#TheAlzheimer'sPartSatu(1)

68 17 36
                                    

Helo gengsssss! Ini adalah cerita pertama aku jadi mohon dimaklumi jika kalimat demi kalimat yang aku tulis terlalu ribet atau terlalu nggak nyambung, karena aku masih berlajar. Yuk yang sama-sama masih belajar jangan pernah menyerah karena sesungguhnya kemenangan ada didepan kita.

Anjirrrrrrrrr nggak kuatttt🤣

Ready? And Go!

Happy reading gengsssssssss

Happy reading gengsssssssss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tumpukan buku yang menjulang tinggi didepan Deka merupakan hal yang lumrah, tumpukan demi tumpukan buku itu menjadi saksi bisu kecerdasannya yang sudah tidak dapat diragukan lagi. Ia bahkan sering diikut sertakan dalam olimpiade tingkat Nasional maupun internasional dan membawa piala besar setiap pulang dengan bergelarkan juara kedua yang mewakili Indonesia dalam Olimpiade tingkat Internasional di Berlin, Jerman. Walaupun hanya juara dua, itupun cukup membuktikan bahwa kejeniusannya memang nyata.

"Hai sayang." Rere muncul dari arah pintu kamarnya yang selalu dibuka, seolah-olah kamarnya adalah milik semua orang yang ada dirumah. Rere berjalan mendekati Deka yang terlihat bergelut dengan buku-buku tebal dihadapannya. Putri kecil Rere yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja itu sangat membuatnya bangga. Ada rasa bahagia tersendiri ketika akhirnya ia dapat membesarkan Deka dengan kedispilinan mengasah otak putrinya bersama materi-materi yang hampir setiap hari Rere berikan.

"Hai Ma." Balasnya.

Rere duduk ditepi ranjang dengan tangan yang bergerak mengabsen satu persatu buku yang dibaca oleh Deka. "Mau Mama tambahin lagi?" Deka berhenti membaca buku lalu menatap Mamanya.

"Tidak perlu Ma, nanti saja." Balasnya sopan.

"Yasudah, tidurnya jangan larut malam. Pukul 09.00 kamu sudah harus tidur, selamat malam sayang."

"Baik, Ma. Selamat malam juga."

Rere beranjak dari kamar Deka, tidak lupa pintunya ia tutup untuk menjaga kenyamanan tidur anaknya.

~~~

Diruang makan, Deka duduk dengan satu buku tebal yang berisi materi-materi pembelajaran bahkan sudah setengah dari halaman buku itu telah ia baca dalam waktu satu malam. Deka cukup disiplin dalam hal belajar, satu buku minimal dua hari harus sudah selesai ia baca. Itulah waktu yang Deka targetkan setiap harinya. Tidak ada buku rasanya hampa menurut sudut pandang Deka.

"Selamat pagi putri Ayah." Sapa Irfan dengan semangat.

Deka menutup bukunya, lalu menatap Irfan sambil tersenyum. "Selamat pagi juga, Yah."

"Eh! Eh! Bukunya tidak boleh ditutup, nanti kamu jadi malas kembali membacanya." Rere meletakkan tas kerjanya dikursi makan lalu mengambil roti beserta selai coklat yang ada diatas meja. Deka menuruti ucapan Rere, ia kembali membuka halaman terakhir dibaca dan melanjutkannya.

The Alzheimer's✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang