"Rokok?"
"Engga, bang. Gak sehat," tolak Jeno halus saat pemuda tampan dengan surai merah menyala menawarinya satu linting rokok.
Taeyong --nama pemuda itu-- tertawa saat tahu alasan Jeno menolak rokok yang ia tawarkan kepadanya. "For your information aja, lo mampir ke bar dan duduk di depan gua juga sama aja gak sehat, Jen," katanya sembari menyelipkan rokok yang ia tawarkan tadi di antara kedua bibir tipisnya. "See? Gua juga ngerokok."
"Ga enak rasanya."
Taeyong mengangkat salah satu alisnya, "oh, udah pernah nyoba? Gua kira lo cowok alim."
Jeno terkekeh, "dulu waktu lulus SMA pernah nyoba bang, abis itu kapok. Gak enak di lidah gua, pait."
Tangan kanannya beralih meraih segelas orange juice yang telah tersaji di depannya sedari beberapa menit yang lalu. Matanya tak lepas memandangi orang-orang yang tengah berjoget ria mengikuti alur musik-- yang menurut Jeno enggak banget--sembari menegak alkohol di tangan mereka.
"Kenapa suka banget mampir ke bar sih, bang?"
Itu protes yang Jeno layangkan saat pandangannya beralih ke arah Taeyong yang sedang menyesap segelas wine merah.
"Well, let's say that is only for refreshing. Gua terlalu pusing mikirin kerjaan kantor."
Jeno mendengus, tak habis pikir bagaimana jalan pikiran seorang Lee Taeyong. Padahal Taeyong itu salah satu manager di sebuah perusahaan terkenal yang berdiri di pusat kota Seoul, tapi hobi clubbing dan mabuk tetap saja ia lakukan.
Bagi Jeno itu bukanlah hal yang baik. Tentu, Jeno tidak terlalu suka terjebak di dunia malam seperti ini. Pikirnya lebih baik ia tidur atau bersantai bersama bongshik --kucing kesayangannya-- saja daripada menghabiskan waktu berjam-jam di sebuah bar pinggir kota.
"Pusing ya tidur bang. Mana ada pusing malah pergi ke bar, " ia kembali menegak orange juice miliknya sebelum melanjutkan, "lo doang yang kayak gini."
Taeyong terkekeh, "anyway lo juga ikutan duduk di bar bareng gua."
"Ya dan itu lo yang maksa," dengusnya kesal.
Suara khas pemuda Lee saat tertawa menyapa gendang telinga Jeno, sukses membuatnya semakin kesal.
"By the way," Taeyong mematikan rokok yang baru ia sesap setengah lalu maniknya beralih pada Jeno, "I think I saw your friend whose name is Jaemin about a couple days ago."
Blank.
Itu yang Jeno rasakan. Jantungnya hampir terjun bebas saat Taeyong menyebutkan nama 'Jaemin'. Sekaget itu hingga ia tak bereaksi untuk beberapa detik setelah ucapan Taeyong menyapanya, membuat memori-memori itu kembali masuk menggelitik pikirannya.
"Jen?" Taeyong menautkan kedua alisnya ketika manik tajam bak elang miliknya menangkap sosok Lee Jeno yang tengah membisu.
"Are you okay? Hey, dude!"
Jeno tersentak, matanya mengerjap untuk beberapa kali kemudian bibirnya terbuka, "ah what? Of course I'm pretty okay."
"Well, seems like you don't really that okay after I said that whole sentence. Na Jaemin? Bener kan itu salah satu temen lo yang pernah lo ceritain ke gua?"
"Mungkin? Ya mana gua tau si bang?? Kan lo yang lihat."
"Kayaknya iya deh, Jen. Ya walaupun gua cuman tau muka dia dari foto yang pernah lo tunjukin, sih," Taeyong kembali menyesap wine merah yang tinggal setengah gelas lalu melanjutkan ucapannya, "tapi gua yakin itu dia, and do you want to know something?"
Jeno menatap pemuda berambut merah itu dengan tatapan serius, "tell me."
Taeyong terkekeh geli melihat betapa seriusnya Jeno saat ini, "calm down, dude. Don't make serious face like that. It is funn-"
"Do you think it is funny?? I am being serious right now, don't let my hand hit your handsome face, Mr. Lee."
Taeyong meneguk ludah. Jeno yang sekarang benar-benar sedang serius dan bukan hal yang baik jika ia tetap tertawa.
"Okay, okay. I am sorry, really."
"Tell me."
Taeyong menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, aneh saja baginya melihat Jeno menjadi serius seperti ini. Padahal Jeno yang ia kenal sangat-sangat baik dan sabar. Jeno bahkan tidak pernah marah saat Taeyong mengganggunya atau saat ia tidak sengaja menumpahkan segelas kopi ke paper yang telah Jeno kerjakan selama berminggu-minggu.
Yang Taeyong tahu ia hanya mengenal sosok Lee Jeno yang lembut dan selalu tersenyum. Hanya itu.
Taeyong bersumpah, setelah ini ia tidak akan lagi meremehkan sebuah kalimat seperti : don't judge book by its cover.
"Well, I think it is not a good news to hear tho. Sorry to say this, but-"
"But?"
Taeyong menghela napas sebentar, "kemarin gua liat temen lo lagi dikejar sama dua orang, rentenir mungkin? Gua gak terlalu tahu, sih. Mukanya bonyok semua, Jen," tangannya terulur mengambil segelas wine di depannya lalu melanjutkan, "dan kayaknya dia lagi ada banyak masalah. Just a suggestion from me, but it is all up to you, you want take my suggestion or ignore it."
Alis kanan Jeno terangkat, "what suggestion that you want give to me?"
Taeyong menarik kedua ujung bibirnya, menampilkan seulas senyum tulus. "Help him, Jen."
__________
__________Don't forget to vote and comment ✨
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM | JENO X 00L ✔
Short Story"You're right. I can't imagine how would be like without these friends." © dianitaww Start: 22 June 2020