Prologue

28 4 6
                                    

Jeno menyesap kopi panas yang mengepulkan sedikit uap dari cangkir berwarna putih cantik. Matanya tak urung ia edarkan kesana kemari untuk memperhatikan beberapa pengunjung yang keluar dan masuk ke dalam kafe kecil yang tengah ia kunjungi di ujung kota.

Tangannya beralih, ia meletakkan secangkir kopi di atas cawan yang ada di depannya dan kini fokusnya telah jatuh sepenuhnya pada buku tebal di atas pangkuannya. Matanya sibuk bergerak membaca deretan huruf beraturan yang berjejer rapi di tiap lembarnya. 

Bagi Jeno, membaca sambil meminum kopi di samping jendela besar dalam sebuah kafe saat musim dingin datang adalah hal yang terbaik. Setidaknya ia bisa melupakan memori dan perasaan yang tengah jahil mengetuk relung hati dan pikirannya selama lima tahun belakangan ini.

Tangannya berhenti bergerak untuk membuka lembar selanjutnya tatkala ia menemukan sebuah foto berukuran 4R yang terselip di antara halaman 274 dan 275. Jeno menghela napas dan detik selanjutnya matanya terpejam guna menepis semua kenangan buruk yang tiba-tiba menyeruak masuk tanpa ijin ke dalam otaknya.

"Gua bukan lo, Jen! Jangan samain gua sama lo yang bisa sebaik itu maafin orang brengsek kayak dia!"

"Lo nyalahin gua? Fine, gua juga udah males berurusan sama kalian semua!"

"Gua capek, Jen."

"Hah... Stop it please. I don't want to remember the past right now, " Jeno berkata lirih saat suara-suara itu kembali menyapa pikirannya.

Jeno menghela napas lagi untuk kesekian kalinya. Kelopak matanya terbuka, menampilkan manik hitam pekat dengan segurat garis kesedihan di sana. Kini atensinya beralih sepenuhnya untuk memandangi foto berisikan empat orang yang tengah tersenyum bahagia. Jujur, Jeno lupa kapan foto ini diambil, yang ia tahu saat foto ini diambil hanya ada kebahagiaan yang menyapa dan mengikat mereka.

Iya, hanya sebatas itu yang bisa Jeno ingat. 

"Gua kangen kalian, " ucapnya lirih hampir tak terdengar.

"Hahaha right," Jeno terkekeh sebentar sebelum akhirnya menutup buku tebal yang tadinya ia baca, menutup segala kenangan yang dulu pernah memeluknya, menutup semua kebahagiaan yang pernah menyelimuti hatinya.

Lalu maniknya beralih, memandang padatnya kota Seoul di balik jendela besar dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Right. I can't imagine how would be like without these friends."

__________

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

Hahaha hello everyone! ~ > <
Aku buat cerita baru lagi tentang 00L dreamies.
Well, sebenarnya aku ga pernah ada plan buat bikin cerita ini, tapi tiba-tiba aja tadi agak sedih setelah baca interview Jeno di majalah Arena.

For God sake, aku bener-bener gabisa bayangin gimana dream kalau nanti mereka dipisah ke unit yang berbeda 😭 masih gak kebayang aja gimana ntar kedepannya 😭

Jadi cerita ini aku persembahkan untuk our precious Renjun, Jeno, Haechan, dan Jaemin. Semoga kalian suka yaa 💚

__________

Please do like, vote and comment as a feedback. Thank you ✨

__________

DREAM | JENO X 00L ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang