Part 2

479 75 3
                                    


PART DUA

.

Taehyun terbangun di ruangan unit kesehatan sekolah dengan keadaan gemetaran. Dia meraba tubuhnya dan menatap panik satu sosok yang sudah bersamanya. "Apa .. apa yang terjadi? Apakah aku?" Huening Kai menyuruhnya untuk kembali berbaring.

"Jangan dipikirkan. Kami semua tidak mau membahasnya."

"Apa maksudmu?" pekik Taehyun.

"Kejadian di kantin tadi, kau yang melebur. Maksudku, meleleh? Aku juga tidak mengerti, tapi kurasa, kami sepakat untuk mengatakan bahwa itu hanya halusinasi massal."

Taehyun menggeleng beberapa saat. Dia berubah? Jadi lelehan? Apa maksudnya? "Kau bercanda?"

"Aku sudah bilang, kami tidak akan membahasnya. Kau pun tidak percaya kan? Menurutmu apa yang terjadi?" balasnya.

Taehyun terus memandangi dua lengannya, kakinya, seraya meraba sisi wajah, leher bahkan bagian pinggang dan belakang tubuhnya.

"Kau boleh kembali atau pulang kalau kau merasa tidak pusing lagi," katanya.

"Kau mau kemana?"

"Kembali ke kelas."

"Kalau begitu aku ikut," kata Taehyun dan berusaha bangkit. Huening Kai nampak ragu sejenak, melihat Taehyun yang masih sempoyongan. Taehyun dapat membaca tatapan rekannya. "Kalian semua sepakat tidak membahasnya kan? Aku akan ke kelas, kembali belajar dan menganggap tidak ada yang terjadi juga. Jangan khawatir."

"Kau yakin?" tanyanya.

"Uh ya. Aku juga tidak merasa baikan jika di sini. Ibuku akan sangat khawatir kalau aku pulang cepat, mungkin mendapatkan panggilan pemberitahuan dari sekolah. Dia sudah sibuk di kantornya, tidak perlu merasa waswas karenaku juga," jelas Taehyun dan merapikan sedikit seragamnya. Dia menghela napas. "Aku baik-baik saja."

Ketika mereka sudah keluar dari unit kesehatan, Taehyun sempat tercenung. Bahkan apa yang ada di kepalanya justru tidak terjadi; orang-orang tidak memperhatikan maupun menatapnya aneh. Bahkan Taehyun tadi sudah bersiap saja kalau mereka memadangnya berbeda ataupun mulai berbisik-bisik tentangnya; menyebut-nyebut soal kejadian di kantin tadi.

Seolah dapat membaca ekspresi yang tercetak di wajah Taehyun, Huening Kai justru menoleh kecil. "Mereka tidak akan menyinggungnya. Cukup jadi rahasia kita ya?"

"Mengapa?"

"Itu memang ... tidak penting?" Huening Kai menarik senyuman penuh makna kemudian mereka berjalan menuju kelas. Taehyun tetap terkesima bagaimana 'normal-nya' para teman sekelas mereka, padahal Taehyun baru saja mengalami hal paling absurd di kehidupannya di hadapan banyak orang di tengah situasi yang tidak terduga.

"Mereka melupakannya secepat itu?" tanya Taehyun, curiga.

*

*

Tadinya, Huening Kai hampir yakin bahwa itu bagian dari angan-angan, pikiran remeh, maupun lamunannya yang nampak tidak nyata. Hingga, saat Taehyun sudah bergabung dengan genangan di lantai, Huening Kai pun merapatkan giginya dan memejamkan mata. Momen itu seakan membeku bagaikan air yang mengkristal menjadi es. Huening Kai merasakan napas dan tarikan napas pelan seakan sedekat nadinya, dia memusatkan pikirannya ke seluruh penghuni kantin yang berkumpul itu. Mereka benar-benar bagaikan diorama beku yang kini ditahan oleh waktu. Berbeda dengan Huening Kai yang justru dapat bergerak dan mengetatkan rahangnya.

Eternity Project (영원) | txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang