngapain nih?! Kok pagi-pagi udah ribut segala?!"
"Gak usah ikut campur ya kamu! Inu urusan aku sama Rima!" Jawab Linda.
"Iihh, Rima juga teman aku kali. Aku punya hak. Gak kayak kamu yang temenan cuma bisanya ngemanfaatin doang haha. Mana gak ngerasa bersalah, makin gak tau diri aja anak manja." Balas Sarah bersamaan dengan tawa sekelas.
Linda pun merasa malu. Dia pulang pas sekali dengan bel masuk berbunyi. Aku juga marah, hanya saja aku tidak tahu caranya mengekspresikan diri. Aku juga kasihan melihat Linda seperti itu, apakah dia punya masalah di keluarganya? Kenapa aku tidak bisa membenci orang-orang yang menyakitiku, harusnya aku marah juga kesal seperti Sarah tadi, apa aku terlalu takut? Aku takut akan apa? Aku sama sekali tidak mengerti apapun tentang diriku.
Besoknya lagi sekolah seperti biasa. Aku melihat Linda di antarkan ke kelas oleh ayahnya. Aku melihat dari wajah Linda seperti tertekan, apa dia dipaksa sekolah oleh orang tuanya ya. Lagi-lagi aku memikirkan dia. Aku buang jauh-jauh pikiranku tentang Linda dan hanya fokus belajar. Hari ini sangat tentram menurutku, membuat suasana hatiku jadi senang. Walaupun orang yang di sebelahku yaitu Linda kebalikan dari diriku.
YOU ARE READING
RIMA
Non-FictionPengalaman tentang seseorang yang sama sekali tidak mempunyai teman dan menjadi korban bullying?!