Delapan belas tahun kemudian, Baekhyun merayakan kelulusan anak semata wayangnya yang berhasil menyelesaikan studinya di Universitas California.
"Congrats, baby. Papa is so proud of you!" Ujar Baekhyun sambil memeluk tubuh anaknya erat.
"Thanks, Papa. I wouldn't be this great if Papa weren't. But I wish Mama were here too. I miss her real much, Papa. She will also be very proud of me, won't she?" Tanya Beomgyu yang terlihat begitu berusaha ceria.
"Of course, Baby. Mama is watching us from heaven!" Jawab Baekhyun sambil menunjuk ke arah langit.
🚬
Malamnya, Byun Beomgyu dan papanya pun pergi ke Panamerican Night Club. Setelah ribuan rengekan yang ia lontarkan kepada orang tua laki-lakinya itu, akhirnya ia mendapatkan persetujuan walau Baekhyun begitu berat hati.
"Yea! Last hangout before I leave this country! And what's so special is . . . I'm here with my dearest Papa! Just dance, Papa! We have to make soooo muuuuuch fuuuun tonight!" Ucap Beomgyu bersemangat, sambil berdansa dan menikmati setenggak wine dari gelas di genggaman tangannya.
Baekhyun hanya meng-iya-kan anaknya malas. Ini benar-benar bukan dunianya. Selama masa mudanya, ia sama sekali tidak pernah pergi ke tempat seperti ini. Terlebih lagi, kini ia sedang berada di negeri orang.
Baekhyun tidak bisa berhenti mengedarkan pandangannya ke sekitar, mengobservasi lingkungan yang terlampau asing baginya ini.
Setengah jam kemudian, ia menangkap seseorang yang ia rasa kenal sebelumnya. Setelah mengingat-ingat selama beberapa detik, ia pun akhirnya menyadari bahwa pria tersebut adalah —
"SHIT! PARK CHANYEOL!"
Sebenarnya ia sedikit ragu, takut-takut ia lagi-lagi sedang berhalusinasi. Setelah kejadian tersebut, Baekhyun mengalami sedikit gangguan mental. Ia terus-terusan menduga seorang pria berperawakan tinggi sebagai Park Chanyeol—mafia yang hingga kini, tidak pernah tertangkap.
Di tambah lagi, ia dibekukan menjadi Brimob karena tangannya terluka parah. Membuat ia semakin tidak bisa berdamai dengan traumanya dan rasa bersalah itu semakin sulit pergi.
Ia lantas mengikuti pria tersebut, "Beomgyu, Papa ke toilet sebentar, ya. Jaga diri, okay? I'll be right back in a minute!" Bisiknya kepada anaknya yang masih asik berdansa.
"Alright, Papa!" Jawab Beomgyu singkat.
Lantas, Baekhyun pun mulai mengikuti orang yang ia duga sebagai Park Chanyeol tersebut. Benar saja, pria itu berjalan ke arah kamar mandi.
Diam-diam, Baekhyun dapat memperhatikan wajah tersebut dengan seksama,hingga akhirnya —
"SHIT! IT'S REALLY THE BASTARD CHANYEOL!" Teriaknya dalam hati.
Ia segera mengambil ponsel dari sakunya, berusaha mengubungi orang kepercayaannya yang berada di lintas negara.
Namun, entah kesialan apalagi ini. Ternyata, Park Chanyeol menyadarinya. Menyadari bahwa ia diikuti oleh polisi sialan yang delapan belas tahun lalu ia beri kesempatan untuk hidup.
Chanyeol langsung menghampiri Baekhyun, membuang ponsel Baekhyun dari genggaman tangan kecil itu lalu lagi-lagi, membantingnya dan menginjaknya hina.
Chanyeol menyeret Baekhyun ke dalam bilik kamar mandi. Mengunci badan sang polisi dan membuatnya duduk di atas kloset hingga tidak bisa bergidik lagi.
"Kebetulan sekali, Polisi kecil. Should I kill you now? Pasti anak lo udah besar kan sekarang? Gue yakin, dia sudah bisa hidup mandiri dan tidak lagi membutuhkan Ayah sialannya ini." Ucap Chanyeol dingin, dengan tatapan pembunuhnya yang kini begitu mengintimidasi Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you, Mr. Park [Chanbaek] [Two-shot]
FanficTernyata, (mafia) Chanyeol mengenakan rompi anti peluru ketika (anggota Brimob) Baekhyun menembaknya. Sialnya, seketika posisi Baekhyun ditemukan oleh mafia itu. Chanyeol menghampiri, mereka bertatap selama 2 detik. "Thanks to your puppy eyes, gue g...