#TheAlzheimer'sPartDua(2)

38 14 13
                                    


"Tuh cowok nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Gisel sambil mengaduk mie ayamnya sedang Deka hanya memesan salad buah, ia tidak diperbolehkan memakan makanan yang berminyak karena kata Rere minyak dapat merusak daya ingat seseorang.

"Kenapa jadi mengkhawatirkan cowok itu? Kamu tidak khawatir sama aku?" Balas Deka kesal. Gisel terkekeh.

"Ya, nggak gitu Dek! Elo kan sudah pasti bakal baik-baik aja, orang lo cerdas!" Ucap Gisel membuat Deka menggeleng-gelengkan kepala.

Tiba-tiba perut Deka mulas, ia segera berdiri dari duduknya. Gisel yang sibuk menyantap mie ayam dibuat terkejut. "Lo kenapa, Dek?" Tanya Gisel khawatir.

"Aku mau ketoilet dulu, tolong jagain salad buah dan buku ku ya, Sel." Ucap Deka kemudian ia berlari meninggalkan Gisel.

Deka membuka pintu toilet dengan cepat tanpa memperdulikan beberapa cewek yang beraktivitas disana. Baginya sekarang buang air besar lebih penting dari apapun.

Beberapa menit kemudian Deka sudah selesai dari kewajibannya. Ia berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan, setelah itu Deka meninggalkan toilet dan berjalan menuju kantin.

"Ini diantar kekelas mana ya, astaga gue lupa!" Suara samar-samar dari seseorang itu tertangakap oleh indera pendengaran Deka, ia tertarik untuk mencari sumber suara tersebut. Pelan-pelan Deka berjalan mengikuti suara yang semakin ia mengarah ketoilet cowok malah semakin terdengar dengan jelas.

"Kelas mana kelas mana, ayo Ezra! Lo harus berusaha mengingat! Gue yakin lo bisa!" Ucap cowok itu.

Deka yang sudah berdiri didepan toilet cowok memilih menyundulkan kepalanya kepintu masuk area toilet cowok. Deka terkejut, ternyata cowok yang bicara sendiri itu adalah cowok yang ia tabrak tadi pagi. Rasa bersalah mulai menggerogoti perasaan Deka. Pikiran aneh-aneh kemudian muncul, apakah cowok itu Amnesia karena bertabrakan dengannya tadi? Atau cowok itu sedang kerasukan?! Rasa bersalah juga mendorong langkah Deka untuk menghampiri cowok aneh itu yang tengah sibuk didepan cermin wastafel.

"Heh!" Teriak Ezra terkejut membuat Deka juga ikut-ikutan terkejut. "Lo kan cewek, ini toilet cowok, Buuuu." Tegurnya.

Deka menatap Ezra dengan tatapan aneh, apa cowok ini lupa kalau ia yang sudah menabraknya? Lihat saja bagaimana Ezra bersikap biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Malah seperti tidak mengenal padahal tadi pagi tidak sengaja bertemu.

"Yeee, malah bengong dia." Ezra berucap lagi membuyarkan lamunan Deka.

"Kamu tidak ingat sama aku?" Tanya Deka hati-hati, takutnya setelah disadarkan, cowok ini malah memarahinya.

Ezra mengerinyitkan dahi. "Siapa sih?! Lo mantan gue? Atau gue pernah ngutang sama lo, aduh! Jangan bikin gue tambah pusing deh!" Ucapnya dengan kesal. Cowok itu berlalu dari hadapan Deka. Ini bahkan lebih sulit daripada rumus matematika dan kimia yang dipelajari Deka. Memahami cowok itu, adalah sesuatu yang rumit.

Deka berbalik menatap punggung cowok itu yang berjalan keluar dari area toilet. "Tunggu!!!" Teriak Deka membuat langkah Ezra terhenti. Deka segera berlari menuju cowok itu.

"Kertasnya mau kamu antar ke kelas mana? Biar aku bantu." Deka merebut tumpukan kertas yang ada ditangan Ezra secara tiba-tiba. Entah mengapa Deka merasa tidak enak mendengar cowok itu terus bertanya kepada dirinya sendiri kemana tujuan kertas-kertas itu diantar.

"Ih! Apaan si?! Balikin kertasnya!" Ezra merebut tumpukan kertas itu dari tangan Deka namun tangan cewek itu malah bergerak membuat tumpukan kertas itu menghindar dari jangkauan Ezra.

Ezra menghembuskan nafas kasar karena gagal merebut tumpukan kertas itu. "Lo siapa sih?! Gue nggak kenal sama lo, jadi lo nggak usah sok mau ngebantuin gue deh! Siniin kertasnya!" Lagi-lagi Deka membawa tumpukan kertas itu menghindar dari jangkauan tangan Ezra.

The Alzheimer's✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang