Dia menyeretku tanpa peduli dengan kakiku yang terluka parah. Tatapannya dipenuhi nafsu ingin segera melenyapkanku, bagaimanapun aku harus bisa lepas darinya, tapi aku tidak cukup kuat untuk melawannya, pergelangan kakiku patah dan luka sayatan serta bacokan mengisi setiap jengkal tubuhku.
"Tolong... Lepaskan aku..." mohonku. Dia hanya balas menatapku sambil tersenyum lebar seakan senang dengan penderitaanku. Dasar psikopat sialan!
"Kumohon... Lepaskan aku... Aku tidak akan berbuat macam-macam." mohonku dengan suara parau. Tapi, dia tidak memedulikannya dan tetap menyeretku, membawaku menuju sebuah ruangan di ujung lorong ini. Ketika masuk, bau hanyir segera menyengat penciuman. Ruangan apa ini?
Kulihat di sekeliling ruangan ini dipenuhi darah dan tulang- belulang. Darah menutupi dinding, dan bau hanyir yang menyengat penciuman. Jantungku berdegup kencang membayangkan apa yang akan dilakukan psikopat sialan itu padaku. Kulihat ia mendekati sebuah meja di pojok ruangan dan mengambil sebuah cutter kemudian menatapku. Dengan langkah perlahan ia mendekatiku dengan memainkan benda tajam itu. Aku mencoba bergerak berusaha melepas ikatan dikaki dan tanganku.
"Sshh... Tenang, tenang. Aku hanya ingin bermain denganmu. Jangan takut." katanya lembut dengan tatapan meledek. Ia kemudian jongkok di sampingku kemudian memerhatikan tubuhku dari kepala sampai kaki dengan intens.
"Sejujurnya aku tidak ingin melakukan ini padamu. Karena selama ini kau sudah berbaik hati mengikuti permainanku. Dan kau tahu, kau adalah pemain terbaik. Semua pemainku dulu penakut dan terlalu lemah untuk mengikuti permainanku sampai selesai. Tapi kau, aku sangat kagum dengan kebernianmu untuk mengikuti alur permainanku." katanya sambil memainkan cutter itu di dadaku.
"Tapi, tak kusangka kau juga sama bodohnya dengan mereka. Kau terlalu senang mengungkap kasus ini sampai melenceng dari alur permainanku. Dan sayangnya, aku benci dengan orang yang tidak mengikuti aturan. Jadi, dengan berat hati aku harus menghapusmu juga seperti pemain-pemain sebelumnya." lanjutnya. Kali ini dia menekankan cutter itu pada pipiku membuat goresan berdarah di pipiku. Aku mengerang kesakitan.
"Sshh... Jangan takut. Aku hanya akan memberikan sedikit hukuman padamu karena sudah berani melenceng dari aturan. Hanya sedikit. Tunggu di sini sebentar, Sayang. Aku ingin menun jukkan mainan kesukaanku dan memainkannya denganmu. Tunggu sebentar." katanya, kemudian keluar dari ruangan ini. Ini kesempatanku untuk kabur. Waktuku tidak banyak, aku harus segera keluar dari sini. Aku mencoba menggerakkan kakiku.
"Akh!"
Luka pada kakiku sudah cukup parah untuk dipaksa berdiri apalagi berjalan, tapi aku harus bisa keluar dari sini sebelum iblis itu datang dan menjadikanku target selanjutnya. Ruangan ini terlalu mengerikan untuk dijelaskan secara detail. Terlalu banyak darah yang mengotori dinding, terlalu banyak tulang belulang yang berserakan di lantai, terlalu menyengat bau busuknya untuk dapat bernapas. Ini terlalu mengerikan.
Kuseret kakiku menuju pintu, tapi baru saja aku hendak membuka kenopnya, sebuah suara mesin terdengar dari balik pintu. Ketika aku mencoba mengintip apa yang terjadi, aku menahan napas. Tidak! Aku harus segera keluar dari sini!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game[SLOW UPDATE]
Mystery / Thriller"Akh!" Luka pada kakiku sudah cukup parah untuk dipaksa berdiri apalagi berjalan, tapi aku harus bisa keluar dari sini sebelum iblis itu datang dan menjadikaku target selanjutnya. Ruangan ini terlalu mengerikan untuk di jelaskan secara detail...