Satu

7 1 0
                                    

Pagi hari yang cerah dimana semua orang bersiap-siap berangkat kerja dan sekolah. Relief-relief awan menghiasi langit biru cerah. Burung-burung mengisi pagi hari dengan kicauan merdu. Jalanan beraspal tampak basah oleh hujan deras yang mengguyur semalaman. Embun-embun yang hinggap di dedaunan juga turut meramaikan suasana di pagi hari yang lembab.

Seorang laki-laki berusia 17 tahun terbangun dari tidurnya. Dia mengejapkan mata dan menggeliat di atas kasurnya. Tangan kanannya meraba-raba meja kecil yang bertengger di samping tempat kasurnya berada. Bunyi dering jam weker yang memekakkan telinga ya berhenti tepat ketika dia menekan tombolnya. Dia bangkit dan terduduk di kasurnya dengan malas dan mata yang setengah terbuka, rambutnya yang ikal awut-awutan. Laki-laki itu menguap, lalu bangun dan berjalan malas keluar kamar menuju dapur.

Bunyi gedebuk perabotan memenuhi seisi rumah sepanjang perjalanannya menuju dapur. Dia membuka kulkas, mengambil sekotak susu putih, kemudian menuangnya di gelas dan menyambar roti panggang yang sudah di siapkan oleh Ibunya. Setelah dia menghabiskan seluruh sarapannya, dia bangkit, berniat mandi dan berangkat sekolah.

Pintu rumah terayun terbuka dan laki-laki itu pun berjalan keluar. Dia menutup sekaligus mengunci pintunya dan mengantungkan kuncinya ke saku celana. Kakinya melangkah keluar teras rumah dan berhenti di halte pemberhentian bus sekolah. Kepalanya menoleh ke kanan-kiri mencari-cari bus yang akan menjemputnya.

"Ryan!" Seseorang memanggil namanya. Dia menoleh ke belakang. Matanya menangkap sosok tubuh tinggi jangkung seorang laki-laki sedang berjalan bersemangat ke arahnya.

"Kau disini dari tadi?" Tanyanya ketika sudah berdiri di sampingnya. Ryan menggeleng. Laki-laki itu mengangguk-angguk pelan seraya ber-oh pelan. Tidak ada yang saling bicara setelah itu. Mereka berdua menunggu datangnya bus sekolah dalam keheningan. Beberapa menit kemudian bus sekolah berwarna kuning cerah berhenti di depan mereka. Mereka berdua masuk ke dalam, lalu duduk di kursi tengah bagian kanan.

"Rezvan..." Panggil Ryan pada temannya yang duduk di sampingnya. "Hmm..." Gumamnya sambil menatap layar handphonenya. "Kira-kira nanti kau masuk kelas mana?" "Hmm... Entahlah, tapi kalau kita sekelas lagi itu bukan masalah bagiku." Dia nyengir. Ryan mendengus padanya. Perjalanan bus menuju sekolah terasa singkat. Murid-murid yang ada di dalam sudah turun dan mulai beranjak masuk ke sekolah.

Suara celotehan para murid menggaung di sepanjang koridor. Ryan ikut melihat ke papan pengumuman. 'Pengumuman Penempatan Kelas.' terukir di paling atas. Dia mencari-cari namanya. "Natha... Naufal... Putri... Shakira... Ryan." Dia tersenyum puas ketika melihat namanya. Dia masuk ke kelas 2-1.

"Wah, kau masuk kelas 2-1 juga?" Celetuk Rezvan. Dia sedang berdiri di sampingnya menghadap papan pengumuman. Ryan memperhatikannya, lalu tersenyum simpul dan mengangguk pelan.

"Kalau gitu kelas kita sama lagi." Katanya lagi seraya meninju lengan Rey pelan. Mereka berjalan ke kelas 2-1 bersama. Selama perjalanan mereka mengobrol ringan diselingi tawa menggelitik.

Kelas mereka ada di lantai dua, jadi mereka harus berjalan menaiki anak tangga menuju ke kelas. Di pertengahan jalan, Rezvan berbelok ke toilet sedangkan Ryan melanjutkan perjalanannya yang sudah setengah jalan ke kelas. Dia masuk dan melihat murid-murid yang belum ramai. Dia menduduki kursi di barisan ketiga dari depan dan barisan kedua dari jendela. Tasnya ia gantung di pengait meja, kemudian dia mengeluarkan sebuah buku kecil berisikan not balok. Dia langsung terbenam di dalamnya.

Ryan yang sedang duduk di bangku sambil menelaah buku yang dibacanya, mendengak dan melihat sekitar karena bosan. Murid-murid lain baru saja masuk dan beberapa murid perempuan terlihat tersipu malu ketika melihat Rezvan yang juga baru masuk. Saat Rezvan menyapa mereka, mereka malah saling berbisik yang diselingi tawa kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang