Sudah hari Jum'at, itu berarti ini hari kelima Ray bersekolah. Selama 5 hari itu Ray pun belum mendapatkan masalah. Walau terkadang asmanya kambuh karena sesak ada banyak orang.
"Ok, anak-anak jadi tugasnya dikumpulin minggu depan berkelompok berempat-berempat ya! Sesuai tempat duduk aja!" perintah Bu Nala, guru biologi. Setelah memberikan perintah itu Bu Nala pun keluar karena sudah waktunya istirahat.
Ray bingung, bagaimana caranya memulai sebuah interaksi, dia tahu sih siapa itu orang di sampingnya. Satria Rezvan Ravindra, sepupu Ray yang cueknya minta ampun dan kepintarannya juga diatas rata-rata anak seusianya. Mereka kadang bertemu kalo Dean berkunjung ke rumah Ray, tapi mereka tidak pernah berinteraksi.
"Kak Satria," panggil Ray pelan. Dulu waktu dikenalin sama Dean kan disuruh panggil Kakak. Satria tersentak saat mendengar suara Ray yang memanggilnya. Sudah lama dia tidak mendengar suara Ray memanggilnya kakak. Rasanya benar-benar tidak bisa dipercaya.
"Apa?" tanya Satria singkat menanggapi panggilan Ray.
"Kerja kelompok tuh kerjainnya harus bareng-bareng ya? Gak boleh kerja sendiri aja?" tanya Ray.
"Iya, kerjainnya nanti aja," jawab Satria lalu pergi. Ray pun hanya mengangguk-angguk paham, setelah itu dia pergi ke kantor kepala sekolah.
"Om Deon!" panggil Ray sambil melirik ke dalam ruangan.
"Masuklah!" tanya Deon lembut.
"Ada apa?" tanya Deon saat Ray sudah duduk.
"Aku 1 kelompok sama Kak Satria untuk tugas biologi," ucapnya.
"Ah, lalu kalian mau kerja kelompok dimana? Terus kapan?" tanya Deon.
"Entah, Kak Satria bilang nanti aja kerjainnya," jawab Ray.
"Bagaimana kalo hari ini di rumah Om, besoknya kan libur jadi kamu bisa menginap di rumah," ucapnya dan seketika mata Ray berbinar. Ray pun mengangguk senang, akhirnya dia tidak sendirian lagi.
"Tapi memangnya boleh sama Papa sama Mama?" tanya Ray, mengingat orang tuanya melarang dia terus.
"Kalo yang ini mah, gak apa-apa," jawab Deon.
"Oke deh," ucap Ray setelah itu dia langsung pergi kembali ke kelasnya.
"Kak Satria!" panggil Ray pelan bahkan itu lebih cenderung berbisik, saat dia sampai di tempat duduknya dan disana ada Satria yang sedang melamun.
"Apalagi?" tanyanya acuh.
"Kata Om Deon, ngerjainnya di rumah kakak aja," bisik Ray memberitahu. Satria terkejut, tidak mungkin Ray dibolehin pergi ke rumahnya. Di sanakan banyak kenangan Ray sama Allen.
"Memangnya dibolehin sama Mama dan Papa kamu?" tanya Satria.
"Ehm, kata Om Deon kalo yang ini sih gak apa-apa," jawab Ray masih dengan berbisik.
"Oh," respon Satria singkat dan memalingkan wajahnya lagi. Setiap melihat wajah Ray, rasa bersalah kembali menyelimutinya. Rasa bersalah karena gagal melindungi satu-satunya orang yang Ray sayang, rasa bersalah karena menghilangkan senyum yang awalnya selalu ada di bibirnya.
Dia benar-benar hancur, saat tiba-tiba mendapat kabar Ray mengalami kecelakaan dan hilang ingatan. Apalagi pas tahu kalau Ray diberikan ingatan semu yang di dalamnya tidak ada Allen sama sekali, agar dia baik-baik saja ke depannya dan tidak memiliki rencana untuk melakukan hal yang macam-macam. Andaikan, dia bisa melindungi Allen waktu itu, semua ini tidak akan pernah terjadi.
"Jadi kita ngerjain kapan? Dimana?" tanya orang yang duduk di depan Satria, Reihan. Temennya Satria dari kecil.
"Di rumah gua, hari ini," jawab Satria dan Reihan mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
General FictionKehilangan kakak tersayang yang selama ini menjadi pusat kehidupan Ray. Kakak yang menjadi satu-satunya alasan Ray untuk hidup. Kakak yang selama ini Ray sayangi lebih dari apapun, bahkan lebih dari nyawanya sendiri. Tapi sekarang itu hanya ingatan...