#TheAlzheimer'sPartTiga(3)

37 13 22
                                    

Deka berjalan cepat memasuki kelasnya, bel berakhirnya istirahat belum juga dibunyikan padahal waktu istirahat sudah berakhir satu menit yang lalu. Buku dan salad buah miliknya langsung ia letakkan diatas meja. Gisel menatap salad buah milik cewek itu.

"Loh! Kok saladnya masih ada sih." Gisel mengambil satu cup salad buah Deka. "Mana kayak nggak disentuh sama sekali lagi. Lo sibuk apasih, Deka?" Tanya Gisel.

Deka duduk dikursi miliknya sambil membuka bukunya dihalaman terakhir ia baca. "Aku ketemu sama cowok yang tadi pagi ku tabrak." Jawabnya pelan, matanya fokus membaca kalimat demi kalimat yang ada dibuku itu.

"Terus, terus!" Ucap Gisel tertarik dengan ucapan Deka, ia bahkan sampai rela menarik sedikit kursi miliknya agar lebih dekat dengan Deka.

"Ya, seperti itu saja. Dia mudah lupa, bahkan pada saat insiden tadi pagi saja dia tidak ingat." Deka membalikkan halaman dibukunya. Gisel manggut-manggut tanda mengerti. Tidak lama bel berbunyi.

"Siapa sih, yang jaga tempat piket guru sampai nekan bel aja telat dua menit." Ucap Gisel yang terus-menerus mengoceh.

~~

Disisi lain, Ezra telah menapakkan kaki didepan kelas IIX-6 untuk memberikan tumpukan kertas dari Pak Iwan.

"Permisi." Sapa Ezra dengan sopan.

Kelas itu terlihat gaduh karena tidak adanya guru yang mengisi, sapaan Ezra bahkan tidak digubris sama sekali membuat Ezra kembali menyapa.

"Woy!" Seseorang berteriak dari arah jendela kelas.

"Nyari siapa?" Tanya cowok yang berpenampilan urak-urakan itu.

Ezra memastikan kanan kiri dan belakang tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri, jadi sudah dapat dipastikan kakak kelasnya itu memanggilnya.

"Saya, kak?" Ezra menunjuk dirinya untuk memastikan.

Cowok urak-urakan tadi kemudian berjalan menuju ambang pintu. "Iya, elo!" Jawabnya dengan nada yang sedikit ngeggas, padahal Ezra bertanya baik-baik.

"Oh, ini kak. Pak Iwan meminta saya untuk mengantarkan kertas-kertas ini kekelas kakak." Ucap Ezra mencoba menjelaskan dengan bahasa yang cukup sopan.

"Oh, sini!" Pinta kakak kelasnya dengan nada yang sama. Ezra memberikan tumpukan kertas dari Pak Iwan ke tangan cowok itu. "Thanks." Ucapnya dengan wajah datar kemudian meninggalkan Ezra.

Bel pulang sekolah berbunyi, pintu-pintu kelas yang semulanya tertutup rapat kini terbuka lebar bersamaan dengan murid-murid yang berhamburan keluar. Deka berjalan cepat menuju lobby sekolah karena disana Mang Uung sudah menunggu. Pada saat jam terakhir tadi, Deka sudah ditelpon Rere untuk tidak bolos bimbel hari ini padahal Deka tidak akan mungkin melakukannya. Kata 'Bolos' bahkan tidak terdapat didaftar kegiatannya.

"Mari, Mang." Ajak Deka kepada Mang Uung yang tengah berdiri di Loby sekolah.

Cewek itu berjalan dengan terburu-buru menuju mobil, karena ia takut datang terlambat ke tempat bimbel. Ditengah-tengah perjalanannya menuju mobil tanpa sengaja ia melihat Ezra yang tengah berlari dengan menenteng pakaian basketnya menuju toilet.
Deka membuka pintu mobil bagian depan kemudian masuk kedalam mobil, sedang Mang Uung berlari cepat agar Deka tidak terlalu lama menunggu. Mobil berwarna abu-abu itu kini melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

"Sudah menunggu lama, Mang?" Tanya Deka sambil membuka tasnya untuk mengambil buku tebal miliknya.

"Nggak juga Neng, santai aja atuh." Jawab Mang Uung dengan logat sundanya yang khas. Deka mengangguk kemudian membaca bait demi bait tulisan dibukunya.
Tidak lama mobil abu-abu itu kini sudah berada didepan sebuah gedung tempat bimbelnya, Deka mengambil tas lalu membuka pintu mobil.

The Alzheimer's✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang