2. Selembar Kertas Pengakuan

11 2 0
                                    


2. Selembar Kertas Pengakuan

***

      "Rein, lo piket, ya, jangan kabur !" ujar Deva, lelaki yang dipindah dari kelas X1 IPA 5, entah karena skandal apa---sekaligus sahabat Arein yang terkenal humoris, dan suka bertingkah tidak jelas.

      "He'em, tenang aja." balas Arein pelan. Lantas, memulai tugas piket kelasnya.

      Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.51, seharusnya Arein sudah pulang 21 menit yang lalu. Namun, karena hari ini adalah jadwal piketnya---dan ia tidak suka melanggar peraturan--- jadi ia pulang lebih lambat dari murid yang lainnya.

      "Rein, gue pulang dulu ya ! Udah bersih kan ?" teriak Deva tergesa.

      "Iya." balasnya pelan. Ia memandangi Deva yang melesat keluar dengan tergesa-gesa, disusul dengan beberapa teman sekelasnya yang telah menyelesaikan tugas piketnya.

      Arein mengambil tasnya, mematikan beberapa kipas angin yang masih berputar. Lantas, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kelas. Matanya tertuju pada selembar kertas lusuh yang belum tersapu.

      "Ck, Deva nggak bersih emang kalau nyapu." gumamnya pelan. Ia berjalan mendekati bangku, dengan kertas lusuh di bawahnya. Diambilnyalah kertas tersebut. Dari tampilannya, tidak ada yang menarik sedikit pun. Hendak ia buang kertas tersebut, namun hanya karena rasa penasaran yang menggebu, ia membukanya.

      Sembari melangkah menuju pintu, ia membaca lamat-lamat secarik kertas tersebut. Matanya memicing membaca beberapa huruf yang tidak jelas.

      Sedetik berselang, langkahnya terhenti, dahinya mengernyit bingung, muka nya menunjukkan raut yang tidak mengenakkan.

      "Sumpah, ada yang suka gue lagi ?" gumamnya kesal. Ia lantas meremat kertas yang sebelumnya sudah lusuh itu.

***

ras, gw kepo lu suka sp si? lu g prnh
curcol gt ke gw

gtw, gw g yakin

ah masa lu suka sm ben, shbt lu sndiri ?


ogah lah woi

trs siapa,

smnjk si anak pojok masuk ke sini.
gw ngerasa ada yg aneh sm gue.
Masa gw suka sm dia(?)

SUMPAH LU SUKA AREIN ?!

loh namanya Arein toh?

***

Unrequited FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang