Hari itu. Kantin penuh banget, kaya terminal kalau lagi edisi lebaran. Tapi, ini tempay diisi dengan anak-anak yang enggak pantes di sebut kantin. Ada yang nge-geng lah ada yang jailin temannya lah dan ada juga cewek-cewek yang malah dandan di depan botol kaca kecap. Emang di rumah enggak punya kaca neng.
"Van. Lo mau makan apa" Tepuk Lidya ke bahu Stevani.
"Biasa. Mie ayam pake pangsit" jawab Stevani sambil nyengir selebar-lebarnya.
"Biasa aja kali jawabnya. Enggak pake nyengir" Lidya tahu kalau Stevani sedang memberikan code untuk di traktir.
"Please...kali ini aja. Uang gue udah habis. Ini juga punya tuh cowok atu" tunjuk jari Stevani ke arah cowok ganteng yang tingkatnya standar.
"Ani....Vani.....Stevani...mana duit jajan gue" lirih gentra dengan bibir yang di kejutkan dunia depan.
"Jijik bego" Stevani memikulur bibir gentra dengan sendok.
" Sakit tahu" Stevani tidak peduli dengan rintihan sepupunya itu.
" Cepetan Lidya beli. Malah diem. Keburu masuk nih" Stevani mendorong bahu Lidya untuk segera memesan mie ayam.
" Sabar napa. Tari tadi sensian mulu."
"Au nih. Vani lebih galak dari pak kepsek tadi" tampaknya, jawaban gentra membuat sinyal Stevani meningkat.
" Lo di hukum lagi. Ahhhh....sini gue vejek-bejek Lo." Stevani langsung menjiwir telinga gentra sampai memerah.
" Sakit tau...ih... enggak...kok...e...nggak" Gentra melirih untuk kedua kalinya. Nampaknya terjadi kesalahan pahaman di meja kantin itu.
" Terus. Kenapa Lo bilang gue lebih galak dari pak kepsek 'tadi' berarti itu tandanya Lo baru ke luar dari ruang kepsek bego." Satu jitakan tangan Stevani mendarat di kepala Gentra.
"Iya tuh. Dasar pak kepsek enggak punya Akhlak. Main hukum anak genteng gini" celoteh ringan Gentra sambil membenarkan posisi poni rambutnya.
" Lu. Kali yang enggak ada Akhlak." Untuk kedua kalinya. Citakan berhasil mendarat dengan mulus di atas kepala Gentra.
Belum sempat Stevani membuka mulut, dari sebrang samudra Sanah. Terlihat geng paling hits di sekolah datang dan salah satu orangnya adalah ketua geng itu sekaligus pacar Stevani.
"Hai" sama Fino
"Hai juga. Kenapa lama keluar kelasnya" seakan Tuhan membalikan hati Stevani. Yang tadinya galak langsung jinak.
"Enggak kenapa-kenapa kok" jawab santai Fino dengan berdiri tegak dan dikawal anak buahnya.
Tampa disadari. Sebuah petir kecil menyambar percakapan mereka.
"Paling dihukum lagi sama pak Warto" celetuk Gentra sambil terkekeh pelan.
"Lo. kali ngomong yang sopan dong. Nanti di kroyoo baru tau rasa" jinak Stevani tiba-tiba menghilang. Ia menarik kerah baju seragam Gentra.
"Iya. Gue tahu kok. Gue kan cuman bercanda iya gak. Fin." Tepuk Gentra kebahu Fino. Tampak kekesalan tergambar di mimik muka Fino. Namun, itu hanya masalah kecil apalagi Gentra itu sepupunya Stevani.
"Iya enggak Papa kok" Fino hanya membalas dengan senyum sedikit mengancam dan langsung pergi menuju kursi basecam."Bay. Van" pamit Fino sebelum benar-benar pergi. Stevani hanya membalas dengan senyuman datar dan kembali mengarahkan mata tajam ke arah Gentra.
"Awas aja Lo. Kalau nanti ketahuan sama gue. Lo dipanggil pak kepsek. Habis duit jajan Lo." Ancam Stevani sambil memberikan selembar uang 20 ribu.
"Makasih. Byeee" Gentra langsung pergi ke arah luar sekolah. Biasa anak-anak cowok yang enggak kebagian duduk di kantin sekolah pindah jajan kewarung di sebrang sekolah.
"Nih. Bayar sendiri pokoknya." Lidya menyimpan pesanan mie ayam Stevani di meja. Dan iapun mengambil posisi duduk.
"Enggak mau ah" Stevani mengerutkan bibirnya sambil melipat tangan.
"Lah. Gue udah capek-capek antri di sini. Datang kesini enggak di makan." Lidya kesal dengan sikap Stevani yang semerawut kangagak biasanya.
"Duit gue habis... Kalau nanti gue makan mau dibayar gimana" Stevani tetep mengerutkan bibirnya.
"Geleh sia. Heeh sok keu ku yang dipanggil mayarkeun" kalau Lidya sudah kesal. Pasti bahwa sundana keluar.
"Tak kitu atuh ka babaturna teh."Stevani langsung dengan sigap menumpahkan dua sendok sambal dan langsung makan dengan lahap.
"Dasar tukang makan gratisan" sindir Lidya Deng sedikit terkekeh.
"Apa barusan Lo bilang" Lidya menyelidik. Sementara Stevani dengan santai tetap menyantap Mie ayam.
"Enggak kok.....dasar temen itungan" Stevani mengecilkan volume suara diakhir kata.
Lidya yang mengetahui omongan Stevani itu, langsung mengambil sendok. Dan.....Byurrrrr..... tiba-tiba ada seseorang yang entah disengaja atau tidak disengaja tumpah ke rambut Stevani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDO
RomanceJangan lupa following dulu yah :") ******** Namanya Stevan. Cewek cantik tapi galaknya ngalahin setan kena ruqiah. Bukan hidup serba kaya yang ia rasa. Namun, teman-teman yang sedikit idiot cukup memberikan warna di hari-hari nya. Namanya Aldo. Sis...