Hari Senin, pukul 6 pagi, dia datang ke rumahku untuk berangkat sekolah bersama. Di rumah, aku sarapan sambil menonton tv.
"Rima! Ayo berangkat sekolah bareng!" Ujarnya berteriak, sambil masuk ke dalam rumahku.
Aku hanya menoleh ke arahnya dan menganggukkan. Seperti biasa.
"Kamu masih sarapan saja? Aahh, lama!" Dia menggerutu dan ngomong terus di belakangku.
Aku tidak memperdulikannya dan melanjutkan makan sarapanku.
Setelah aku selesai sarapan, saat aku menoleh ke belakang, aku melihat dia keluar dari kamar ibuku dengan ekspresi gugup dan terkejut. Saat aku menatapnya.
"A, a, apa?! Kau sudah selesai? Ayo berangkat!" Kata dia seperti menyembunyikan sesuatu.
Aku bingung dengan perilakunya yang seperti itu. Aku berdiri dan dan pergi ke belakang untuk menaruh piring bekas makanku tadi. Aku mengambil sepatu di rak sepatuku dan memakainya, lalu setelahnya aku mengambil tas di kamarku. Aku haus. Duduk dan minum sebentar, lalu Linda mendekatiku.
"Eh, Rima! Kamu tau gak? Aku punya mainan burung yang bisa menyala loh!" Kata Linda sambil membuka tasnya sedikit, yang tidak bisa ku lihat isinya.
Karena dia membuatku penasaran, aku pun ingin melihatnya. Tapi, saat aku ingin melihatnya dia menutup tasnya dengan cepat. Sepertinya memang dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.
Aahhh! Padahal kan dia sendiri yang ingin menunjukan sesuatu padaku. Bikin kesal saja. Saat dia tidak jadi memperlihatkan sesuatu padaku, dia malah membuka tasnya kembali dan bermain burung yang bisa menyala di dalamnya. Dia senyum-senyum sendiri dan tertawa sendiri, lalu mengajakku ke sekolah."Hhahahha, udah ah, yuk Rima ke sekolah. Nanti pulang sekolah kita main yaa!"
Aku hanya meng'iya'kannya saja, setelah itu aku bersalaman dengan ibuku, begitu pun juga dengan Linda. Lalu kita berangkat sekolah. Setelah sampai di sekolah Linda sangat ceria sekali, biasanya dia tidak seperti itu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Selama pelajaran aku sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang di ajarkan. Aku benar-benar penasaran apa yang membuat Linda jadi sebahagia ini? Tapi yasudah lah, aku juga ikut tersenyum saat dia bahagia. Bel pulang pun berbunyi.
"Rima, jadi kan mainnya? Harus jadi ya? Ya, ya, ya? Pliiss, mauu yaa!" Kata Linda, mengajakku bermain.
"Iya, aku ganti baju dulu terus izin sama ibuku." Jawabku.
"Yaudah, aku tungguin. Jangan lama-lama!"
"Iyaa"
Aku pun masuk ke kamarku dan mengganti baju, lalu masuk ke kamar ibuku untuk mengambil ponsel. Tapi sudah sejak lama aku mencari tidak ketemu juga, mungkin ibuku yang menyimpannya. Aku pun di panggil Linda.
"Rima! Cepetan! Lama banget sih?! Udah siang nih buruan!" Kata Linda tidak sabaran.
"Iya, ini juga mau keluar kok." Jawabku.
Aku pun tidak jadi membawa ponsel dan pergi tanpa membawa apapun, sekali pun uang. Karena aku tidak biasa jajan atau ada barang yang ingin aku beli, jadi buat apa aku bawa uang? Mendingan tidak usah kan?
Aku dan Linda pun berjalan ke rumahnya. Setelah hampir 10 menit kita pun sampai di rumahnya.Disana, kami yg biasanya bermain bersama, bercanda dan tertawa, menonton film di laptop, tidak dilakukan hari ini karena dia mengajakku jalan-jalan keliling kota. Aku tidak tahu kemana tujuan dia, toh aku cuma harus ngikutin dia aja.
Setelah lama kita berjalan, akhirnya dia mengeluarkan ponsel dari saku celanananya dan ternyata.... Eh, tunggu, mirip seperti ponsel milik ibu ku! Aku harus bagaimana? Haruskah aku menanyakannya? Aku takut dia marah, jadi aku tunggu dia cerita aja.
Tapi, setelah beberapa menit kemudian dia hanya membanggakan ponsel yang dia pegang itu tanpa cerita apa-apa padaku. Dia hanya mengatakan bahwa ponsel itu bagus, banyak game nya, dan masih banyak lagi kelebihannya. Sebenarnya aku ingin tanya soal darimana dia dapat ponsel itu? Kenapa mirip sekali dengan ponsel milik ibuku? Tapi aku tidak mengatakannya, karena aku takut dia akan marah dan aku memfitnah dia mencuri ponsel ibuku.
Sudah terlalu lama berjalan kita pun duduk di bangku taman dan dia masih asyik dengan ponselnya itu. Tidak lama kemudian kaka kelas alumni dari SD kami lewat di depan kami dan melihat Linda sedang bermain ponselnya,
"Eh, itu seperti ponsel milik ibu kamu, Rima." Kata kaka alumni.
"Apaan sih! Aku baru beli tau! Gak cuman Rima kali yang punya ponsel kayak gitu! Emang ponsel kayak gitu cuma ada satu di dunia apa?!" Jawab Linda tidak terima.
"Biasa aja kali, gak usah marah. Kan cuma ngasih tau doang." Balas kaka alumni.
Aku hanya terdiam melihat perdebatan mereka. Aku tidak bisa bicara sepatah kata pun. Sebenarnya aku ingin bertanya apakah itu benar atau salah, tapi sepertinya aku tidak harus mengatakan apa-apa sekarang.
"Rima! Kamu percaya kan kalau ini ponsel punya aku?! Aku gak mungkin ngambil ponsel milik ibu kamu tahu?!" Kata Linda sambil marah.
"Iya. " Jawabku singkat.
Seharusnya dia tidak usah semarah itu. Itu malah semakin membuatku merasa yakin kalau itu adalah ponsel curian. Dia pun badmood dan mengajakku untuk pulang. Hari pun semakin sore, menunjukkan pukul 3. Aku pamit kepada Linda, dia sedari tadi hanya diam sambil memainkan ponsel, dia masih marah atas apa yang terjadi siang tadi. Aku pergi meninggalkan dia yang tidak menggubris omonganku.
Setelah sampai di rumah ternyata ibuku sedang mencari ponselnya.
Dan ternyata dugaan aku benar. Bahwa ponsel yang di pegang Linda itu adalah milik ibuku. Saat ibuku menanyakan padaku, aku langsung bilang padanya bahwa Linda yang mengambilnya."Ehm, itu, ponselnya di ambil Linda." Jawabku.
Seketika ibuku hampir mau memarahiku, tapi dia langsung keluar rumah bergegas ke rumah Linda. Aku tidak bisa mengikutinya. Aku di rumah benar-benar merasa ketakutan, apa yang akan terjadi pada Linda? Apakah dia akan baik-baik saja? Aku sangat khawatir padanya. Pukul setengah 5 sore, ibuku pulang dengan membawa ponselnya. Lalu, dia menceritakan kejadian di rumah Linda dengan penuh kekesalan, namun bukan amarah. Dia menceritakannya pada ayahku dan kebetulan ada aku juga disana yang ikut mendengarkan.
"Ternyata ponselnya di curi sama Linda. Tapi saat aku tanyain tadi, dia malah gak mau ngaku. Setelah aku maksa-maksa dia buat ngakuin kalau itu ponsel curian, dia akhirnya mau mengaku. Ponsel itu gak balik seutuhnya, memori card nya hilang. Ternyata dia buang. Aku tidak sepenuhnya menyalahkannya karena dia masih kecil. Aku hanya kesal karena disitu banyak kenangannya, dan semuanya hilang sebab memori card nya di buang. Dan sebelum Linda mengaku bahwa itu adalah ponsel milik aku, orang tuanya malah marah berlebihan gitu, padahal aku tanya baik-baik sampai pada akhirnya tetap aja bakalan marah. Tapi yasudah lah ponselnya udah balik lagi, tapi kenangannya udah terlanjur hilang semua." Jelas ibuku.
Aku pun hanya diam dan mendengarkan ibuku berbicara. Disaat sudah selesai, aku sama sekali tidak berbicara dan langsung masuk kamarku. Aku tidak habis pikir kenapa Linda melakukan hal itu, padahal dia kaya dan tidak seharusnya mencuri jika mau ponsel seperti milik ibuku.
YOU ARE READING
RIMA
Non-FictionPengalaman tentang seseorang yang sama sekali tidak mempunyai teman dan menjadi korban bullying?!